Bab 272. PERANG HYBRID Memang benar apa yang ada dalam pemikiran Darko, apalagi dia juga bisa merasakan aura seorang master beladiri dari kelima orang ini. “Sepertinya mereka bukan sekedar wisatawan biasa, saya perlu mengawasi keberadaan mereka.” Setelah menentukan rencana nya, Darko langsung membatalkan keinginan untuk check out dari hotel. “Maaf saya tidak jadi Check out, saya akan membayar biaya menginap dua hari lagi. Silahkan gesek Kartu ini.”Petugas hotel yang melayani Darko langsung merasa senang saat mendengar Darko membatalkan niatnya untuk check out, sebaliknya menambah waktu menginapnya menjadi dua hari lagi. Apalagi Darko juga membayar biaya menginapnya langsung di muka sehingga secara otomatis hotel ini mendapatkan pelanggan untuk dua hari kedepan. Setelah membatalkan niatnya untuk check out, Darko kembali ke kamarnya yang sebelumnya di tinggali untuk menyimpan tas ranselnya. Setelah menyimpan tas ranselnya Darko keluar dari kamar hotel
Bab 273. MENYELIDIKI LATAR BELAKANG DARKO Darko segera menarik pedal gas sepeda motor trailnya hingga mentok, seketika roda depan sepeda motornya terangkat dan melakukan freestyle dengan kecepatan penuh. Jalanan menuju luar kota tidak terlalu ramai sehingga Darko bisa melajukan kendaraannya dengan cepat. Akan tetapi jarak antara dirinya dengan mobil yang dinaiki kelima orang ini sekitar tiga puluh menit, sehingga meskipun Darko sudah mempercepat laju sepeda motornya tetap saja bayangan mobil itu tidak juga kunjung tersusul. Darko sama sekali tidak khawatir karena sebelumnya dia sudah mengunci aura kelima orang asing itu. Jadi sekarang dia hanya bisa mempercepat laju sepeda motornya dengan mengikuti aura kelima orang itu. Bagi seorang kultivator energi seperti dirinya, penciuman serta penginderaannya lebih hebat daripada seekor anjing pelacak terhebat sekalipun. Seekor anjing pelacak tidak mungkin mampu mengejar seseorang yang sudah naik kedalam m
Bab 274. MENGHANCURKAN AREA TAMBANG Dalam sekejap semuanya sudah menjadi abu, sedangkan Darko sudah kembali ke kamar hotel. Memang sangat berguna mempunyai kemampuan untuk berteleportasi, hanya saja kemampuan ini merupakan warisan kuno yang tidak ada satu orangpun yang bisa menguasai formasi teleportasi ini. “Baguslah kini penyelidikan ku semakin meluas, mumpung sedang berada di kota Wanadadi sebaiknya saya harus menyelidiki PT Godriel Utama Karya. Meskipun tidak bisa membubarkan perusahaan ini paling tidak membuat sedikit masalah yang merugikan tentu akan membuat susah mereka.” Setelah memikirkan rencana berikutnya Darko segera memejamkan matanya dan tak lama kemudian sudah terlelap. Tidur di saat dini hari atau menjelang waktu subuh sangatlah nyaman dan membuat mata bisa langsung tidur dengan nyenyak. Keesokan paginya Darko segera mendekati lokasi pertambangan PT Godriel Utama Karya dengan menaiki sepeda motor trailnya. Darko memakai pakaian khus
Bab 275. MENGGASAK BRANKAS Benar saja setelah dia membakar gudang amunisi itu, segera saja puluhan penjaga keamanan dan karyawan yang ada di area pertambangan berlarian ke gudang amunisi untuk memadamkan api. “Kebakaran-kebakaran…!”Teriakan demi teriakan terdengar sahut menyahut di susul terdengar suara sirine mobil pemadam kebakaran milik perusahaan keluar dari garasi. Darko yang masih di atas langit menyatu dengan gelapnya malam tampak tersenyum. Pandangannya sedari tadi tertuju pada gedung kantor perusahaan, tempat dimana semua arsip dan dokumen tersimpan dengan rapi. Setelah dirasa semua orang di dalam gedung kantor sudah keluar, Darko segera berteleportasi masuk kedalam kantor perusahaan PT Godriel Utama Karya yang berlantai empat. Darko memindai tempat penyimpanan dokumen, akan tetapi dia tidak tertarik dengan dokumen yang berisi tentang hasil tambang dan sebagainya. Kemudian Darko mencari brankas atau tempat penyimpanan dokumen rahasia.
Bab 276. MENGHUBUNGI SITI HARDIYANTI RUKMANA Setelah mendengar perkataan Darko seketika wajah Rossa yang sebelumnya suram langsung berseri. Akan tetapi Darko tentu saja tidak akan mengatakan daging apa yang akan dia masak nanti, karena tidak semua orang suka dengan daging ular. Setelah menyapa ibu mertuanya Darko masuk ke kamarnya untuk meletakkan tas ransel campingnya kemudian keluar dari kamar dan berpamitan kepada ibu mertuanya. “Bu, saya mau ada urusan di luar.” “Pergilah, jangan lupa nanti masakan makanan enak untuk kami.” “Siap, tenang saja bu. Nanti pasti akan saya masakan.”Setelah mendapatkan janji dari Darko, Rossa melepaskan kepergian menantunya tanpa banyak pertanyaan lagi. Kemudian Darko keluar dari Apartemen tanpa membawa sepeda motor trailnya dengan santai. Pada saat melewati pos keamanan, satpam yang berjaga segera menghentikan langkahnya. “Pak Darko tunggu sebentar.”Darko langsung menghentikan langkahnya, dia memanda
Bab 277. PELUKAN HANGAT SITI HARDIYANTI RUKMANA Ekspresi wajah Siti Hardiyanti Rukmana yang menerima panggilan telepon dari Darko tampak begitu gembira saat mengetahui kalau yang menelepon adalah Darko. Bagaimanapun juga Siti sangat penasaran dengan latar belakang Darko yang sangat mirip dengan seseorang yang dikenalnya, sehingga dia memerintahkan empat anak buahnya untuk menyelidiki situasi Darko di kota Mandiraja. Siti Hardiyanti Rukmana sama sekali tidak percaya, saat mendengar laporan anak buahnya. Akan tetapi Darko hanya seorang pensiunan tentara yang miskin dan sekarang terkenal sebagai menantu matrilokal yang hidup bersama istri dan mertuanya. Meskipun dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan anak buahnya, Siti tidak terlalu menggubrisnya, karena dia bisa menyelidikinya sendiri. Yang terpenting adalah dia bisa menemukan keberadaan Darko. Hingga saat ini dia mendapat telepon langsung dari Darko, tentu saja Siti sangat senang.
Bab 278. PERJANJIAN PERNIKAHAN Siti langsung meminta maaf setelah dia melepaskan pelukannya. Sementara itu Darko hanya tersenyum dan memaklumi apa yang dilakukannya, untungnya Siti tidak memeluk dia sehingga Darko tidak merasa risih karenanya. Setelah saling sapa dan kecanggungan diantara mereka menghilang, Darko segera meminta mereka menuju kantor Angeline agar tidak menarik perhatian para karyawan. Tangan Angeline selalu di genggam oleh Siti, hal ini sebenarnya membuatnya Risih, akan tetapi dia membiarkannya saja. Apalagi tadi dia juga mendengar cerita Siti kalau dia sedang terkenang dengan anaknya yang menghilang puluhan tahun yang lalu. Sesampainya di kantor CEO, mereka bertiga duduk di sofa dan mulai melanjutkan pembicaraannya. “Saya dengar dari tuan Darko, nona Angeline baru saja menjadi CEO di perusahaan ini. Kalau boleh tahu sebelumnya nona Angeline pernah bekerja dimana?” “Saya bekerja di perusahaan keluarga yang bergerak di bid
Bab 279. PANTI ASUHAN AISYIYAH Angeline seketika tersipu malu mendengar pujian dari mulut Siti, kemudian berkata, “Ibu terlalu memuji, saya bukan orang seperti yang anda pikirkan. Saya masih banyak kekurangan.” Tentu saja Angeline tidak ingin mengatakan kalau dia saat itu menerima perjanjian pernikahan ini sebagai alasan untuk menolak perjodohan yang dilakukan paman Rinto Wibisono. Mana mungkin dia mau dinikahkan dengan pria yang usianya lebih tua dari ayahnya sendiri. Dan dia juga tahu kalau pria yang dijodohkan paman Rinto adalah pria hidung belang yang sudah menikah beberapa kali dan menjadi langganan rumah hiburan malam. Karena tidak ingin menuruti perjodohan yang diatur paman Rinto, akhirnya Angeline memilih perjodohan yang diatur almarhum kakek Wibisono sewaktu dia masih kecil. Meskipun dia sama sekali belum pernah bertemu dengan Darko, akan tetapi sebelum kakek Wibisono meninggal dia sudah memberikan foto Darko dan informasi kedatangannya ke
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia