Bab 62. MEMBUAT TERKEJUT Petugas keamanan sangat terkejut melihat pintu kamar pribadi nomor sembilan hancur dan melihat ada dua sosok tubuh yang terkapar di dekat dinding. “Apa yang terjadi? Bagaimana kita tidak mendengar keributan dari tempat ini?”Ke empat penjaga keamanan nampak bingung melihat sisa-sisa keributan ini. Sebenarnya suara pintu yang hancur dipukul Darko sangatlah keras, akan tetapi pergerakan Darko hanya satu menit saja untuk menghabisi Ronald dan Yudi serta membawa pergi Angeline. Ke empat petugas keamanan belum bisa mengaitkan kedatangan Darko dengan peristiwa ini. Keesokan paginya, Angeline sudah bersiap untuk berangkat kerja akan tetapi Darko mencegahnya. “Hari ini kamu ijin saja, ndak usah berangkat kerja. Tidak baik dalam kondisi pikiran kacau berangkat kerja.” “Tapi saya harus bekerja.”Angeline menjawab saran Darko dengan singkat dan sama sekali menghiraukannya. Melihat sikap Angeline yang keras kepala Darko hanya bisa menghel
Bab 63. JENDRAL BESAR SENIOR “Kurang ajar menantu miskin itu benar-benar mengganggu rencanaku!”Rinto membanting beberapa berkas yang ada di atas meja kerjanya. Ruang kerjanya seketika berantakan dipenuhi kertas dokumen yang berhamburan. Wajah Rinto Wibisono sangat jelek, emosinya begitu meluap seakan akan ingin memakan apapun yang ada di depannya. Sebenarnya Rinto yang mengatur pertemuan Angeline dengan Ronald dan Yudi sebelumnya. Kali ini dia ingin tahu, bagaimana dia bisa selamat dari jebakan yang sudah direncanakannya. Rinto sangatlah kesal dengan Angeline, meskipun Angelina adalah keponakannya akan tetapi dia sangat membencinya. Awal kebenciannya adalah saat dia menolak perjodohan yang pernah direncanakan sebelumnya dengan Boss Norman Bagyono yang sudah mati terbakar di villanya dengan aneh. Bahkan anak lelaki satu-satunya juga ikut mati pada tragedi kebakaran villa itu. Rinto sangat kesal bila mengingat kematian anaknya yang sangat mencurigakan. Akan te
Bab 64. MONICA Darko pergi meninggalkan pintu gerbang kediaman tuan Darko dan berjalan kaki menjauh untuk mencari tempat bermalam. Penjaga keamanan segera mencatat nama Darko di buku tamu dan akan melaporkannya esok hari. Darko berjalan cukup jauh hingga menemukan taksi dan pergi ke hotel terdekat dengan tempat tinggal tuan Braja. Keesokan paginya setelah matahari cukup terang menerangi alam semesta, Darko keluar dari hotel dan menaiki taksi untuk pergi ke Villa tempat tinggal Braja. Kedatangan Darko di sambut penjaga keamanan, akan tetapi Darko tidak melihat prajurit yang kemarin menemuinya. “Permisi, saya ada janji kemarin untuk bertemu dengan tuan Braja, apakah sudah boleh masuk?”Darko berkata dengan sopan seakan dia adalah orang biasa yang akan bertemu dengan orang yang lebih berkuasa. Tentara yang berjaga di pintu gerbang mengernyitkan keningnya, dia bingung dengan perkataan Darko. Maklumlah dia adalah penjaga keamanan yang baru saja mengga
Bab 65. KEJADIAN MENGERIKAN Braja menerima catatan resep Jamu herbal yang diberikan Darko, dia berulang kali mengucapkan terima kasih. Setelah menerima catatan resep Jamu herbal dari Darko, Braja menyerahkan sebuah kartu Bank berwarna emas. “Di dalam kartu ini ada lima ratus milyar, harap tuan Darko bisa menerimanya.” Darko terdiam, dia tidak langsung menerima kartu Bank pemberian Braja. Darko menatap tuan Braja di depannya dengan tatapan aneh, kemudian berkata, “Senior tidak perlu begitu sungkan, ini adalah hal yang baik bagi saya membantu keluarga senior.” “Mohon di terima, kalau kurang saya tambah. Di kartu ini ada satu triliun, mohon tuan Darko menerima pemberian saya, kalau anda tidak mau menerima maka saya tidak akan bisa tidur nyenyak.” Setelah berulang kali memohon dan meminta Darko untuk menerima pemberiannya, akhirnya Darko menerima kartu Bank itu dan memasukkan ke dalam saku bajunya. Senyum Braja terlihat bertambah cerah ketika Dark
Bab 66. CEMBURU “Berhenti..!”Darko berteriak meminta pengemudi mobil pick up untuk menghentikan kendaraannya ketika akan melewati taksi yang tadi dia naiki. “Pak Sopir, balik arah saya akan ke Rumah Sakit bersama mobil ini!”Semua orang menoleh ke arah Darko yang berteriak di belakang mobil pick up. Mereka belum menyadari keanehan dari Darko dan mobil pick up yang dinaiki. Setelah berteriak ke arah sopir taksi, Darko melambai ke arahnya dan memberi isyarat ke pengemudi mobil pick up untuk segera pergi. Sopir taksi awalnya tidak begitu mengenali Darko yang sedang duduk di belakang bak mobil pick up, akan tetapi setelah mobil pick up ini berlalu barulah dia tersadar dan ingat sosok penumpangnya tadi. Mobil pick up berlalu dengan cepat, lampunya dinyalakan dan sein hazard juga dinyalakan. Tinnn… tinnn…!!Pengemudi pick up terus membunyikan klakson meminta jalan ke kendaraan di depannya untuk memberinya jalan. Awalnya kendaraan-kendaraan di depanny
Bab 67. MANTRA JIWA Darko ikut mobil Angeline hingga ke perusahaan Jamu Wibisono, dia masih merasa khawatir dengan Rinto yang akan mencari masalah dengan Angeline. Di perusahaan seperti dugaan Darko, terlihat Rinto yang berdiri di lobby seakan sedang menunggu seseorang. Wajah memancarkan kegembiraan dan kelicikan sedangkan mata mereka berbinar begitu melihat kedatangan mobil yang dikendarai Angeline. Mereka belum tahu kalau Angeline berangkat bersama Darko. Rinto masih belum bisa melupakan kejadian kemarin, saat Darko mengganggu rencana nya. Rinto juga sudah bersiap, seandainya dia melihat Darko datang bersama Angeline dia sudah bersiap untuk langsung pergi menghindar. Mobil yang dikemudikan Angeline memasuki halaman tempat parkir. Dia turun terlebih dahulu baru disusul Darko. Dari jauh, dengan kemampuannya Darko bisa melihat Rinto yang sedang berdiri di lobby. Senyum dingin langsung menghias di sudut bibir Darko, seketika dia ingin memberi pelajaran ke pa
Bab 68. CANTIK TAPI GILA Darko sangat terkejut dan tak percaya dengan apa yang ada di depannya. Di jaman seperti masih ada orang yang mengambil makanan yang akan di makan tepat di depannya. “He he he he bakso enak, bakso enak….. nyam nyam nyam…”Emosi Darko yang awalnya meluap dan akan menghajar orang yang sudah kurang ajar serta berani mengambil bakso yang akan di santapnya langsung sirna. Dia tak percaya melihat orang yang ada di depannya. Orang ini adalah seorang gadis dengan wajah acak-acakan dan sangat kotor. Meskipun sangat kotor dan dekil, akan tetapi Darko bisa melihat bahwa gadis gila di depannya sebenarnya mempunyai wajah yang cantik. Darko terheran-heran, di kota Mandiraja yang begitu maju dan modern masih ada orang gila yang terlepas dari pengawasan petugas sosial. Pedagang Bakso sepertinya sudah mengenal gadis gila ini, buktinya dia segera mengusirnya dengan cepat. “Hush… pergi, jangan ganggu kakak yang sedang makan, pergi sana…”Meskipu
Bab 69. BOLA ENERGY Mendengar penuturan tuan Rustam kening Darko mengernyit, dia penasaran dengan penyakit yang diderita Lily. Mata Batin Darko segera memindai tubuh Lily, seketika dia melihat sebuah formasi mantra di kepalanya. Lebih tepatnya di ubun-ubun kepalanya tergambar sebuah formasi mantra. “Saya bisa menyembuhkan penyakit Lily, kalau anda percaya dengan saya.”Rustam Sanjaya menatap kearah Darko dengan tatapan mengejek, mana mungkin seorang anak muda yang baru berusia dua puluhan tahun bisa menyembuhkan penyakit anaknya. Kemudian Darko bertanya dengan nada mengejek, “Apa kamu seorang dokter?” Darko hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan, tatapannya masih memindai tubuh Lily. Baginya menyembuhkan Lily sangatlah mudah, sekarang tinggal persetujuan Rustam saja. Sementara itu Rustam yang melihat Darko seperti tidak menghiraukannya nampak kesal, selama ini tidak ada orang yang berani berbuat kurang ajar. Sebagai Boss perusahaan telekomunikasi terke
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia