Bab 264. ROSSA DI BUAT KESAL Sementara itu di negara Samanta di sebuah Mansion mewah, seorang wanita paruh baya tampak sedang berjalan bolak-balik di ruang kerjanya. Di hadapan wanita paruh baya ini terlihat empat orang pria yang sedang menunduk dengan dengan ekspresi bersalah tergambar jelas di wajah mereka. “Kalian ini bisa kerja atau tidak sebenarnya? Mencari orang yang sudah jelas dan begitu terkenal di media sosial saja tidak ketemu. Kalian ini benar-benar tidak berguna!”Keempat orang sedang di damprat oleh wanita paruh baya ini yang terlihat sangat penuh dengan emosi memarahi orang di depannya. Keempat orang ini tidak berkata apa-apa, mereka hanya bisa diam saja. “Apa kalian sudah menyelidiki siapa Presdir direktur dari perusahaan Cahaya Timur Group itu?” “Kami sudah memeriksanya dengan sangat teliti, di akta notaris tertulis dengan jelas kalau pemilik perusahaan ini bernama Bambang Yudistira, kami tidak menemukan nama Darko di surat pendirian perusahaan.”
Bab 265. GUNDAH Hal ini membuat Angeline tidak tahan untuk tertawa dan menyerah bersikap rahasia di hadapan ibunya. “Ibu geli ha ha ha ha… sudah bu jangan di gelitikin ketiakku. Saya akan mengatakannya.” Setelah Angelina berjanji mau mengatakan pekerjaan apa yang diberikan temannya Darko, barulah Rossa menghentikan gelitikan di ketiak Angeline. “Tapi ibu janji jangan kaget setelah Angeline mengatakannya, janji ya bu?” “Iya… iya… cepatlah katakan jangan berbelit-belit atau ibu gelitikin lagi ketiaknya.”Mendengar ancaman ibunya, Angeline kemudian memasang wajah serius yang membuat Rossa menjadi ikut-ikutan dalam mode serius. “Saya menjadi CEO di perusahaan temannya kak Darko.”Padahal Angeline mengatakan posisi pekerjaannya dengan sangat pelan dan lembut. “Apa…. CEO…?”Tiba-tiba Rossa menjerit dan terpana sambil memegangi tangan Angeline seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya. “Kamu tidak bohong? Kalau kamu bekerja sebagai CEO?”Angeline h
Bab 266. HORMON ANGELINE NAIK Darko yang sedang tidur sepertinya menyadari kalau ada orang yang sedang memperhatikannya. Perlahan Darko membuka matanya membentuk garis tipis untuk melihat siapa orang yang sedang memperhatikannya. Karena lampu kamar dimatikan dan hanya ada lampu remang-remang yang menerangi kamar ini sehingga pada saat Darko membuka sedikit matanya, Angeline sama sekali tidak menyadarinya. Seketika Darko tertegun melihat Angeline masih belum tidur dan sedang memandang ke arahnya. Dia juga melihat tubuh gelisah Angeline yang tampak tidak bisa tenang dan nafasnya yang terlihat memburu. “Ada apa dengan Angeline? Kenapa dia memandangku seperti orang yang sedang ingin di sayang?”Darko tahu kalau wanita yang nafasnya sedikit memburu dan sesekali menelan ludah sebagai pertanda kalau wanita itu sedang naik hormonnya dan ingin di sayang seorang pria. Perlahan Darko membuka matanya lebar-lebar dan pura-pura tidak tahu kalau sedari tadi
Bab 267. MELAYANG DI LANGIT “Hmmm… sepertinya letak post tentara bayaran ini berada di barat daya kota Tapen, tapi kenapa masih berada di dalam kota? Ini benar-benar aneh.”Darko terus mempelajari peta di tangannya, setelah mempelajari dengan seksama, barulah Darko merasa sudah mengerti letak post tentara bayaran ini. Setelah mandi dan memakai pakaian bersih, Darko keluar dari hotel berkeliling kota Tapen untuk mengetahui letak post tentara bayaran sesuai arahan dari Peta. Sesampainya ke titik lokasi post tentara bayaran, Darko tampak bingung karena lokasi ini berada di sebuah perkampungan besar. “Aneh ini benar-benar aneh, apa mungkin dokumen itu salah? Dimana letak post tentara bayaran itu? Bukannya ini sebuah perkampungan, apakah mereka memang sengaja mendirikan postnya di tengah-tengah perkampungan?”Darko tampak bingung setelah sampai ke lokasi yang ditandai dalam peta, dia sama sekali tidak menyangka hal ini terjadi. “Saya harus menyelidiki dengan seksam
Bab 268. MEMBANTAI KAPTEN ROMAN Lima mobil SUV ini terus bergerak keluar dari kota Tapen menembus malam hingga dini hari. Setelah berjalan selama tiga jam tanpa henti rombongan mobil ini berhenti di sebuah banguna yang menyerupai pabrik kayu di pinggiran hutan. Karena fajar sebentar lagi menyingsing, Darko yang sejak awal mengikuti rombongan ini segera turun dan mendarat dengan diam-diam di dalam hutan. Setelah turun di dalam hutan yang ada di pinggiran pabrik pemotongan kayu ini, sosok Darko terlihat mulai melayang dari satu dahan ke dahan yang lain hingga mendekati pabrik kayu itu. Dari balik rimbunnya dedaunan Darko mata Darko bisa melihat dengan jelas kalau di dalam barak yang ada di dalam pabrik pemotongan kayu ini terlihat lima puluh orang pria berbadan kekar yang tampak berwajah sangat serius. Ternyata di dalam pabrik pemotongan kayu ini penghuninya bukan hanya dua puluh lima orang yang baru saja datang ke kampung Lengkong, akan tetapi masih ad
Bab 269. TANPA BELAS KASIHAN Darko sama sekali tidak berbelas kasihan dengan tentara musuh, dia hanya akan mengampuni nyawa warga sipil, perempuan dan anak-anak negara musuh setiap kali berperang. Setelah semua tentara bayaran persekutuan Godriel menjadi mayat, Darko segera mengumpulkan senjata dari tangan mereka baru kemudian membakarnya dengan api inti bumi. Saat memasuki pabrik pemotongan kayu, mayat tentara bayaran tergeletak di dalam ruangan khusus yang dijadikan tempat berkumpul. Seperti biasa Darko menjarah senjata dan amunisi serta perbekalan mereka. Darko juga menemukan setumpuk dokumen, saat membacanya mata Darko terbelalak lebar. Karena dokumen ini mencatat semua warga provinsi Tunggoro yang bergabung menjadi tentara bayaran persekutuan Godriel. “Dokumen ini sangat penting, biar para tentara yang membereskan nya.”Setelah memeriksa seisi pabrik pemotongan kayu dan tidak menemukan benda berharga lainnya Darko segera membakar pabrik pe
Bab 270. BERTEMU WENNIE “Lihat ada orang sedang tidur di halte ini.” “Eh… orang ini ganteng juga.” “Hush… kamu ini jangan malu-maluin, lihat pria itu sudah tua pantas jadi Om kita.” “He he he he… meskipun sudah tua tapi kalau jadi pacar boleh kan?” “Kalau mau cari pacar yang lebih tua lihat-lihat dulu orangnya, meskipun ganteng tapi miskin buat apa?” “Awas orang itu bangun.”Para gadis Abg ini langsung memalingkan wajah mereka agar tidak diketahui oleh Darko, kalau mereka sedang membicarakannya ketika melihat mata Darko bergerak-gerak dan membuka matanya. “Eh ternyata sudah banyak orang.”Darko mengusap matanya sambil menguap dan membetulkan cara duduknya karena banyak orang di dekatnya. Para gadis Abg ini segera pura-pura tidak memperhatikan Darko, mereka berpura-pura menoleh ke arah jalan untuk melihat bus kota yang akan membawa mereka pulang ke tempat tujuan masing-masing. Tak lama kemudian terlihat dua orang anak SMA mendatangi halte bus diman
Bab 271. JENDRAL LEGENDARIS Ningsih segera menekan tombol panggil dari ponselnya, tak lama kemudian terdengar suara seorang pria dari seberang ponselnya. “Hallo ada apa bu? Kenapa kamu menelepon di jam kerja, apa ada yang penting?” “Ayah orang yang tadi pagi menolong Wennie sudah ada di rumah, apa yang harus saya berikan sebagai ucapan terimakasih?” “Apa? Orang yang menolong Wennie sudah ada di rumah kita? Bagaimana bisa, apa orangnya datang langsung ke rumah kita?” “Orang itu datang bersama Wennie dan Rina, orangnya masih sangat muda, kalau tidak salah baru dua puluh lima tahunan lebih. Tapi ada hal tak terduga saat melihat pemuda ini.”Ningsih tidak melanjutkan perkataannya, dia malah terdiam seakan sedang membayangkan hal yang sangat menakjubkan atau sesuatu yang tidak bisa di terimanya. Keterdiaman Ningsih membuat Bagyono atau ayahnya Wennie menjadi tidak sabar. “Hallo bu… ada apa? kenapa kamu diam?”Ningsih yang sedang terdiam seketika tersad
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia