Seorang anak yang bernama Nawasena dengan tubuh yang kecil dan ringkih pun menatap Baron dengan pandangan yang begitu meyakinkan, bahkan seperti dia memiliki banyak ambisi dalam dirinya. Rambut yang hitam, pipi yang kemerahan, dan senyum di bibirnya bagaikan sebuah wine yang dapat memikat banyak orang. Namun, dibalik semua keindahan pasti adanya sebuah kekurangan, selain tubuhnya yang lemah ada 2 bola mata yang putih semu abu. "Anak ini, ada apa dengan kedua matanya? Tubuhnya kecil sekali," gumam Baron yang menatap anak itu dengan sangat jeli. Suzy pun menarik tangan anak itu dengan pelan, "Nawasena, ayo kita pergi!" pinta Suzy. Namun, Nawasena seperti menolak untuk pergi dan terus matanya tertuju kepada Baron. Baron pun berjongkok dan memegang kepala Nawasena, "Om, tadi kenapa om berdiri di depan pintu?" tanya Nawasena. Baron mendekatkan dirinya ke mata anak itu, dan Nawasena pun seperti memberitahu Baron, "Om, mau sedekat apapun aku tidak bisa melihat!" Sontak itu membuat
Pernyataan Baron membuat Aghnia keheranan hingga ia melihat ke Baron, “Apa? Melatih anak itu beladiri? Kamu yang benar saja!” kata Aghnia dengan wajah yang tidak percaya pada Baron.“Memang terdengar sedikit aneh, tapi aku rasa itu bisa dilakukan dengan benar,” kata Baron. Aghnia menggeleng karena saking anehnya pernyataan Baron, “Tapi dia tidak bisa melihat!” kata Aghnia untuk memastikan apa keputusan Baron.“Aghnia, apa kamu pernah melihat seseorang yang buta tapi dia bisa melihat kita dengan pendengarannya? Anak itu, dia bisa merasakan bahwa aku ada di balik pintu, apa itu mungkin? Bahkan Suzy tidak sadar aku ada disana!” jelas Baron. Aghnia seperti tertarik dengan kata-kata Baron, “Orang buta yang bisa melihat dari pendengaran? Bagaimana mungkin?” tanya Aghnia, “Aku pernah bertemu seseorang yang kondisinya sama, bahkan aku rasa jika dia memiliki mata yang normal, maka dia tidak bisa hidup dengan normal. Dia benar-benar tidak bisa melihat, tapi dia pernah memukukiku berkali-kali
Sebuah kalimat yang membuat Baron langsung membeku, karena ada seseorang yang mengetahui dirinya bahwa dia adalah seorang Jendral Theos. Pria yang di depannya pun menjadi keringat dingin, lalu Baron melihat ke belakang dan itu hanyalah seorang anak kecil laki-laki dengan rambut kecoklatan dan memakai pakaian tentara Rusia.“Ada yang mengetahui bahwa aku adalah Jendral? Aku rasa, mereka menggunakan anak kecil karena mereka pikir aku akan melunak?!” batin Baron.“Siapa kalian?!” tanya Baron dengan tatapan tajam. Pria itu pun menjawab dengan gagap “T-tenang dulu, kami—” Lalu, Dahil menahan pria itu dengan kakinya agar pria itu tidak bisa lari, “Baron! Berhenti!” kata Aghnia yang turun dari tangga sembari dengan Orel dan seorang wanita yang mirip dengan anak laki-laki itu.“Baron, tolong berhenti! Mereka, mereka sepupuku, maaf aku juga kaget kenapa mereka bisa ada disini!” kata Aghnia. Baron nampak tidak percaya, “Ini! Ini Isabella, Baron! Y-yang dulu menjadi bridesmaids!” kata Aghni
Di sebuah Negeri berdiri seorang yang ditakuti oleh militer di seluruh Negara. Orang dari Asia yang mampu menguasai Eropa dalam pertempuran Agung. Dialah sang Jendral Theos Yang Agung, Baron Vasilias. Di belakang Baron, berdiri barisan para tentara yang sudah menyelesaikan tugasnya, Baron membalikkan badannya dan para tentara itu memberi hormat kepada Baron.Sebelum menjadi sosok jenderal yang ditakuti dan disegani, Baron hanya seorang menantu tak berguna yang selalu diinjak-injak oleh keluarga istrinya.Dulu, di kediaman keluarga Hasya, Baron sering diperlakukan tidak manusiawi. Bahkan, mereka memberi makan Baron dengan nampan dan piring yang biasanya diberikan pada Anjing. Tak hanya itu, ia bahkan dianggap oleh lingkungannya sebagai anak haram yang dibuang oleh keluarganya sendiri.Sampai akhirnya keburukan nasibnya memuncak. Di dalam sebuah kamar, semua keluarga istrinya melihat Baron dan seorang wanita yang merupakan sahabat istrinya tengah berada di satu ranjang dengan tanpa b
Di saat Baron sedang melihat Aghnia yang terbaring, ia dikejutkan dengan hadirnya sosok yang ia benci selama ini. “Siapa kau?” tanya seorang pria yang datang dengan membawa istrinya, serta ada dua orang pasangan tua di belakangnya.“Suara itu?!” Baron menggetarkan giginya dan melihat ke arah suara tersebut berasal.“Mereka!” batin Baron.“Baron?!” ucap pria tersebut yang tidak lain adalah Ivan Hasya serta istrinya. Keterkejutan mereka melihat Baron yang datang dengan sosok yang berbeda, membuat mereka syok. Dan, pandangan Baron yang dulunya seperti pria polos kini berubah menjadi tegas dan berwibawa.“Kau! Kenapa kau ada di sini, Baron?!” tanya Ivan.“Kenapa? Apa aku harus memilih alasan yang jelas untuk itu?” jawab Baron sambil menunjukkan ke arah Aghnia.“Istriku! Aghnia Hasya! Dia terbaring di sana dan kamu masih bertanya untuk apa aku disini, Ivan?!” Tiba-tiba sebuah tamparan melayang keras di wajah Baron, akan tetapi wajah Baron cukup keras alhasil tangan dari Jessica lah ya
Terdengar suara dari Aghnia yang memanggil nama Baron secara berulang-ulang, hal itu jelas membuat Baron terkejut karena orang yang dicari pertama kali oleh Aghnia adalah dirinya. “Aghnia?” Baron langsung melihat ke arah Aghnia yang sedang terbaring, ia dikejutkan dengan Aghnia yang sadar namun sepertinya belum sepenuhnya Aghnia sadar. Baron menghampiri Aghnia dengan pelan-pelan, karena ia masih tidak menyangka bahwa ia akan bertemu lagi dengan istrinya setelah sekian lama terpisahkan.“A-aghnia…” Baron kini sudah ada di sisi Aghnia, dan ia melihat Aghnia yang setengah sadar dan sayup-sayup terdengar suara Aghnia yang masih memanggil nama Baron.“B-baron?” Aghnia mencoba untuk memproses ingatannya, tapi sosok Baron yang ia pikirkan jauh berubah dengan yang sekarang, kini sudah berdiri Baron dengan wajah yang sedih. Baron memeluk Aghnia dengan cukup erat.“Aghnia! Aku kembali, aku kembali Aghnia!” Dengan tangan yang masih lemah, Aghnia memeluk Baron sambil ia menangis.“Dasar,
Beberapa hari berlalu, Baron yang tengah bersiap untuk menjemput Aghnia di rumah sakit dan membawanya ke rumah keluarga Hasya diberitahu oleh Nolan bahwa Baron akan diberikan sebuah black card yang akan digunakan oleh Baron.“Jendral, ini adalah black card yang bisa Jendral gunakan nantinya, tapi jika Jendral membutuhkan untuk uang cash dengan jumlah yang besar, Jendral bisa menghubungi saya!” ucap Nolan sembari memberikan black card kepada Baron. Baron melihat black card itu dan menyimpannya, kemudian Baron berpikir sejenak, tentang membawa Aghnia ke keluarga Hasya atau ke kediamannya. Meskipun, Baron sudah memutuskan untuk menghancurkan keluarga Hasya dari dalam.“Apa yang harus aku lakukan? Membawa Aghnia kemari atau membawa Aghnia ke keluarga Hasya, tapi bagaimana aku menjelaskan ini semua? Rasanya, tidak akan mungkin untuk saat ini, setidaknya aku harus kembali ke kediaman keluarga Hasya!” batin Baron.“Jendral? Apa yang sedang Jendral pikirkan?” tanya Nolan dengan keheranan.“
Sebuah penghinaan bagi Baron Sang Jendral harus bersujud dan memohon kepada keluarga Hasya yang sudah membuangnya terutama Ivan yang paling ia benci. "Bersujud? Kepada keluarga yang sudah membuangku, dan sekarang aku harus bersujud demi tempat di keluarga Hasya?" Niat Baron hanyalah untuk bersama lagi dengan istrinya bukan keluarga istrinya, namun sayang niat Baron malah dimanfaatkan oleh Ivan yang ingin sekali merendahkan Baron serendah-rendahnya. "Ayo cepat! Katanya kau ingin kembali dengan Aghnia! Ayo memohonlah seperti anjing kepada tuannya!" caci Ivan kepada Baron. "Ayolah! Bukannya dari dulu kau selalu menjilat orang-orang untuk memenangkan hati Aghnia? Kenapa sekarang kau sombong sekali? Atau...sekarang kamu sudah menjadi anjing jalanan!" celetuk Jessica. Baron semakin murka dibuat oleh pasangan itu hingga Baron pun membalas ucapan Jessica. "Tutup mulutmu j*lang! Kau tidak memiliki hak atas penghinaanmu kepadaku!" ujar Baron dengan sorot mata tajam ke arah Jessica dan