Bab 41. JARI TOTOKAN SAKTI LEGENDARIS “Apa yang sebenarnya terjadi?”Musa berkata sambil memeriksa anggota tubuh Abimayu. Bibirnya mengeluarkan suara decakan kagum dan tidak percaya. Dia sebelumnya sudah memeriksa keadaan Abimayu dan merasa sudah pasrah. Ilmu pengobatan modern yang mereka kuasai sudah tidak mampu menyembuhkan penyakit stroke level empat yang diderita Abimayu. Tanda-tanda kehidupan di tubuh Abimayu juga terlihat sudah melemah, bola matanya terlihat sayu dan tanpa cahaya saat dia memberi cahaya pada bola matanya. Sementara itu dokter Zaver juga berada di belakang dokter Musa, setelah sebelumnya menghibur Angeline. “Siapa yang sudah menyelamatkan tuan Abimayu?”Musa kembali berkata sambil menatap kearah Zaver dan tim medis yang berjaga di ruang ICU sebelumnya. Dokter Zaver segera maju dan tersenyum penuh hormat ke arah dokter Musa, kemudian berkata, “Tuan direktur, saya yang sudah menyelamatkan tuan Abimayu dari masa kritis.” “Kamu? Kamu y
Bab 42. DOKTER GENIUS Semua orang menatap kearah dokter Zaver dengan tatapan penuh rasa penghinaan, hal ini membuat dokter Zaver semakin tidak berani berbohong dan berkata-kata. Dengan suara gagap dia segera mengakui perbuatannya. “Maaf nyonya… yang menyembuhkan tuan Abimayu bukan saya…” Degh…Jantung Rossa seakan berhenti berdetak mendengar perkataan dokter Zaver. Dia sama sekali tidak menyangka kalau dokter Zaver yang sangat dipercaya berani membohonginya “Yang menyembuhkan tuan Abimayu adalah Darko, saat mereka masuk ke ruang ICU saya tidak tahu apa yang dilakukannya, tapi setelahnya seluruh instrumen di layar monitor menampilkan kalau kondisi tubuh tuan Abimayu sudah normal.” Sekali lagi yang membuat Rossa tidak percaya adalah ucapan dokter Zaver yang mengatakan secara langsung kalau yang menyembuhkan Abimayu adalah Darko. “Darko…” Rossa seperti mendengar guntur di siang bolong setelah dokter Zaver mengatakan kenyataan yang tidak disangka-sangka.
Bab 43. SAYEMBARA Dokter Musa menatap kearah Darko dengan ekspresi bingung, dia berpikir apakah pemuda di depannya normal? Mana mungkin ada orang melamun pada saat di depannya ada orang yang sedang mengajaknya berbicara. Dokter Musa tersenyum mendengar perkataan Darko, dia tidak mempermasalahkan apa yang dilakukan Darko sebelumnya. “Apa yang akan anda bicarakan dengan saya? Saya rasa dokter Musa tidak hanya mengajak untuk ngobrol bukan?”Darko mengatakan apa adanya, meskipun dia sudah tahu maksud dari dokter Musa mengajaknya bicara secara pribadi. Dia tahu kalau dokter Musa sudah mengetahui kemampuannya dalam menyembuhkan penyakit stroke Abimayu yang sudah kritis menjadi sembuh dan normal kembali. “Ehem ehem.. saya jadi malu mengatakannya, karena tuan dokter genius sudah tahu apa yang saya inginkan, ehem ehem…”Dokter Musa nampak ragu untuk mengatakan apa yang diinginkan, dia terbatuk buatan untuk membuatnya sedikit lebih tenang. Darko duduk dengan san
Bab 44. DEWA PENYELAMAT “Dewa Penyelamat?” Tuan Sugiarto memandang dokter Musa dengan tatapan penuh rasa tidak percaya. Kalau bukan karena mereka sudah bersahabat selama puluhan tahun, tentu tuan Sugiarto tidak percaya dengan omongannya karena dia sudah sangat mengenal sahabatnya ini dengan baik. Selama ini dokter Musa sama sekali tidak mempunyai rekam jejak sebagai pembohong. Kemudian tuan Sugiarto manatap dokter Musa dengan penuh harap setelah mendengar perkataannya yang mengatakan kalau dia datang bersama seorang Dewa Penyelamat. Dokter Musa tersenyum mendengar perkataan tuan Sugiarto dan menganggukkan kepalanya. “Dewa Penyelamat itu hari ini sengaja saya ajak untuk menyelamatkan hidupmu.”Kemudian dokter Musa menoleh kebelakangnya, dia berpikir kalau Darko ada di belakangnya. Seketika raut wajahnya nampak aneh, dia bingung, kenapa Darko tidak ada di belakangnya? Bukankah tadi dia sudah mengajaknya masuk ke kamar tuan Sugiarto? “Ada apa? Siapa yan
Bab 45. ULAT SPIRITUAL “Huek… huek….”Tiba-tiba terdengar suara orang memuntahkan sesuatu dari mulutnya. Semua orang memandang ke arah tempat tidur di mana tuan Sugiarto berada. Dari mulut tuan Sugiarto keluar darah hitam yang berbau sangat busuk, di antara darah itu seperti ada benda putih yang menggeliat-liat dalam jumlah yang sangat banyak. Benda putih itu adalah ulat spiritual yang sudah beranak pinak setelah satu tahun berada di tubuh tuan Sugiarto. Semua mata memandang ke arah baskom besar yang menampung muntahan tuan Sugiarto dengan tatapan ngeri. Sepuluh menit kemudian tuan Sugiarto menghentikan muntahnya, tubuhnya terlihat sangat lemas setelah mengeluarkan darah hitam bercampur ulat spiritual dalam jumlah yang sangat banyak. Kemudian Darko membaringkan tubuh tuan Sugiarto kembali, terlihat dengan jelas kalau seluruh tubuhnya dipenuhi keringat yang sangat bau amis dan busuk, seakan tuan Sugiarto sudah meninggal dalam waktu yang lama. “Tolong siapkan
Bab 46. GURU BESAR ILMU SANTET Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, saat ini semua orang sudah istirahat. Sementara itu di sebuah gedung kuno yang ada di puncak gunung Halimun, terdengar suara sumpah serapah. “Bajingan, brengsek, siapa orang yang sudah menggagalkan kiriman ilmu santet ku?!” Prang… prang…Banyak kendi dan gelas tembikar yang dibanting hingga hancur. Orang yang sedang memaki ini adalah guru ilmu hitam yang bernama Ki Anom Surodilogo, seorang ahli ilmu sihir hitam yang sangat kuat. Burung gagak dan burung hantu yang bertengger di dekatnya nampak ikut mengepakkan sayapnya seiring dengan umpatan yang keluar dari mulut Ki Anom Surodilogo. Sebagai seorang guru besar Ilmu Santet yang sangat disegani, tentu saja dia sangat malu dan marah ketika kiriman ilmu santetnya ada yang mengalahkannya. Di depan Ki Anom terlihat sebuah sesaji beraneka ragam jajan pasar dan bunga tujuh rupa. Selain beraneka ragam sesajen juga terlihat pembakaran d
Bab 47. WANITA LAKNAT “Sudah beres, sekarang kita kembali ke kamar saja biar pengawal dan keluarganya yang menjaga.”Darko segera mengajak dokter Musa kembali ke kamarnya dan melanjutkan istirahat mereka. Dokter Musa tidak langsung mengikuti ajakan Darko, dia menoleh ke arah tuan Sugiarto yang sudah tidur nyenyak terlihat dari suara nafasnya yang sangat halus. Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya mengikuti Darko kembali ke kamarnya. Sebelum pergi, Darko berpesan ke keluarga tuan Sugiarto untuk menjaganya dan segera menghubunginya bila terjadi sesuatu. Pelayan dan pengawal keluarga tuan Sugiarto segera menganggukkan kepala sebagai tanda mengerti dan akan menjalankan pesannya. “Tuan dokter Genius, sebenarnya apa yang terjadi tadi?”Dokter Musa bertanya sambil berjalan di belakang Darko, dia sangat penasaran melihat kejadian yang seperti di dalam film horor. “Tadi ada serangan Santet dari orang yang membuat tuan Sugiarto sakit. “Serangan Santet?”D
Bab 48. UANG UNTUK MEMBAYAR NYAWA Setelah menghela nafas dengan berat, tuan Sugiarto segera memanggil pelayan kepercayaannya yang lain. “Derrick, ambilkan tas kerjaku.” “Baik tuan.”Setelah menjawab perintah tuan Sugiarto, pelayan segera pergi meninggalkan kamar tuan Sugiarto menuju kamar kerjanya. Tak lama kemudian Derrick sudah kembali dengan membawa tas kerja di tangannya. Setelah menerima tas kerjanya, tuan Sugiarto segera mengambil sebuah kartu Bank berwarna hitam yang ada simbol diamond di atasnya dan menyerahkan ke Darko. “Tuan dokter, hanya ini yang bisa saya berikan. Semoga tuan dokter bisa bermurah hati menerimanya.” Semua orang nampak terpana melihat kartu Bank yang diberikan tuan Sugiarto kepada Darko. Mereka tahu betapa banyaknya uang yang tersimpan di dalam kartu hitam itu. Tuan Sugiarto memang sengaja memberikan kartu Bank miliknya kepada Darko, alasannya ada dua. Yang pertama sebagai ucapan terima kasih atas pertolongannya, yang
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia