Bab 28. INTERVIEW “Sepertinya ayah dan ibu sudah tahu kalau saya resign dari militer dan sedang berada di kota Mandiraja,” gumam Darko setelah membaca banyak pesan yang masuk kedalam ponselnya. Tuuut… tuuut..Setelah menunggu beberapa saat panggilan telepon yang dia lakukan terhubung. “Darko… bagaimana keadaanmu nak?” Terdengar suara seorang wanita menyapa Darko dari balik speaker ponselnya. “Ibu, maaf baru bisa menghubungi. Ponsel saya matikan sejak turun dari kapal,” kata Darko dengan suara lembut.Ternyata yang dia telepon adalah Fatimah Mangkusadewo atau ibu angkatnya yang ada di Ibukota kekaisaran. Setelah berbicara dalam waktu yang lama melalui ponsel, akhirnya panggilan telepon diakhiri. Darko menceritakan tentang meninggalnya kakek Agung Wibisono dan sekarang dia sudah menikah dengan cara sangat sederhana dengan Angeline Wibisono, wanita yang mereka jodohkan dengannya. George Mangkusadewo atau ayah angkatnya juga berpesan ke Darko untuk memban
Bab 29. WANITA HAMIL “Huuu… Huuuu…”Suara tangisan ini tidak terlalu keras, akan tetapi pendengarannya yang sangat tajam masih bisa menangkap suara tangisan ini. Perlahan Darko berjalan mendekat ke arah sumber suara, matanya melihat ada seorang wanita muda yang hamil tua sedang menangis terisak. “Ehem… ehem…”Darko berdehem dan pura-pura batuk untuk mengatakan kehadirannya di dekat wanita yang sedang menangis ini. Benar saja, wanita itu segera menghentikan tangisnya dan menoleh ke arah Darko, wajahnya terlihat sangat malu melihat ada orang yang melihat dia sedang menangis. “Kenapa kamu kesini, pergi sana!”Wanita hamil ini mengusir Darko untuk segera pergi, kedua matanya terlihat sembab dan penuh dengan air mata yang sudah mengering setelah diseka dengan cepat ketika Darko datang. Darko terdiam, dia sama sekali tidak ingin pergi meskipun wanita hamil ini mengusirnya. “Tapi kenapa kamu menangis di taman? Siapapun akan menghampirimu jika ada orang men
Bab 30. SUAMI MATRILOKAL Sopir Angkot nampaknya mulai bimbang setelah mendengar tawaran Darko. “Apa yang dikatakan abang beneran akan memberi saya lima ratus ribu?” Sopir Angkot berkata sambil menoleh ke arah belakang di mana Darko duduk. “Iya Bang, cepetan putar balik, ini uangnya.”Tanpa banyak bicara Darko menyerahkan uang kertas seratus ribuan lima lembar ke arah sopir Taksi. Setelah menerima uang dari Darko, dengan cepat sopir Angkot putar balik Angkotnya dan menancap pedal gas dengan kencang kembali ke arah Rumah Sakit. Jarak antara Rumah Sakit dan mobil Angkot pada saat ini sekitar satu kilometer, ditempuh hanya dalam waktu dua menit. Beberapa petugas kesehatan langsung keluar sambil membawa dipan besi beroda menyambut kedatangan mobil Angkot yang dinaiki Darko. Wajah Dewi seketika memucat setelah mobil Angkot yang dinaikinya berhenti di depan Unit Gawat Darurat. Darko bergegas turun dan berbicara kepada perawat pria yang menyambutnya. “Pak,
Bab 31. MEMBERI PELAJARAN Suara teriakan dan olok-olokan terdengar di belakang Darko, sementara itu Darko nampak mengerutkan keningnya mendengar ocehan orang yang ada di dalam mobil. Mata Darko seakan mengeluarkan bara api yang berkilat, begitu tahu siapa orang yang mengolok-oloknya. Ternyata yang mengolok-oloknya adalah rombongannya Danang dan gengnya tuan muda kaya dari kota Mandiraja ini. Darko menghentikan langkahnya dan menunggu Danang, dan yang lainnya turun dari dalam mobil. Tapi sepertinya perkiraan Darko salah, karena rombongan ini sama sekali tidak menghentikan laju kendaraannya. Malah terdengar suara mesin yang dimainkan hingga keluar suara yang memekakkan telinga, ketika rombongan itu meninggalkan Darko yang berwajah kesal. “Cuihhh… dasar orang kampung mau membuat onar, teman-teman ayo kabur!!”Danang berteriak memimpin rekan-rekannya untuk meninggalkan Darko, dengan tak lupa meludah ke luar mobil sebagai bentuk penghinaan kepadanya.
Bab 32. SPECIES Mata manajer Teguh terpana melihat kertas print yang keluar dari dalam mesin EDC, di kertas print itu terlihat dengan jelas nominal angka yang tertera. Satu milyar, satu angka dengan sembilan angka nol di belakangnya. Setelah terpana sebentar, manajer segera mencetak Kartu Platinum untuk Darko. Dengan kedua tangan dan tubuh membungkuk, manajer Teguh menyerahkan Kartu Platinum dan kartu Bank ke tangan Darko. “Ini Kartu tuan, selamat datang di KTV Rembulan malam. Silahkan saya antar ke kamar private khusus Pelanggan Platinum.” Manajer Teguh, mengantar Darko ke kamar VVIP dengan penuh hormat. Dia melupakan sosok Darko yang hanya memakai pakaian murah di sekujur tubuhnya. Seorang pelayan menyerahkan daftar menu ke Darko dengan sopan. Hari ini Darko makan enak di KTV Rembulan malam dengan santai, dia tidak segera keluar dari kamarnya selesai makan. Dengan santai dia menghidupkan layar televisi delapan puluh inci yang ada di kamar VVIP dan mulai me
Bab 33. SALAH PILIH LAWAN 1 “Aduh… sakit…”Lolongan serta rintihan kesakitan terdengar silih berganti di ruangan VVIP di mana Darko berada, membuat suasana menjadi ramai. Darko sama sekali tidak peduli dengan rintihan Danang dan teman-temannya, dia kemudian memejamkan matanya kembali seakan tidak mau melihat derita yang sedang dialami mereka. “Kamu tahu apa yang terjadi dengan lutut kita?”Danang menoleh ke arah temannya sambil berkata. “Mana saya tahu, semua orang juga mengalami hal yang sama. Apa mungkin ini perbuatan anak kampung itu?” Steve berkata sambil memberi kode dengan matanya ke arah Darko yang sedang tiduran di sofa sambil memejamkan matanya. Danang langsung menoleh ke arah Darko yang sedang rebahan di atas sofa. Suara musik dangdut koplo terdengar dari sound system di dalam ruangan ini membuat suasana menjadi berisik, sehingga bisikan antara Danang dan temannya tidak terlalu terdengar. “Sepertinya ini ulah orang kampung itu, sebaik
Bab 34. SALAH MEMILIH LAWAN 2 Teriakan Danang membuat semua orang seketika mengucurkan keringat dingin di seluruh tubuh mereka. Mereka menatap dengan ngeri kearah Darko yang menampakkan wajah tanpa ekspresi dan datar. Betapa menakutkannya Darko di mata semua orang, mereka tidak menduga sama sekali kalau orang kampung yang sejak awal mereka olok-olok merupakan seorang iblis yang sangat kejam. Ternyata selama ini mereka sudah salah memilih lawan, bukannya bisa menindas, kini malah sebaliknya mereka yang dianiaya. Setelah menginjak kaki Danang hingga remuk tulang keringnya bukan hanya sekedar patah, Darko kembali berjalan dan menginjak kaki semua orang tanpa terlewat satupun. Krakk… krakkk… krakkk… “Aaaa… ampun,,, aaa…. ampu…!!” Lolongan kesakitan, disertai permohonan ampun dari mereka terdengar silih berganti, akan tetapi Darko sama sekali tidak peduli seakan telinganya tuli dan tidak mendengar teriakan mereka. Setelah memberi kenang-k
Bab 35. MIMISAN Meskipun dia seorang Jendral besar dan seorang tuan muda kaya dari ibukota, akan tetapi selama ini dia dididik untuk selalu menjaga kesucian atau keperjakaannya hingga menemukan wanita yang sudah menjadi istrinya secara sah. George Mangkusadewo sebagai orang tua angkatnya sangat menjunjung tinggi kesucian, meskipun anaknya adalah seorang pria kaya yang sudah sangat lumrah untuk melakukan hubungan seks tanpa pernikahan. Hingga saat ini Darko baru kali ini melihat secara langsung seorang wanita yang hanya memakai bikini di depan matanya. Angeline sama sekali tidak tahu kalau ada sepasang mata yang sedang menatap tubuhnya dengan pandangan nanar. Akhirnya Angeline selesai memakai pakaian dan keluar dari kamarnya. Tanpa sadar dari lobang hidung Darko keluar darah atau mimisan. “Apa darah?”Darko tersentak ketika bibirnya merasakan sebuah rasa sedikit manis menyentuh cairan yang mengalir dari hidungnya. “Darah… ini beneran darah?”Darko sangat
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia