Bab 123. MENCEKAM Darko mengemudikan mobilnya dengan cepat menuju rumah Martin sesuai dengan alamat yang tercantum dalam GPS. Seperti halnya saat mencari rumah Burhanudin, Darko hanya melewati rumahnya setelah titik GPS berhenti di depan pintu gerbang rumah Martin. Setelah menemukan tempat yang cocok untuk memarkirkan kendaraannya, Darko segera turun dan menghilang dalam kegelapan. Tubuhnya seakan berbaur dengan malam saat tubuhnya berkelebat menjadi bayangan berlari ke arah rumah Martin. Seperti biasa untuk menghindari kamera pengawas, Darko meloncat ke atas genteng dan memindai keberadaan Martin menggunakan mata spiritualnya. Senyum tipis menghiasi sudut bibir Darko setelah mengetahui keberadaan Martin. Dengan mata spiritualnya, Darko bisa melihat Martin yang sedang tidur bersama istrinya. Tubuh Darko meloncat dengan dari atap dan langsung mendobrak jendela kamar Martin. Blarr…!!Suara jendela yang hancur di tabrak Darko mengagetkan Martin yang sedan
Bab 124. TERGELINCIR Darko baru saja duduk di nomor yang sesuai dengan nomor yang tertera di tiketnya, ketika tiba-tiba ada seorang penumpang wanita muda lagi cantik dan menawan berjalan ke arahnya dan langsung duduk begitu saja hingga tubuhnya menempel di bahunya. “Permisi, maaf anda duduknya jangan melebar ke tempat duduk saya.”Darko segera menegur penumpang wanita yang duduknya mepet ke kursi tempatnya duduk. Wanita ini segera menatap Darko, seakan ingin melihat siapa orang yang berani menegurnya. Darko juga menoleh ke arah penumpang wanita yang akan duduk di kursinya. Deg…Jantung Darko seakan bergetar begitu melihat wajah wanita yang duduk di sampingnya. Wajah wanita ini begitu cantik akan tetapi kecantikannya tampak aneh, karena wajah itu terlihat begitu dingin saat menatap ke arahnya. “Apa lihat-lihat, tidak pernah lihat wanita cantik?”Darko jadi merasa malu mendengar perkataan wanita di sampingnya, apalagi suaranya begitu keras sehingga menarik perhati
Bab 125. BINGUNG Darko tetap mengajak para penumpang pria untuk mencoba mengangkat lokomotif ini agar kembali ke jalurnya. Setelah berteriak beberapa kali, meskipun mendapat sindiran dari para penumpang, akhirnya para penumpang pria mulai mengikuti saran Darko. Tak lama kemudian ada puluhan pria yang sudah berbaris siap untuk mengangkat lokomotif ini. “Bapak-bapak, saya beri aba-aba satu sampai tiga ya. Nanti tepat di hitungan ketiga kita kerahkan tenaga bersama-sama.” “Oke, siap, ayo kita mulai.” Para pria yang sudah bersiap di samping kanan dan kiri lokomotif menyatakan kesiapannya. “Satu… dua… tiga…!” Semua orang mengerahkan tenaganya untuk mengangkat lokomotif ini, Darko juga ikut mengangkat, akan tetapi tenaga yang dikeluarkannya tidak terlalu besar. Meskipun tenaga yang dikeluarkan Darko tidak terlalu besar, akan tetapi hanya dalam beberapa saat lomotif terangkat meskipun hanya beberapa detik saja. Semua orang seketika heboh, mengetahui loko
Bab 126. KELUARGA ANEH Rina, wanita cantik berwajah dingin ini ternyata anak dari seorang sopir taksi. Siapapun pasti tidak akan menyangka, demikian juga dengan Darko. Penampilan Rina memang selayaknya seorang nona muda dari pengusaha kaya atau konglomerat. apalagi wajahnya juga sangat cantik dan sombong. Akan tetapi pada saat ini, Rina terlihat seperti anak manja yang sedang merajuk di hadapan ayahnya. Sikap dingin yang tadi di perlihatkan kepada Darko sudah menghilang. Kemudian Darko melihat Rina menatapnya dengan tatapan aneh yang membuat bulu kuduk Darko tiba-tiba meremang. Entah kenapa dia merasa geli ketika melihat tatapan Rina kepadanya. Benar saja seperti dugaan Darko, tiba-tiba Rina mendekatkan wajahnya di dekat jendela pintu yang terbuka. “Kak, tolong kamu turun dulu ya? Saya mau pulang bersama ayahku.” Mendengar suara Rina yang begitu lembut dan seperti seorang adik kecil yang sedang merajuk terhadap kakaknya, perasaan Darko menjadi teras
Bab 127. IDE CEMERLANG “Eh tuan tidak salah, memang…”Nasim tidak melanjutkan perkataannya, dia menghela nafas dengan berat. Seakan dia sedang menanggung beban yang sangat berat. Apa yang dikatakan Darko barusan ternyata membuat Nasim langsung teringat akan masa lalunya. Setelah beberapa kali menghela nafas, Nasim mulai menceritakan masa lalunya. Sementara itu Darko merasa sangat menyesal dan merasa sangat bersalah telah terlalu ingin tahu masa lalu orang lain. Darko tidak ingin dikatakan sebagai orang yang suka mencampuri urusan orang lain, akhirnya dia meminta maaf dan menyuruh Nasim tidak perlu menceritakan masa lalunya. “Pak sopir, sekali lagi saya mohon maaf. Pak sopir tidak perlu diambil hati apa yang barusan saya katakan. Mulut ini memang terlalu banyak omong.” Darko menepuk-nepuk mulutnya secara perlahan, seakan sedang menyalahkan mulut yang mencampuri urusan sopir taksi. Nasim yang melihat sikap bersalah Darko tampak tersenyum, keseriusan yan
Bab 128. TERKESAN “Dasar menantu tak tahu diri, pergi dari rumah begitu lama. Pulang-pulang tidak membawa oleh-oleh sedikitpun. Dasar menantu yang tak tahu diri!” Suara omelan Rossa begitu keras hingga Angeline yang sedang tidur di kamarnya terbangun. Saat Angeline membuka matanya, dia melihat Darko yang sedang masuk ke kamarnya dengan senyum kecut menghiasi wajahnya. “Kemana saja tiga hari ini, kenapa baru pulang?” “Iya,” sahut Darko datar yang kemudian mengambil pakaian bersih di dalam lemari dan keluar lagi dari kamarnya. Angeline kemudian turun dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar untuk membuatkan minum untuk Darko. Darko yang baru saja keluar dari kamarnya berpapasan dengan Rossa yang menatapnya dengan wajah kesal dan tidak bersahabat. Darko tidak memperdulikan wajah jelek ibu mertuanya yang sedang kesal dengan kepulangannya yang tidak membawa oleh-oleh. Padahal sebelumnya Darko selalu membawa oleh-oleh setiap kali pulang terlambat. Akan
Bab 129. TIDAK MENDUGA Kedatangan Darko di perusahaan langsung di sambut Bambang, Slamet dan Ibrahim. Mereka bertiga berdiri dengan sikap sempurna menyambut kedatangannya, terlihat mereka akan memberi penghormatan secara militer, akan tetapi Darko segera memberi isyarat agar jangan melakukannya. Mereka bertiga mengikuti Darko masuk ke dalam lift dan naik ke lantai tiga. “Kamu sudah membelikan apa yang saya perintahkan?”Darko berkata sambil menatap kearah Bambang tak lama setelah masuk kedalam ruang direktur dan duduk di kursi yang seharusnya di tempati Bambang. “Sudah kak, semua masih ada di dalam mobil, apa perlu saya bawa kesini?” “Ndak perlu, nanti akan saya bawa ke rumah, saat ini biar disimpan dalam mobil saja. Oh iya, bagaimana keadaan perusahaan?” “Perusahaan berkembang sangat baik, perusahaan cabang yang ada di kota Silangit juga sudah membaik setelah kakak datang. Kakak memang hebat, semua masalah pasti akan beres jika kakak yang mengurusnya.”
Bab 130. HARU “Kemarin saya secara kebetulan naik taksi pak Nasim sepulang dari kota Silangit.” “Kami banyak bercerita sehingga, saya tahu kalau pak Nasim sebelumnya merupakan salah satu konglomerat kelas dua di kota ini.” “Alasan saya menyuruh pak Nasim kesini, tak lain adalah untuk menawarkan pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaannya saat ini.” “Saya merasa sangat tidak rela, kemampuan dan pengalaman yang dimiliki pak Nasim tidak digunakan dengan baik.” “Karena pak Nasim bersedia datang ke perusahaan kita, berarti pak Nasim menerima tawaran yang saya tawarkan kemarin.” “Betul kan pak Nasim?”Darko bertanya ke Nasim setelah bercerita tentang alasannya menyuruh dia datang ke perusahaan ini. Nasim tidak berkata apa-apa, tapi dia hanya menganggukkan kepalanya saja tanda setuju. Nasim tidak bisa berkata apa-apa, dia masih sedikit shock melihat penumpang taksinya kemarin malam, yang dia kira sedang berbohong dan menipu dirinya ternyata apa yang dikatakan memang b
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia