Bab 22. MENANTU MATRILOKAL PEMBAWA SIAL Waktu berjalan sangat lambat, tak terasa satu bulan sudah berlalu sejak Darko bertemu dengan Angeline. Sosok Darko semakin terkenal di kota Mandiraja sebagai menantu matrilokal yang numpang hidup dengan istrinya. Kebanyakan orang merasa kesal dengan Darko, sebagai pemuda miskin kenapa sangat beruntung bisa menikahi Angeline yang cantik. Kecuali itu mereka juga ikut memberi nama Darko sebagai menantu pembawa sial, karena sejak bertemu dengan Angeline, keluarganya di keluarkan dari Villa keluarga dan segala tunjangan hidupnya juga dicabut. Nama sebagai menantu Matrilokal dan pembawa sial di sematkan di diri Darko. Masyarakat perkotaan yang ekonominya tinggi sama sekali tidak menghargai pensiunan tentara. Apalagi tentara dengan pangkat yang rendah seperti Darko. Akan tetapi Darko sama sekali tidak peduli apa kata orang, selama Angeline masih mau menjadi istrinya dan tidak minta cerai, maka dia akan selalu berada
Bab 23. MAKANAN TANTE GIRANG “Hai ganteng, sendirian saja? Ikut tante yuk.”Terdengar suara di belakang Darko, suara ini terdengar sangat merdu dan ramah. Darko menoleh ke belakang dan melihat seorang wanita usia empat puluh tahunan yang memakai pakaian mahal sedang tersenyum ke arahnya. “Kamu siapa?”Bukannya mengiyakan ajakan wanita setengah tua ini, Darko malah bertanya sambil mengernyitkan dahinya. “Eh, kamu tidak tahu apa maksudku.”Wanita ini tertegun, dia malah bingung dengan jawaban Darko. Dia merasa aneh, bukannya pria muda yang berdiri sendirian di pinggir Mall sedang menunggu orang-orang sepertinya? Darko tersenyum penuh arti, kemudian dia berkata, “Saya tahu, tapi saya bukan orang yang tepat untuk ikut dengan tante.” “Tidak tepat? Bukannya kamu ingin mendapatkan uang dan bisa belanja pakaian bagus?” “Saya gak suka belanja pakaian, terlalu murah harganya.”Darko berkata dengan nada menghina, dia bermaksud membuat tante Girang ini me
Bab 24. TENDANGAN MAUT Mendengar perkataan Darko, kedua Satpam segera pergi ke pusat kontrol kamera pengawas sambil membawa wanita muda ini. Darko juga ikut bersama mereka untuk melihat sendiri rekaman kamera pengawas. Sebelumnya dia merasa curiga dengan masalah ini, sehingga dia ikut turun tangan membantu wanita muda yang dituduh sebagai pencuri gelang diamond. Di ruang kontrol, satpam meminta operator untuk memutarkan rekaman kamera pengawas di toko perhiasan Cinta Diamond untuk melihat saat wanita ini mencuri gelang diamond. Segera di monitor televisi terlihat rekaman video saat wanita ini baru masuk ke dalam toko perhiasan. Dia hanya melihat-lihat dan belum meminta pelayan untuk mengambil perhiasan yang ada di dalam etalase. Di rekaman kamera pengawa terlihat ada seorang pelayan toko berjalan menghampiri wanita muda ini dan langsung melewatinya dengan cepat. Darko yang merasa curiga dengan pergerakan karyawan wanita di toko perhiasan Cinta Diamon
Bab 25. SENJATA RAHASIA UANG KOIN Darko sama sekali tidak terlihat ketakutan, berbeda dengan wanita muda yang ditahan oleh mereka. Sementara itu gangster yang menahan wanita itu terlihat sangat bangga setelah sampai di markas mereka, apalagi melihat rekan-rekannya keluar dari markas. Mata Darko berkilau bagaikan seekor pemangsa yang siap menyergap mangsanya, melihat ada ratusan orang bergerak keluar dari gedung tua di depannya. Tanpa diketahui dua gangster yang menahan wanita muda itu, jari tangan Darko yang sedang di angkat di belakang kepalanya di jentikkan. Siuuu…. Siuuu….Suara angin terbelah terdengar dengan halus ketika jari tangan Darko dijentikkan. Dua uang koin melesat bagaikan peluru menuju kepala kedua gangster yang menahan wanita itu. Creep… Creep…Uang koin menghilang masuk ke kepala kedua gangster malang itu, kemudian tembus ke belakang dan masih terus melesat hingga menembus kepala beberapa gangster yang sedang berlar
Bab 26. ORANG KEJAM Ceep… Ceep…Uang koin berterbangan menembus batok kepala para gangster, satu koin bisa menembus sepuluh orang sekaligus membuat para gangster jatuh satu persatu tanpa tahu penyebabnya. Dalam sekejap lima puluh gangster sudah meregang nyawa di tangan Darko tanpa menyentuhnya sedikitpun. Benar-benar serangan yang sangat efisien, betapa mengerikannya kemampuan membunuh Darko yang hanya menggunakan uang koin bisa menghabisi puluhan gangster dengan mudah. Ivanno yang berada di belakang barisan seketika memucat, dia sangat ketakutan menyaksikan anak buahnya mati dengan mudah. Diam-diam dia berusaha masuk kedalam markas untuk kabur melarikan diri. Akan tetapi pergerakannya diketahui Darko, dia segera berteriak memintanya untuk berhenti. “Semuanya diam di tempat, tidak boleh ada yang bergerak kalau ingin selamat!”Mendengar teriakan Darko, Ivanno yang sedang mengendap untuk melarikan diri segera menghentikan langkahnya. Dari dahinya mengucur
Bab 27. TATAPAN PENUH RASA CURIGA Darko sama sekali tidak peduli dengan bisikan Angeline, dia terus berjalan masuk ke dalam toko BMW. Marketing wanita yang melayani mereka mengikutinya dari belakang sambil menerangkan tipe dan harga setiap mobil yang mereka lewati. Angeline hanya bisa diam dan mengikuti langkah Darko masuk lebih dalam ke toko BMW. Setiap melihat mobil yang terpajang di depannya, Angeline hanya bisa menggelengkan kepala. Ingatannya kembali ke hari-hari saat dia belum di usir dari keluarga Wibisono. Mobil-mobil mewah ini bukanlah barang yang mahal baginya, tapi sekarang dia sama sekali tidak ada keinginan untuk melihat mobil-mobil bagus ini. Tiba-tiba terdengar suara Darko yang berteriak dengan antusias. “Sepertinya mobil ini cocok untuk kamu.”Di depan mereka terlihat sebuah mobil BMW dengan model yang sangat sporty, terlihat sangat cocok dipakai Angeline berangkat kerja. “Apa yang kamu lakukan, bikin kaget saja,” Angeline menegur
Bab 28. INTERVIEW “Sepertinya ayah dan ibu sudah tahu kalau saya resign dari militer dan sedang berada di kota Mandiraja,” gumam Darko setelah membaca banyak pesan yang masuk kedalam ponselnya. Tuuut… tuuut..Setelah menunggu beberapa saat panggilan telepon yang dia lakukan terhubung. “Darko… bagaimana keadaanmu nak?” Terdengar suara seorang wanita menyapa Darko dari balik speaker ponselnya. “Ibu, maaf baru bisa menghubungi. Ponsel saya matikan sejak turun dari kapal,” kata Darko dengan suara lembut.Ternyata yang dia telepon adalah Fatimah Mangkusadewo atau ibu angkatnya yang ada di Ibukota kekaisaran. Setelah berbicara dalam waktu yang lama melalui ponsel, akhirnya panggilan telepon diakhiri. Darko menceritakan tentang meninggalnya kakek Agung Wibisono dan sekarang dia sudah menikah dengan cara sangat sederhana dengan Angeline Wibisono, wanita yang mereka jodohkan dengannya. George Mangkusadewo atau ayah angkatnya juga berpesan ke Darko untuk memban
Bab 29. WANITA HAMIL “Huuu… Huuuu…”Suara tangisan ini tidak terlalu keras, akan tetapi pendengarannya yang sangat tajam masih bisa menangkap suara tangisan ini. Perlahan Darko berjalan mendekat ke arah sumber suara, matanya melihat ada seorang wanita muda yang hamil tua sedang menangis terisak. “Ehem… ehem…”Darko berdehem dan pura-pura batuk untuk mengatakan kehadirannya di dekat wanita yang sedang menangis ini. Benar saja, wanita itu segera menghentikan tangisnya dan menoleh ke arah Darko, wajahnya terlihat sangat malu melihat ada orang yang melihat dia sedang menangis. “Kenapa kamu kesini, pergi sana!”Wanita hamil ini mengusir Darko untuk segera pergi, kedua matanya terlihat sembab dan penuh dengan air mata yang sudah mengering setelah diseka dengan cepat ketika Darko datang. Darko terdiam, dia sama sekali tidak ingin pergi meskipun wanita hamil ini mengusirnya. “Tapi kenapa kamu menangis di taman? Siapapun akan menghampirimu jika ada orang men
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia