Bab 120. ROSSA TERLAMBAT Tentu saja sosok Darko tidak bisa terekam kamera wartawan maupun warga yang melihat dari bawah. Karena saking cepat serta tiba-tibanya sosok Darko muncul begitu saja dan langsung memeluk tubuh Faizi. Apalagi setelah menangkap tubuh Faizi, Darko langsung melesat ke arah Jendela kaca yang ada di depannya. Sebenarnya bisa saja Darko membawa pergi Faizi dengan cara berteleportasi, akan tetapi jika dilakukan maka akan menimbulkan kehebohan dan kemampuan yang dimiliki akan tersebar keseluruh penjuru dunia. Meskipun kemunculan Darko sangat cepat, tapi di mata Bambang dan Slamet yang mempunyai kultivasi cukup tinggi dan sebagai bawahan Darko, tentu saja mereka berdua sangat mengenal sosok serta postur tubuh atasan mereka dengan baik. Karena hal itulah, setelah Darko masuk ke lantai dua puluh mereka berdua diikuti kapten Yitno langsung pergi untuk menyusulnya. “Kak Darko.”Bambang yang sudah berada di lantai dua puluh bersama Sla
Bab 121. ROSSA KECEWA “Aneh, kenapa banyak tentara di tempat ini? Dimana kerumunan orang dan wartawan yang menyiarkan jatuhnya Faizi dari atap gedung?”Rossa yang masih berada di dalam taksi tampak bergumam dan terlihat tidak percaya melihat pemandangan yang terpampang di depannya. “Bu, ibu mau diturunkan dimana?”Sopir taksi langsung menanyakan tujuan Rossa setelah dekat dengan gedung Cahaya Timur Group. “Eh, pak apa anda tahu dimana berkumpulnya orang-orang yang melihat anak kecil yang jatuh dari atap gedung di depan itu?” “Sepertinya di depan gedung Cahaya Timur Group itu bu.” “Baiklah, saya diturunkan di depan saja.”Setelah menentukan pilihan untuk di turunkan di sebelah mana, sopir taksi mulai menghidupkan lampu sein, kemudian berjalan perlahan untuk berhenti di depan gedung Cahaya Timur Group. Akan tetapi baru juga menghidupkan lampu sein dan berjalan perlahan ke arah gedung Cahaya Timur Group, beberapa tentara dengan senjata laras panjang sudah me
Bab 122. RENCANA BARU UNTUK ANGELINA Darko yang di tinggal sendirian di ruangannya langsung teringat dengan Angelina begitu mengalami kesulitan saat menjaga Faizi. “Angelina, apakah kamu tahu seperti apa keadaan anak kita pada saat ini?” Pada saat Darko mengingat mantan istrinya, dia yang tidak tahu keadaan Angelina hanya bisa menyalahkannya. Ternyata uang tidak bisa membuat seorang anak menjadi bahagia, kebahagiaan seorang anak adalah hidup bersama kedua orang tuanya. Berbeda dengan orang dewasa, mereka cenderung menilai kebahagiaan seorang berdasarkan uang atau kekayaan yang dimilikinya. Bagi sebagian orang dewasa, mereka menganggap kalau kebahagiaan bisa didapat jika mempunyai uang yang banyak. Meskipun uang bukanlah segalanya di dunia ini, akan tetapi tanpa uang seseorang akan menderita, apalagi mereka tinggal di perkotaan atau di komunitas manusia. Darko tetap duduk tenang di ruangannya sambil menjaga Faizi yang masih tidur di atas
Bab 123. MENGHIBUR FAIZI Senyuman penuh dengan penghinaan langsung menghiasi Rinto setelah melihat sikap Rossa yang terlihat sangat senang mendengar perkataannya. Rossa bukannya tidak melihat dan mengetahui senyum penuh hinaan di sudut bibir Rinto. Meskipun dia tahu akan hal itu, bukanlah hal besar baginya dihadapan keluarga Wibisono, Rossa hanya bisa mengalah dan membiarkan semua hinaan terjadi pada dirinya. “Betul sekali, tolong panggilkan Angelina untuk pergi bersamaku ke salon kecantikan.” “Baik, baik, dik Rinto tunggu sebentar. Biar saya panggilkan Angelina.”Dengan penuh antusias, Rossa segera pergi ke lantai dua untuk memberitahukan kabar menggembirakan ini kepada Angelina. Sementara itu orang yang sedang mereka bicarakan sedang duduk melamun di depan meja rias memandangi wajahnya yang sudah semakin kurus dengan mata berongga seperti mayat hidup. Tok tok tok… “Angelina… bukain pintunya, ibu mau masuk.”Dengan suara lembut Rossa ber
Bab 124. JET PRIBADI Mendengar pertanyaan Darko serta melihat ekspresi wajah ayahnya yang tampak penasaran ekspresi wajah Faizi tampak ragu-ragu seakan dia takut akan dimarahi oleh Darko karena telah melakukan kesalahan yang membuat panik banyak orang. Darko sepertinya tahu apa yang ada di pikiran Faizi, kemudian dia tersenyum dan berkata, “Dulu sewaktu ayah masih kecil seumuran Faizi juga pernah melakukan perbuatan yang membuat orang tua marah. Sebenarnya kakek dan nenek tidak memarahi ayah saat ayah kecil. Mereka sangat sayang dengan ayah, mereka hanya khawatir jika ayah bermain di tempat yang berbahaya akan membuat ayah terluka. Demikian juga dengan ayah dan paman-paman yang lain saat melihat Faizi bermain di atap gedung.” “Tapi, Izi tidak takut Yah. Izi ingin seperti superhero yang ada di televisi, Izi ingin bisa terbang dan meloncat tinggi seperti mereka.” “Memangnya Faizi ingin terbang seperti superhero?” “Iya Yah, Izi ingin bisa terbang seperti superhero.
Bab 125. PULANG KE KELUARGA MANGKUSADEWO “Ayah, apa kita akan naik pesawat ini?” “Iya, apa kamu senang bisa naik pesawat?” “Tentu saja senang Yah, Izi belum pernah naik pesawat. Tapi Izi pernah melihat orang naik pesawat saat nonton televisi.” Mendengar perkataan Faizi, Darko langsung membelai kepala rambut Faizi dengan penuh kasih sayang, kemudian mengajaknya naik tangga pesawat yang tidak seberapa tinggi. Begitu memasuki pesawat jet pribadi, wajah Faizi semakin berbinar-binar, apalagi melihat keindahan interior pesawat yang seperti berada didalam rumah dengan meja serta kursi tertata dengan rapi. “Ayah, kenapa kursi di pesawat ini agak aneh?” “Aneh? Memangnya aneh seperti apa?”Darko membalas celotehan Faizi dengan tatapan penuh dengan rasa kasih sayang dan perasaan bahagia melihat keceriaan yang tergambar di wajah anak kandungnya ini. Ternyata apa yang dilakukannya untuk menghilangkan trauma Faizi yang baru saja jatuh dari atap gedung Cahaya Timur
Bab 126. PERTEMUAN YANG PENUH DENGAN KEHARUAN Tinnn tinnn tinnn… “Hei, cepat buka pintu gerbangnya!”Pengawal yang memimpin konvoi berteriak memerintahkan kepada penjaga pintu gerbang untuk membuka pintunya sambil menekan klakson mobil. Tentu saja pengawal keluarga Mangkusadewo yang tidak tahu akan kedatangan tuan mudanya langsung murka melihat ketidak sopanan yang ada di depan mereka. Sebagai pengawal keluarga bangsawan Nusantara yang berasal dari militer tentu saja semua petugas yang berjaga di pintu gerbang di ambil dari prajurit militer yang masih aktif. Bahkan di tubuh mereka tergantung sepucuk pistol dan ada senjata serbu yang selalu mereka bawa untuk menjaga keamanan Mansion keluarga bangsawan Mangkusadewo. “Kalian ini siapa? Kenapa berani membuat keributan di tempat ini? Apa kalian tidak tahu kalian sekarang berada di mana?” Prajurit yang berjaga di dalam pintu gerbang berteriak balik memaki pengawal yang meminta mereka membuka pintu gerba
Bab 127. GUA HARTA KARUN Darko langsung sungkem kepada ayahnya, setelah itu dia berpelukan dengan pelukan hangat antara ayah dan anak penuh dengan kehangatan dan kasih sayang. George merasa sangat bahagia bisa melihat tumbuh kembang Darko sedari kecil hingga dewasa. Dan sekarang anak yang diasuhnya sudah memberi cucu kepada dirinya. Yang paling membuat bahagia hati George, sebagai seorang pria yang paling membuatnya bahagia adalah cucunya di beri nama keluarga Mangkusadewo bukannya diberi nama belakang ayah kandung Darko yang telah hilang sejak puluhan tahun yang lalu. Setelah Darko mengetahui asal-usul dirinya, ternyata Darko masih tetap menyayanginya seperti dahulu kala tanpa berubah sedikitpun. Faizi yang sedang di peluk Widyawati tampak memandangi ayah dan kakeknya yang sedang berpelukan dengan penuh kasih sayang selayaknya ayah dan anak. “Ayah benar-benar bangga padamu, kamu tidak pernah mengecewakan ayah.” “Ayah ini bisanya memuji saja.