Bab 70. SUMBER PENYAKIT DI TEMUKAN Saat Darko sedang duduk dan menikmati teh melati yang harum baunya, Lily berjalan menghampirinya. “Kakak, apa kakak mau kan jadi teman Lily? Lily tidak punya teman, Lily kesepian.”Mendengar suara Lily yang merajuk seperti anak kecil, Darko tersenyum dan menghiburnya. “Okey, kakak akan menjadi teman Lily. Tapi ada syaratnya?” “Ada syaratnya? Memangnya syaratnya apa kak?” “Syaratnya gampang, kamu sekarang duduk di dekat kakak.”Mendengar ucapan Darko, Lily segera duduk di dekat Darko tanpa banyak tanya bagaikan gadis kecil yang sangat baik. Sementara itu Rustam terdiam melihat tingkah anaknya yang sakit jiwa. Diam-diam Darko memberi kode ke arah Rustam untuk diam dan tidak banyak bicara. Sebelumnya Darko sudah mengatakan ke Rustam, saat dia memberi kode dia di larang mengganggunya. Sepertinya Rustam sudah mengerti apa yang akan dilakukan Darko. Setelah Lily duduk di sampingnya diam-diam Darko menotok tubuhn
Bab 71. MENOLAK Darko tidak menyangka kalau Rustam begitu ramah, dia berpikir kalau Rustam sedang berpura-pura. Seorang pengusaha besar kebanyakan pemikirannya licik dan penuh dengan akal. Meskipun sikap Rustam berpura-pura atau asli, Darko sama sekali tidak peduli. Setelah mendengar pertanyaan Rustam, Darko segera menjawab dengan perlahan. “Panggil saja Darko,” sahut Darko santai. “Darko…”Rustam tampak merenung dan sedang mengingat-ingat, apakah dia pernah mengenal nama Darko sebelumnya. Setelah merenung sejenak, akhirnya dia menyerah, karena dia sama sekali tidak mengenal nama Darko dalam ingatannya. “Tuan Darko, saya mengucapkan terimakasih atas bantuan tuan yang telah mengobati anak gadis saya.” “Tidak usah di pikirkan, saya juga tidak mengira kalau Lily mempunyai keluarga yang kaya raya.”Darko menggelengkan kepalanya seakan tidak percaya, sebuah keluarga yang kaya raya tidak bisa merawat anak gadisnya dengan baik. Mendengar perkataan dan eksp
Bab 72. ULAR EMAS "Tolong… tolong… tolong…!!”Darko membuka matanya dan menoleh ke arah sumber suara. Jauh di arah kanannya terlihat ada seorang wanita yang berteriak histeris sambil menunjuk ke arah sungai di depannya. “Anakku.. tolong anakku…!!”Teriakan ini terus terdengar di telinga Darko, begitu mendengar kalimat ‘tolong anakku’ tubuh Darko langsung melenting secara reflek. Tubuhnya meloncat seakan ada pegas di atas punggungnya yang sedang merebahkan diri di atas rumput hijau. Bayangan Darko langsung menghilang dari tempatnya berada, matanya yang tajam bisa menembus ke kedalaman air sungai di depannya. Di kedalaman air, dia melihat ada anak balita berusia sekitar lima tahunan yang tidak berdaya di bawa arus air. Tubuh Darko langsung terjun masuk ke dalam air sungai dan menghilang. Di dalam air tubuh Darko melesat bagaikan ikan hiu yang sedang mengejar mangsanya. Matanya yang sangat tajam bisa melihat sosok kecil yang sedang di bawa arus sungai. Buih berha
Bab 73. PORTAL DIMENSI Tiba-tiba Darko merasa kalau seluruh tubuhnya mulai kebas, terutama di bagian betis. “Apa ini? apa ular ini sudah menyuntikkan racun ke tubuhku?”Pada saat dia baru tersadar akan racun yang memasuki tubuhnya, kakinya tiba-tiba sudah tidak bisa digerakkan. Darko sangat terkejut melihat kehebatan racun ular emas yang ada di jepitan jari tangannya. Keterkejutan Darko, bukan dari racun ular yang masuk ke tubuhnya. Akan tetapi kekuatan gigi ular emas di tangannya. Karena setelah dia mewarisi ilmu kuno leluhur Jawa Dwipa, tubuhnya sudah kebal dari segala senjata tajam dan senjata api jenis apapun. Berbeda dengan sebelumnya, sebelum dia mendapatkan warisan ilmu leluhur Jawa Dwipa tubuhnya tidak kebal sama sekali dari serangan senjata tajam maupun senjata api. Bukti dari kelemahannya dan kekurangan kemampuan bela dirinya adalah dengan adanya luka senjata tajam dan luka tembak di seluruh anggota tubuhnya. Darko harus berpikir cepat, k
Bab 74. ULAR RAKSASA SPIRITUAL Darko memeriksa dengan seksama kepala ular emas raksasa yang ada di bawah kakinya. Setelah memeriksanya berulang kali, akhirnya Darko menelan ludah dan wajahnya terlihat tidak percaya dengan kenyataan yang ada di depannya. “Ular raksasa Spiritual..!” “Benar, ini adalah ular emas spiritual yang sangat legendaris. Saya sudah mengalahkannya, benar, saya sudah mengalahkannya.”Darko berulang kali bergumam dengan ekspresi aneh, kemudian dia memegangi perutnya. “Saya sudah makan seluruh tubuh Raja ular emas raksasa.”Memang sangat aneh jika di pikirkan, perutnya yang begitu kecil bisa menghabisi seluruh tubuh ular emas raksasa. Darko berulang kali berdecak kagum dengan kekuatan perutnya. Sebenarnya tidaklah aneh, karena pada saat ular emas memasuki dimensi ras manusia tubuhnya berubah wujud menjadi ular emas yang hanya sebesar jari kelingking pria dewasa dengan panjang satu meter. Padahal tubuh aslinya sangatlah besar, kepalanya
Bab 75. PANGLIMA HITAM Begitu mendengar jawaban seluruh ular raksasa ini, Darko tersenyum senang. Kemudian dia berkata, “Baiklah, kalau begitu antar saya menuju istana kalian.” “Baik tuan Raja, naiklah ke punggung kepala saya.”Terdengar suara berat dari ular raksasa, tak lama kemudian dari tengah kerumunan muncul ular raksasa berwarna hitam legam sehitan tinta, menyibakkan tubuhnya dan maju kehadapan Darko. “Tuan Raja, hamba adalah Panglima hitam, pemimpin prajurit klan ular spiritual.”Mata Darko tampak tidak percaya melihat sosok ular hitam di depannya. Wajahnya terlihat sangat seram dan penuh aura membunuh. Ukuran tubuh Panglima Hitam hampir sama dengan ukuran ular emas yang sudah dia bunuh. Sepertinya ular-ular ini juga tahu kalau Raja mereka sudah mati, sebelum sampai ke tempat Darko mereka sudah menemukan kepala Raja Ular Emas yang mati dengan sangat mengenaskan. Awalnya mereka sangat marah dan berniat membunuh siapapun yang telah menghabisi Raja mer
Bab 76. FORMASI BINTANG Tubuh Darko melayang-layang di udara dengan perasaan senang, dia begitu gembira mengetahui kemampuannya semakin meningkat. Setelah terbiasa dengan kemampuan terbangnya, Darko segera melayang di udara mengelilingi ruang singgasana yang sangat luas ini. Matanya melihat sebuah pintu di sudut ruang Singgasana, tepatnya di belakang altar. Tubuh Darko melayang dengan cepat dan dalam sekejap sudah sampai di depan pintu gua, pada saat akan memasuki pintu gua. Tubuhnya seperti menabrak sebuah dinding yang kasat mata. Padahal pintu gua terlihat sangat jelas di depannya, anehnya dia sama sekali tidak bisa memasukinya. Darko mengangkat tangannya dan menyentuh pintu gua. “Aneh, pintu ini benar-benar kosong. Bahkan telapak tanganku saja bisa masuk kedalam gua. Akan tetapi kenapa tadi tubuhku terpental saat berusaha masuk?” Darko menggelengkan kepala dengan pikiran yang berkecamuk, dia tidak bisa memahami fenomena aneh ini. Gua ini terlihat kos
Bab 77. MALAIKAT Darko tidak ingin terlalu memikirkan apa yang baru saja terjadi dengannya, dia berpikir kalau apa yang terjadi padanya barusan hanya mimpi dan sebuah halusinasi saja. Kemudian Darko turun dari dahan pohon beringin tempat dia beristirahat. Saat tubuhnya meloncat turun dari dahan pohon setinggi dua puluh meter, Darko sangat terkejut. Karena tubuhnya terasa sangat ringan bagaikan sebuah kapas yang melayang di udara dan tanpa beban sedikitpun. Bahkan saat dia menginjakkan kakinya di atas rerumputan yang ada di bawah pohon Beringin sebuah keanehan terjadi. Rumput yang diinjak sama sekali tidak roboh daunnya, bahkan dia juga merasa kalau kakinya terasa sangat ringan saat menginjakkan di atas rumput. Kemudian Darko melangkah dengan pelan menjauhi area pohon Beringin. Sebuah tiupan angin tiba-tiba berdesir di kanan kirinya, seakan dia sedang berjalan berlawanan dengan datangnya angin. Darko segera menghentikan langkahnya, dan desiran angin yang berhemb
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia