Bab 129. TIDAK MENDUGA Kedatangan Darko di perusahaan langsung di sambut Bambang, Slamet dan Ibrahim. Mereka bertiga berdiri dengan sikap sempurna menyambut kedatangannya, terlihat mereka akan memberi penghormatan secara militer, akan tetapi Darko segera memberi isyarat agar jangan melakukannya. Mereka bertiga mengikuti Darko masuk ke dalam lift dan naik ke lantai tiga. “Kamu sudah membelikan apa yang saya perintahkan?”Darko berkata sambil menatap kearah Bambang tak lama setelah masuk kedalam ruang direktur dan duduk di kursi yang seharusnya di tempati Bambang. “Sudah kak, semua masih ada di dalam mobil, apa perlu saya bawa kesini?” “Ndak perlu, nanti akan saya bawa ke rumah, saat ini biar disimpan dalam mobil saja. Oh iya, bagaimana keadaan perusahaan?” “Perusahaan berkembang sangat baik, perusahaan cabang yang ada di kota Silangit juga sudah membaik setelah kakak datang. Kakak memang hebat, semua masalah pasti akan beres jika kakak yang mengurusnya.”
Bab 130. HARU “Kemarin saya secara kebetulan naik taksi pak Nasim sepulang dari kota Silangit.” “Kami banyak bercerita sehingga, saya tahu kalau pak Nasim sebelumnya merupakan salah satu konglomerat kelas dua di kota ini.” “Alasan saya menyuruh pak Nasim kesini, tak lain adalah untuk menawarkan pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaannya saat ini.” “Saya merasa sangat tidak rela, kemampuan dan pengalaman yang dimiliki pak Nasim tidak digunakan dengan baik.” “Karena pak Nasim bersedia datang ke perusahaan kita, berarti pak Nasim menerima tawaran yang saya tawarkan kemarin.” “Betul kan pak Nasim?”Darko bertanya ke Nasim setelah bercerita tentang alasannya menyuruh dia datang ke perusahaan ini. Nasim tidak berkata apa-apa, tapi dia hanya menganggukkan kepalanya saja tanda setuju. Nasim tidak bisa berkata apa-apa, dia masih sedikit shock melihat penumpang taksinya kemarin malam, yang dia kira sedang berbohong dan menipu dirinya ternyata apa yang dikatakan memang b
Bab 131. TERROR Kepulangan Darko bersama Bambang saat hari masih siang, membuat Rossa dan Abimayu terkejut. Apalagi melihat penampilan Bambang yang memakai pakaian kerja profesional yang mahal harganya. Yang membuat kedua mertuanya terheran-heran adalah Bambang ikut membawakan barang belanjaan di belakang Darko. “Bu, ini oleh-oleh yang kemarin kelupaan terbawa teman saya.”Darko memberitahu Rossa, bahwa barang belanjaan ini adalah oleh-oleh yang dia janjikan kemarin. Setelah meletakkan semua belanjaan yang di bawa, Darko segera pergi lagi bersama Bambang tanpa memperkenalkan Bambang kepada kedua orang mertuanya. Dia bergerak cepat, Darko tidak ingin kedua mertuanya berkenalan dan memberi banyak pertanyaan kepada Bambang. Saking senang dan asiknya membuka semua tas oleh-oleh pemberian Darko, Rossa dan Abimayu sampai lupa keberadaan Darko. Beberapa saat kemudian barulah Rossa mencari Darko, setelah semua tas belanjaan di buka isinya. “Dimana Darko? Say
Bab 132. TENTARA KEGELAPAN Para gangster yang sedang menyandera dan menghancurkan perusahaan cabang PT Cahaya Timur Group belum menyadari. Kalau ada ribuan pasukan dari markas militer kota Losari sedang bergerak ke arah mereka. Saat ini pimpinan gangster sudah sampai ke lantai lima, dimana Muslihin dan para pimpinan senior PT Cahaya Timur Group berada. “Semuanya angkat tangan! Siapa pemimpin di perusahaan ini?”Markus ketua para gangster menodongkan pistolnya ke arah Muslihin dan lima rekannya yang bertanggung jawab atas kantor cabang PT Cahaya Timur Group. Di belakang Markus, berdiri puluhan gangster berwajah garang dengan senapan serbu semi otomatis tergenggam di tangan mereka. Sesuai dengan instruksi Darko, mereka harus mengalah dan tidak melakukan perlawanan. Segera saja, Muslihin dan kelima rekan kerjanya mengangkat kedua tangannya di atas kepala. Markus sangat senang melihat Muslihin dan yang lainnya menuruti apa yang dia katakan. Kemudian Ma
Bab 133. MANUSIA TERBANG “Apa? Kenapa ada begitu banyak tentara mengepung tempat ini…?”Suara Markus bergetar setelah melihat ke arah luar jendela, dia yang merupakan ketua dunia bawah tanah sampai tidak percaya melihat pemandangan yang terlihat di depan matanya. Sementara itu Darko yang saat ini sedang berada di kota Mandiraja, terlihat sangat serius wajahnya. Darko sedang mengkhawatirkan keadaan karyawannya yang sedang diserbu sekelompok gangster bersenjata api. Dia tidak ingin karyawannya ada yang luka apalagi sampai terbunuh. “Bambang, perlihatkan foto gedung perusahaan kita di kota Losari, saya ingin melihatnya.”Darko meminta Bambang untuk memperlihatkan foto perusahaan cabang yang sedang diserbu sekelompok gangster. Bambang segera mengambil ponselnya dan membuka galeri foto. “Ini kak.”Darko segera menerima ponsel Bambang dan memeriksa setiap foto yang ada di ponselnya. Di foto terlihat dengan jelas, kalau gedung perusahaan cabang merupakan gedung lima
Bab 134. MATI DUA KALI Tidak ada satupun para gangster yang di lempar Darko keluar dari gedung selamat setelah mendarat di tanah. Nyawa mereka sudah melayang sesaat setelah di lempar oleh Darko yang mengandung kekuatan yang sangat dahsyat. Kibasan tangan Darko yang dipenuhi aura membunuh sudah menghancurkan jantung para gangster yang di lempar keluar jendela. Tubuh mereka yang sudah tidak nyawa langsung dihujani peluru oleh para tentara yang siaga di luar gedung. Hal ini membuat nyawa mereka yang sudah melayang ke akhirat seketika mati dua kali setelah terkena tembakan senjata dari tentara yang berjaga di luar gedung perusahaan. Tubuh Darko yang dipenuhi aura membunuh terus bergerak membunuh para gangster hanya dengan aura yang dipancarkannya saja. Aura yang dipancarkan Darko dibatasi agar tidak sampai membunuh para karyawannya, akan tetapi hanya membuat mereka tak sadarkan diri saja. Darko sengaja melakukan ini untuk menjaga kerahasiaan dirinya. Dia
Bab 135. BOSS BARACK “Beri saya satu gelas jus Lemon dingin.” “Ha ha ha ha… ada orang kampung ke Bar minum Jus Lemon, ha ha ha…” “Ini pria apa wanita, kenapa pesan Jus Lemon di tempat seperti ini?” “Benar-benar memalukan kaum pria.”Terdengar suara cemoohan dari pengunjung Bar yang ada di dekat Darko. Meskipun banyak orang yang mengejeknya kampungan, Darko sama sekali tidak peduli. Pada dasarnya Darko memang tidak suka dengan minuman yang mengandung alkohol, meskipun di rumah orang tuanya mempunyai gudang penyimpanan anggur pribadi. Karena Darko sama sekali tidak suka, maka anggur di gudang penyimpanan masih utuh tidak pernah disentuh. Anggur di gudang penyimpanan, biasanya digunakan ayah angkatnya untuk menjamu tamu yang akrab dengannya, maupun tamu-tamu penting saja. George Mangkusadewo sebagai ayah angkatnya juga terheran-heran dengan sifat anak angkatnya yang sama sekali tidak menyukai minuman beralkohol. Tak lama kemudian Jus Lemon dingin pesa
Bab 136. PEMBANTAIAN BRUTAL Norton juga merasa ketakutan melihat kelakukan Darko, dia sama sekali tidak menyangka kalau pemuda yang dibawanya akan membuat masalah di hadapan Boss Barack. “Ha ha ha ha…. siapa orang gila ini, berani-beraninya membuat onar di hadapanku. Cepat berlutut dan memohon maaf serta jilati sepatuku, maka nyawamu akan kuampuni.”Boss Barack berkata dengan senyum kejam melintas di wajahnya Norton dan anak buahnya yang lain segera merasa merinding melihat sikap Boss Barack yang tertawa tanpa ekspresi. Mereka tahu, jika Boss Barack sudah sangat marah, maka ekspresinya wajahnya akan semakin datar. Sementara itu, Darko yang mendengar perintah Boss Barack tidak terlihat sedikitpun rasa takut. Bahkan wajahnya juga sama datarnya dengan wajah Boss Barack. Bagi Darko, nyawa Boss Darko sudah pasti berada di dalam genggamannya. Hal ini sepemikiran dengan Boss Barack, dia juga menganggap Darko bagai seekor binatang yang siap di bantai. “Kenapa diam saj
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia