Bab 125. PULANG KE KELUARGA MANGKUSADEWO “Ayah, apa kita akan naik pesawat ini?” “Iya, apa kamu senang bisa naik pesawat?” “Tentu saja senang Yah, Izi belum pernah naik pesawat. Tapi Izi pernah melihat orang naik pesawat saat nonton televisi.” Mendengar perkataan Faizi, Darko langsung membelai kepala rambut Faizi dengan penuh kasih sayang, kemudian mengajaknya naik tangga pesawat yang tidak seberapa tinggi. Begitu memasuki pesawat jet pribadi, wajah Faizi semakin berbinar-binar, apalagi melihat keindahan interior pesawat yang seperti berada didalam rumah dengan meja serta kursi tertata dengan rapi. “Ayah, kenapa kursi di pesawat ini agak aneh?” “Aneh? Memangnya aneh seperti apa?”Darko membalas celotehan Faizi dengan tatapan penuh dengan rasa kasih sayang dan perasaan bahagia melihat keceriaan yang tergambar di wajah anak kandungnya ini. Ternyata apa yang dilakukannya untuk menghilangkan trauma Faizi yang baru saja jatuh dari atap gedung Cahaya Timur
Bab 126. PERTEMUAN YANG PENUH DENGAN KEHARUAN Tinnn tinnn tinnn… “Hei, cepat buka pintu gerbangnya!”Pengawal yang memimpin konvoi berteriak memerintahkan kepada penjaga pintu gerbang untuk membuka pintunya sambil menekan klakson mobil. Tentu saja pengawal keluarga Mangkusadewo yang tidak tahu akan kedatangan tuan mudanya langsung murka melihat ketidak sopanan yang ada di depan mereka. Sebagai pengawal keluarga bangsawan Nusantara yang berasal dari militer tentu saja semua petugas yang berjaga di pintu gerbang di ambil dari prajurit militer yang masih aktif. Bahkan di tubuh mereka tergantung sepucuk pistol dan ada senjata serbu yang selalu mereka bawa untuk menjaga keamanan Mansion keluarga bangsawan Mangkusadewo. “Kalian ini siapa? Kenapa berani membuat keributan di tempat ini? Apa kalian tidak tahu kalian sekarang berada di mana?” Prajurit yang berjaga di dalam pintu gerbang berteriak balik memaki pengawal yang meminta mereka membuka pintu gerba
Bab 127. GUA HARTA KARUN Darko langsung sungkem kepada ayahnya, setelah itu dia berpelukan dengan pelukan hangat antara ayah dan anak penuh dengan kehangatan dan kasih sayang. George merasa sangat bahagia bisa melihat tumbuh kembang Darko sedari kecil hingga dewasa. Dan sekarang anak yang diasuhnya sudah memberi cucu kepada dirinya. Yang paling membuat bahagia hati George, sebagai seorang pria yang paling membuatnya bahagia adalah cucunya di beri nama keluarga Mangkusadewo bukannya diberi nama belakang ayah kandung Darko yang telah hilang sejak puluhan tahun yang lalu. Setelah Darko mengetahui asal-usul dirinya, ternyata Darko masih tetap menyayanginya seperti dahulu kala tanpa berubah sedikitpun. Faizi yang sedang di peluk Widyawati tampak memandangi ayah dan kakeknya yang sedang berpelukan dengan penuh kasih sayang selayaknya ayah dan anak. “Ayah benar-benar bangga padamu, kamu tidak pernah mengecewakan ayah.” “Ayah ini bisanya memuji saja.
Bab 128. TANGAN YANG BERUBAH MENJADI MESIN OVEN “Sialan, sungguh sangat berbahaya sekali kalau sampai ada warga desa yang menemukan gua ini.” “Sebaiknya saya menutup gua ini lebih tebal lagi, jangan sampai keberadaan gua ini diketahui warga desa.Setelah menentukan rencananya, Darko segera mengamati situasi di luar gua dengan mata spiritualnya. Seketika pandangan Darko menembus dinding gua dan melihat pemandangan di atas danau air terjun. Darko melihat dua orang kakak beradik itu sedang berenang ke tepian danau dan dia juga melihat ada sekelompok wanita yang sedang mencuci serta mandi di danau ini. Darko tampak menghela nafas lega begitu mengetahui para pria yang sedang mandi dan mencari ikan sudah pergi. Segera saja Darko menggali lubang semakin dalam ke arah sekumpulan emas serta batu mulia itu berada. Sedangkan tanah dan batu cadas yang dia gali langsung digunakan untuk menutup dinding gua sebelah luar agar lubang gua tertutup semakin tebal.
Bab 129. TUMPUKAN EMAS YANG MENGEJUTKAN Kemudian Darko memeriksa waktu melalui ponselnya, di ponselnya waktu menunjukkan jam empat sore atau jam enam belas waktu Parigi negara Samanta. “Sepertinya CEO Bawono belum pulang kerja, sebaiknya saya memanggilnya.”Setelah melihat waktu di ponselnya, Darko segera menghubungi CEO Bawono menggunakan ponselnya. CEO Bawono yang sibuk di belakang meja kerjanya dikejutkan oleh suara ponsel miliknya. Segera saja CEO Bawono mengambil ponselnya yang tergeletak di meja kerjanya, begitu melihat layar ponselnya ekspresi wajah CEO Bawono langsung bersemangat. “Hallo Presdir, apakah ada yang perlu saya lakukan?” “CEO, kamu datanglah ke ruanganku.” “Baik tuan.”CEO Bambang langsung menyanggupi perintah Darko meskipun dia merasa takut mengingat sosok Presdir mereka yang bisa hilang dengan tiba-tiba saat sedang berada di depan mereka. Tak lama kemudian CEO Bambang sudah berada di depan pintu kantor Darko, tubuhnya terli
Bab 130. SABOTASE Setelah berjalan cukup lama meninggalkan gedung perusahaan Cahaya Timur Group, Darko menghentikan taksi yang kebetulan lewat di depannya. Darko kemudian masuk kedalam taksi, setelah taksi itu berhenti di dekatnya. “Pak bisa antar saya jalan-jalan keliling kota Parigi, kalau bisa yang melewati perusahaan West Bank Investasi apa bisa?” “Bapak mau pergi ke West Bank Investasi? Saya tahu tempatnya kalau bapak mau datang ke perusahaan WBI itu.” “Boleh, tolong antar saya kesana tapi saya tidak turun di sana. Tolong katakan saja kalau tempatnya sudah dekat.” “Baik pak. Sepertinya bapak bukan orang kota Parigi?” “Iya, kebetulan saya sedang wisata dan ingin mencari pekerjaan atau usaha di kota Parigi ini. Siapa tahu saya menemukan pekerjaan yang cocok.”Darko beralasan sebagai wisatawan plus pencari pekerjaan agar tidak terlalu mencurigakan di pikiran sopir taksi. Setelah ngobrol dan pembicaraan mereka semakin akrab, Darko mulai menca
Bab 131. BOLA API SPIRITUAL Begitu muncul di ruangan Presiden yang ada di lantai seratus, Darko tampak berdiri diam. Darko sedang mengawasi sekelilingnya untuk memeriksa kamera CCTV, sebelum dia memeriksa ruangan Presdir ini. “Hmmm sepertinya di ruangan ini cukup aman, tidak terlihat ada kamera CCTV yang terpasang.” Setelah memastikan kalau ruangan yang didatangi aman dari kamera pengawas, Darko segera berjalan ke meja Presdir. Yang pertama kali Darko lakukan adalah mencari dokumen penting perusahaan West Bank ini. Ternyata di meja Presiden dia tidak menemukan dokumen yang dia cari, akhirnya Darko mencari brankas atau tempat penyimpanan tersembunyi yang ada di ruangan ini. Darko segera mengaktifkan mata spiritualnya untuk mencari tempat penyimpanan rahasia. “Sepertinya di belakang lemari arsip ini ada kompartemen rahasia,” gumam Darko setelah menemukan tempat penyimpanan brankas yang dia cari. Darko segera menggeser lemari arsip yang menut
Bab 132. DILALAP API Uiiii uiii uiii…. Suasana gedung yang sebelumnya sunyi dan gelap seketika menjadi ramai dengan suara sirine peringatan kebakaran yang berbunyi secara otomatis. Penjaga keamanan yang sedang duduk santai dengan mata terkantuk-kantuk seketika terbangun dengan ekspresi siaga. Mereka segera mencari sumber suara sirine melalui layar monitor kamera pengawas yang merekam setiap situasi di gedung West Bank Investasi. “Gawat, semua segera siaga dan naik ke lantai seratus untuk memadamkan api!”Kapten pengawal keamanan gedung segera memerintahkan anak buahnya melalui walkie talkie untuk segera bertindak cepat. Salah seorang petugas keamanan juga langsung meminta bantuan tim pemadam kebakaran kota Parigi untuk memadamkan api di gedung West Bank Investasi. Karena tingginya gedung ini, maka dibutuhkan helikopter untuk bisa memadamkan api di lantai teratas. Sementara itu Darko yang sudah membakar seluruh ruangan Presdir West Bank Investas
Bab 197. DARKO DAN ANGELINA Setelah dipersilahkan duduk oleh Fatimah, Siti segera menceritakan alasan dia datang lagi ke panti asuhan ini. Begitu Fatimah mendengar kisah perjalanan hidup Tegar yang selama puluhan tahun lupa ingatan, seketika ekspresi wajah Fatimah memperlihatkan rasa tidak percaya. “Saya tidak menyangka perjalanan hidup kalian begitu tragis. Tapi sekarang kalian sudah bertemu lagi, saya hanya bisa mendoakan kebahagiaan untuk kalian berdua.” “Terimakasih bu atas doa anda.” “Bu Fatimah, saya juga mengucapkan terimakasih atas kebaikan anda merawat anak kami.”Tegar juga ikut mengucapkan terimakasih atas kebaikan budi Fatimah yang sudah merawat Darko saat masih bayi sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada. Mereka bertiga kemudian berbincang dengan sangat akrab, seakan mereka bertiga sudah menjadi keluarga. Setelah ngobrol selama satu jam lebih, mereka berdua langsung berpamitan.*** Sementara itu Darko yang tingg
Bab 196. TEGAR DAN SITI MENDATANGI PANTI ASUHAN AISYIYAH Siti yang mendengar suara Bambang yang memanggilnya dengan suara lembut seketika dadanya bergemuruh tidak karuan. Sepasang mata Siti menatap dengan tatapan sayu kearah Bambang yang juga sedang menatap ke arahnya. “Mas Tegar….” “Dik Siti…”Dua manusia berlainan jenis yang usianya sudah tidak tua lagi terlihat langsung berpelukan dengan air mata berjatuhan di sudut mata mereka. Pemandangan yang penuh dengan rasa haru ini seketika membuat kelima pengawal yang berdiri tak jauh dari mereka berdua tampak saling pandang dengan rasa bingung terlihat di ekspresi wajah mereka. “Mas Tegar, Siti selalu merindukanmu…” “Maafkan saya dik Siti…”Dua insan yang sudah cukup umur ini sekarang terlihat seperti sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta dan penuh dengan kehangatan. Siti dan Tegar berpelukan selama tiga puluh menit tanpa mereka sadari, waktu seakan terhenti di sekeliling mereka berdua.
Bab 195. BAMBANG INGAT MASA LALUNYA Melihat apa yang dilakukan Bambang, Siti semakin yakin kalau Bambang adalah Tegar suaminya yang menghilang dan berpisah saat muda dulu, saat di kejar-kejar orang suruhan orang tuanya. Tak lama kemudian mereka sampai di kantor Rektor Universitas Mandiraja, karena waktu yang sudah hampir tiga puluh tahun sehingga Direkturnya sudah berganti dan dosennya juga banyak yang sudah pensiun karena usia tua. Rektor dan dosen di Universitas Mandiraja ini kebanyakan usianya sama dengan Siti maupun Bambang, bahkan ada yang lebih muda lagi. Singkat cerita Siti sudah bertemu dengan Rektor dan memperkenalkan diri sebagai alumni Universitas Mandiraja tiga puluh tahun yang lalu. Kemudian Siti juga menceritakan maksud dan tujuan datang ke Universitas ini tiada lain adalah untuk mengembalikan ingatan masa lalu Bambang. Dengan ramah Rektor langsung mengijinkan Siti dan rombongannya untuk tour berkeliling di sekitaran Kampus Universita
Bab 194. NAPAK TILAS KE UNIVERSITAS “Bu Siti, sepertinya ibu perlu membawa bapak Bambang ini ke tempat-tempat yang dulunya pernah disinggahi sebelum beliau lupa ingatan. Terapi kenangan masa lalunya sangat penting untuk memancing daya ingat otaknya.”Dokter spesialis otak yang memeriksa Bambang memberi saran kepada Siti setelah satu bulan lamanya dilakukan pemeriksaan otaknya dengan peralatan modern dan canggih tetap saja belum bisa menyembuhkan lupa ingatannya Bambang. Siti mendengarkan dengan serius saran dari dokter spesialis otak yang memeriksa Bambang. Setelah pemeriksaan otak Bambang selesai, Siti segera mengajak Bambang untuk jalan-jalan. Bambang hanya diam dan mengikuti kemanapun Siti membawanya pergi, bahkan ketika dia di ajak naik pesawat terbang Bambang tidak banyak bertanya. Akhirnya pesawat yang dinaiki Siti mendarat di bandar udara kota Mandiraja. Ekspresi wajah Bambang terlihat aneh begitu menginjakkan kaki di kota Mandiraja lagi? Bu
Bab 193. MASA LALU BAMBANG “Mas Tegar….”Terdengar suara parau dari mulut Siti ketika berhadapan dengan jarak yang sangat dekat dengan Bambang. Meskipun suara Siti tidak terlalu keras, akan tetapi bisa terdengar oleh pegawai Dinas Sosial yang ada di tempat ini. “Tegar? Kenapa wanita ini memanggil Bambang dengan nama Tegar?” “Mas Tegar, apakah kamu mas Tegar kan?” “Mas Tegar? Siapa mas tegar yang ibu maksud?”Bambang yang di panggil mas Tegar oleh Siti tampak bertanya balik dengan wajah penuh dengan kebingungan. “Mas Tegar, ini Siti. Apa mas Tegar lupa dengan Siti?” Mata Siti semakin berkaca-kaca setelah mendengar perkataan Bambang. Pada akhirnya Siti harus mempercayai perkataan pihak Rumah Sakit Jiwa yang sebelumnya merawat Bambang, kalau Bambang memang benar-benar sudah lupa ingatan. Melihat situasi yang kurang kondusif, pegawai Dinas Sosial segera menyuruh Bambang untuk duduk berhadapan dengan Siti hanya terhalang sebuah meja Jati.
Bab 192. BERTEMU PRIA PARUH BAYA YANG DICARINYA “Bu Siti, apa yang membuat anda datang ke Rumah Sakit ini? Apakah anda bersama pak Darko?” “Saya datang sendiri ke Rumah Sakit ini, kemarin saya seperti mengenali seseorang yang ada di Rumah Sakit ini, sehingga saya ingin menghilangkan rasa penasaran saya.” “Ibu punya kenalan orang di Rumah Sakit ini? Apakah karyawan di tempat ini atau siapa?”Dokter Irawati tampak sangat serius mendengarkan apa yang dikatakan Siti. Bagaimanapun juga dia tidak ingin mengecewakan orang sekelas Siti dan Darko yang masih deposit uang perawatan untuk Angelina yang sisanya masih sangat banyak. “Saya tidak tahu, orang itu kerja di Rumah Sakit ini atau pasiennya. Tapi yang jelas saya penasaran dengan sosok pria yang saya lihat kemarin itu.” Dokter irawati tampak semakin bingung dengan perkataan Siti, kemudian dia minta informasi lebih lengkap tentang pria paruh baya yang dilihat Siti saat itu. Setelah Siti menceritakan ihwal
Bab 191. SITI MENCARI PRIA PARUH BAYA DI RUMAH SAKIT JIWA “Apa Darko? Bagaimana bisa pria tidak berguna itu membawa pergi Angelina.?”Rossa tampak sangat kesal begitu mendengar perkataan petugas resepsionis yang sedang melayaninya. Melihat dan mendengar perkataan Rossa, Resepsionis ini hanya bisa diam, baginya dia tidak tahu menahu masalah pasien maupun keluar masuknya pasien ke Rumah Sakit ini. Karena tugasnya hanya menerima tamu dan memberikan informasi sesuai data yang tersedia di komputernya. “Sudahlah bu, sebaiknya kita pulang saja. Kita tidak usah ribut-ribut di tempat ini.”Abimanyu yang masih mempunyai pikiran panjang, segera membujuk Rossa untuk kembali saja. Apalagi dari catatan yang terdokumentasi oleh komputer Rumah sakit di beritahukan kalau Angelina keluar dari Rumah Sakit bersama Darko. Meskipun dengan perasaan kesal, akhirnya Rossa tetap mengikuti perkataan Abimanyu untuk pulang tanpa bersama Angelina. Tak lama setelah Rossa dan Abim
Bab 190. ROSSA INGIN MEMBAWA PULANG ANGELINA Tanpa sadar Siti menggumamkan sebuah nama yang selama ini selalu tersimpan di hatinya. Siapakah mas Tegar itu? Mas Tegar adalah suami Siti sewaktu mereka muda dan masih kuliah di Universitas Mandiraja. Sedangkan Tegar itu sendiri adalah ayah biologis dari Darko sang tokoh utama yang selama ini belum pernah dilihatnya. “Tunggu….”Tiba-tiba Siti berkata dengan sedikit ragu-ragu tergambar jelas di raut wajahnya. “Sepertinya saya pernah melihat mas Tegar, tapi dimana ya?” “Betul sekali, pria itu.” “Pria yang ada di Rumah Sakit Jiwa tempat Angelina dirawat, wajahnya sangat mirip dengan mas Tegar.”Siti tampak sedang mengingat-ingat sosok pria paruh baya yang sedang duduk di bawah pohon yang sebelumnya di lihatnya. Semakin dipikirkan, Siti semakin penasaran dengan pria paruh baya itu yang ada di Rumah Sakit Jiwa. Pria paruh baya itu adalah gelandangan yang ditemukan petugas polisi kota di pi
Bab 189. PELUKAN MENGHARUKAN Kedatangan Darko yang mendadak bersama Angelina serta Siti tentu saja mengejutkan Widyawati dan George, demikian juga dengan Faizi yang sedang bersama kakek dan neneknya. “Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikum salam.” “Eh ada tamu agung datang mengunjungi gubuk kami yang reot ini.”Widyawati langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina dengan sebuah sapaan merendah sebagai sopan santun yang umum bagi masyarakat jawadwipa setelah sebelumnya menjawab salam mereka. Darko terlebih dahulu melakukan sungkem dengan menjabat tangan kedua orang tuanya dengan cara mencium punggung tangannya. Setelah itu barulah Widyawati serta George langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina. “Anakku… kamu juga ikut pulang kerumah ibu?”Widyawati segera memeluk tubuh Angelina yang terlihat kurus, sebelumnya kedua orang tuanya sudah tahu kalau hubungan Darko dan Angelina sudah bercerai karena permintaan keluarga Wibisono. Karena hal in