Tiga orang suruhan Leonardo hanya tersisa Gyle. Namun, pria itu tampak sangat tenang walau sudah melihat kedua rekannya tewas."Kalian pengguna teknik pernapasan Naga memang sangat kuat, tapi ...."Gyle memejamkan matanya, ketika ia membuka matanya terasa tenaga dalam pria itu menyelimuti tubuhnya.Naza seketika langsung bersiap dengan kuda-kudanya, ternyata lawan dia bukan pengguna teknik manipulasi otot seperti kedua rekannya.SwuzzGyle melesat dengan cepat kearah Naza, tanah tempat pria itu berpijak terlihat membentuk jejak kakinya.DuakSwuttNaza terhempas beberapa meter kebelakang ketika menerima serangan dari Gyle. Namun, pria itu masih berdiri tegap dengan menyilangkan kedua tangannya didepan dada.Naomi bermaksud untuk membantu saudaranya, tapi sang Ayah menghentikan dia. Sulivan yakin kalau Naza dapat mengalahkan Gyle."Ayah, dia pengguna teknik tenaga dalam, apa yakin Naza akan baik-baik saja?" tanya Naomi khawatir."Lihat saja dulu," jawab Sulivan santai.Naomi hanya bisa
Dua tahun lalu ketika Martin tidak dapat melawan orang-orang yang mengejarnya pada saat itu semua titik meridian nya terkunci.Martin dijebak Danil ketika sedang berpesta dengan obat tidur dengan dosis yang besar. Ketika bangun pria itu sudah berada ditengah hutan dengan kondisi sudah kesulitan menggunakan kekuatannya. Namun, kemauan hidup Martin yang sangat kuat, membuatnya bisa menggunakan kekuatannya walau hanya untuk sesaat, tepatnya ia hanya bisa menggunakan kekuatan dalam waktu lima menit saja.Sebab itulah Martin bisa melarikan diri, hingga akhirnya ia melompat ke sungai dan ditemukan Kekek Jesica.Hanya kerabat Ibunya dan beberapa orang bawahan Martin yang tahu kalau dia punya kekuatan turunan keluarga Ibunya, selain beberapa orang tersebut, mereka pikir Martin hanya mampu menggunakan kemampuan Ayahnya yang mahir dengan senjata, pasalnya Martin tidak pernah memperlihatkan kemampuan beladiri nya.***Martin menatap Sulivan dan kedua anaknya dengan seksama, ia kemudian berbicara.
Narika, Negara besar yang menjadi pusat perdagangan dunia. Negara tersebut terkenal dengan sebutan Jantung Dunia, pasalnya hampir seluruh Negara di Dunia di kuasai oleh pebisnis yang berasa dari Negara tersebut.Kendali Narika terhadap pasar perdagangan Dunia memang sangat berpengaruh, bahkan nilai mata uang di sana menjadi patokan para pebisnis dari kelas bawah hingga atas.Di antara para pebisnis tersebut, ada seseorang yang memang senang sekali menguasai Negara yang memiliki sumber daya alam sangat tinggi.Leonardo Zagal, namanya sangat tersohor diberbagai belahan dunia, sudah berapa Negara yang merasakan kekuasaan pria tersebut, ia mampu mengendalikan pemerintahan Negara yang di kuasainya dengan sangat mudah, dengan kata lain menjadikan boneka para petinggi Negara tersebut.Kekuasaan Leonardo tidak luput dari cara berbisnis nya yang sangat tidak manusiawi, mereka yang berani menentang akan langsung dilenyapkan. Karena sosok tersebut juga seperti Martin, memiliki kekuasaan di dunia
Leonardo melihat Samuel yang terus memperhatikan Sely masuk kedalam kamar dengan air liur hampir menetes.Pria tu menegurnya. "Apa kamu menyukai Sely Samuel?" Sontak saja Samuel terkejut, ia langsung menundukkan kepalanya. "Ti-Tidak tuan, saya tidak berani," jawabnya tergagap."Kamu tahu, permainan dia sangatlah luar biasa, yakin tidak mau?" tanya Leonardo lagi.Leonardo melirik wajah bosnya, ingin memastikan pria itu berbicara serius atau tidak, tapi saat melihat tatapan membunuh dari bosnya tersebut, ia seketika langsung menggelengkan kepala sambil menelan ludah.Rocky menyeringai melihat Samuel ketakutan, pasalnya pria itu memang senang sekali mempermainkan wanita.Leonardo menghela napas. "Kita langsung berbicara ke inti masalahnya, kenapa aku memanggil kalian kemari!" ucapnya tegas.Keempat bawahan Leonardo mengangguk bersamaan, mereka menyimak dengan seksama apa yang akan bosnya katakan."Baron, Nase dan Gyle telah tewas, saat menjalankan misi di Souland," lanjutnya berbicara.R
Martin masih mengobrol dengan Sulivan di pos penjagaan, memang banyak hal yang ingin Martin ketahui setelah kepergiannya selama dua tahun belakangan.Ivan datang membawakan Martin minuman kesukaannya, secangkir kopi pahit tanpa gula sedikitpun."Terima kasih Ivan, duduklah!" perintahnya pelan.Ivan mengangguk, ia duduk disebelah Sulivan yang sedari tadi sedang mengobrol dengan tuannya tersebut."Sulivan, jika pengguna teknik ilusi memang orang suruhan dibalik berhianat nya Danil, aku yakin dia akan muncul kembali, apa kamu punya cara untuk menghapus pengaruh dari teknik ilusi tersebut?" tanya Martin serius.Sulivan menatap heran tuannya, kemudian berbicara, "Tuan sebelumnya saya meminta maaf, bukankah seharusnya anda tidak akan terpengaruh dengan kekuatan anda yang bisa memfokuskan pikiran?" Martin menghela napas, menjawab pertanyaan Sulivan, "Kalian tentu ingat kejadian dua tahun lalu, hampir semua titik meridian ku terkunci, aku hanya bisa menggunakan kekuatan dalam beberapa menit,
Tanpa sepengetahuan Martin ancaman yang datang semakin besar. Jika saja kekuatannya tidak terkunci, mungkin pria itu bisa menyelesaikan semuanya dengan mudah. Namun, sayangnya kondisi Martin tidak seperti dulu, ia yang sekarang sangatlah lemah.Martin hanya bisa berharap dengan keluarga Reilly untuk melindunginya selama kekuatannya belum kembali seperti semula.***Sementara itu di perusahaan Leonardo berada, terlihat seorang pria paruh baya yang Tempak sedang gusar di kamar mandi."Brengsek, aku sudah memberikan segalanya, bahkan pencapaian ku juga sudah sangat maksimal, tapi kenapa dia yang selalu menjadi pilihan!" gerutunya marah di kamar mandi.Daryl Zapata, dia salah satu karyawan terbaik diperusahaan Leonardo. Namun, pria tersebut tidak pernah mendapatkan kenaikan jabatan. Karena atasannya selalu menggunakan pencapaian Daryl sebagai pencapaiannya.Wajar saja jika Daryl marah ketika semua pencapaiannya diambil sang atasan. Namun, pria itu tidak bisa melawan sama sekali, karena ia
ke esokan harinya, Apartemen milik Martin berada yang diberikan ke kedua orang tua Jesica. Wanita yang telah menikah dengan Martin itu sedang bersiap pulang ke Mansion Dreams, dimana suaminya tinggal."Ayah, Ibu, hanya ini yang bisa aku berikan," ucap Jesica sambil memberikan kartu Bank miliknya.Reinhard menahan tangan Jesica. "Nak, itu kartu Bank milikmu, lebih baik kamu simpan saja."Jesica menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum. "Tidak apa Ayah, walaupun isinya tidak banyak, tapi setidaknya bisa untuk hidup kalian, nanti kalau kalau aku diberi uang sama Martin, aku pasti akan mengirimnya ke Ayah dan Ibu.""Martin tidak memberimu uang sampai hari ini? Pria macam apa dia itu?!" tegur Sarah yang baru keluar dari kamar.Mendengar suara Ibunya yang begitu menggetarkan gendang telinga, reflek Jesica menoleh.Terlihat wanita paruh baya itu sambil bersungut-sungut menghampiri Jesica dengan wajah menggelap."Sudah kaya tetap saja tidak memberikan nafkah buat kamu, benar-benar pria yang
Daryl menghirup napas dalam-dalam untuk menambahkan kepercayaan dirinya. Pria itu berusaha tetap tenang agar sang istri tidak ikut ketakutan. Ia bergegas mengeluarkan laptop, menyalakannya kemudian memasang Hardisk tempat penyimpanan data perusahaan Leonardo."Tuan Luther silahkan anda lihat sendiri," ucap Daryl sopan sambil menyerahkan laptopnya yang menampilkan data-data perusahaan Leonardo.Norman mengerutkan keningnya saat melihat data perusahaan Leonardo, walaupun ia tidak bergelut langsung dalam dunia bisnis, tapi ia cukup paham dengan perusahaan tersebut.Pemimpin sementara mafia Luther Newland tersebut menatap Daryl dengan tajam lalu buka suara. "Apa maksudmu memperlihatkan data-data ini? Kami tidak ada sangkut pautnya dengan Leonardo Zagal!" "Sa-Saya tahu tuan, anda pasti berpikir begitu, tapi sebenarnya ...." Daryl sengaja menghentikan ucapannya agar Norman penasaran.Norman mengeluarkan pistol, menodongkan langsung ke kepala Daryl. "Aku paling tidak suka dengan orang yang b
Setelah Adama sampai di Narika, pria itu langsung melakukan penangkapan terhadap Patricia. Mengatasnamakan keamanan Narika atas transaksi ilegal yang dilakukan wanita itu, membuat Patricia pun tidak bisa berkilah lagi.Patricia berhasil ditangkap oleh Adama di bantu keamanan Narika, menggunakan bukti-bukti transaksi ilegal yang dilakukan wanita itu.Bahkan beberapa orang yang bekerjasama dengannya juga ikut terseret masuk kedalam jeruji besi.Di ruang interogasi, terlihat Adama sedang duduk dihadapan Patricia yang sudah mengenakan pakaian tahanan."Katakan padaku, apa saja yang kamu ketahui tentang Martin Luther?" tanya Adama.Patricia hanya diam, menatap tajam Adama, tanpa berbicara sepatah kata pun.Adama menghela napas panjang. "Kakakmu bukanlah orang yang baik, seharusnya kamu hidup lebih baik darinya, tidak perlu meneruskan usahanya, tetap sembunyi di Vlasir."Patricia masih tetap diam, ia tidak berbicara sama sekali, hanya memperhatikan Adama dengan seksama.Adama memijat pangkal
Adama sebenarnya tidak ingin melibatkan Martin terlebih dahulu. Akan tetapi Patricia berhubungan dengan Leonardo dan yang lebih penting wanita itu sedang mengincar Jessica, sehingga ia pikir kalau Martin harus tahu tentang masalah tersebut."Kamu tidak perlu datang ke Narika, aku cuma memberitahumu. Setelah bukti-bukti terkumpul, akan aku seret wanita itu kehadapan kamu," ucap Adama mencoba menenangkan Martin.Martin menghela napas. "Selama ini aku sudah merepotkan kalian, tidak enak jika diriku tetap diam dan masalah ini juga berhubungan dengan Istriku, Adama.""Ck, kau baru saja kembali, anak dan Istrimu masih merindukan kamu, serahkan semuanya pada kami," ujar Adama.Adama mengangguk pelan sembari tersenyum agar Martin percaya padanya dan tidak memikirkan masalah tersebut.Martin memijat pangkal hidungnya, lantas buka suara. "Baiklah ... selesaikan dengan cepat Adama, aku tidak ingin Istriku kenapa-napa.""Siap Bos!" jawab Adama sembari hormat.Martin terkekeh geli melihat tingkah A
"Kenapa bengong, tidak mau?" tegur si gadis.Matias seketika langsung tersadar, mengambil kopi kaleng pemberian gadis tersebut. "Terima kasih."Gadis itu mengangguk pelan, ia duduk disebelah Ivan sambil menenggak minuman kaleng yang ada ditangannya.Matias terlihat gugup, ia mencuri-curi pandang ke arah di gadis sambil mengusap-usap minuman kaleng yang dipegangnya."Seila Rosemary Weil, itu namaku," ucap si gadis tiba-tiba."Eh ... a-aku Mati ....""Matias Luther, aku sudah tahu," sela Seila ketika Matias belum selesai berbicara.Matias hanya tersenyum kecut, ia tidak bisa berkata-kata lagi, karena saking gugupnya. Ini pertama kalinya ia mengobrol dengan gadis tapi segugup itu, padahal kalau disekolah ia tidak pernah seperti itu.Seila menoleh menatap Matias, ia memperhatikan Matias yang sedang menundukkan kepalanya sambil menggenggam minuman kaleng yang ia berikan."Kamu tidak suka kopi?" tanya Seila."Su-suka!" jawab Matias langsung membuka kopi kaleng ditangannya dan menenggaknya."
Orang yang datang tersebut ternyata anak dan cucu Profesor Erikson, mereka memang sering menjemput pria tua itu, jika Martin tidak mengundangnya.Anak dan Cucu Profesor Erikson terkejut saat melihat wajah Martin yang terlihat buruk rupa, bahkan gadis yang usianya sama dengan Matias sampai bersembunyi di balik tubuh sang Ayah, padahal tadi sangat bersemangat."Ayah, siapa mereka?" tanya anak profesor Erikson penasaran."Orang yang selalu Ayah bicarakan, dialah yang selama ini meminta bantuan Ayah. Martin, kenalkan mereka anak dan cucuku," ucap Profesor Erikson."Astaga, jadi benar ada orang yang terluka parah masih hidup," celetuk cucu profesor Erikson.Ayah gadis itu langsung memelototi sang anak, sehingga si gadis langsung menutup mulutnya sambil sedikit membungkukkan badan.Martin mengulas sebuah senyum, ia mengulurkan tangannya. "Maaf selama ini telah merepotkan Ayah anda, saya Martin Luther, mereka anak dan Istriku."Anak Profesor Erikson menyambut uluran tangan Martin, balas terse
Martin, Istri dan anaknya pulang ke Mansion, kedatangan mereka di sambut Celine, Adama dan Norman yang memang sudah menunggu mereka.Adama dan Norman memang langsung terbang ke Souland setelah mendengar Martin telah kembali."Martin!" Adama langsung menghambur memeluknya.Martin balas memeluk sambil tersenyum. Norman yang melihat wajah Martin separuh buruk rupa membuatnya sedih, ia tidak pernah menyangka kalau keponakannya menjadi seperti itu.Adama melepaskan pelukannya. "Kondisi kamu, kenapa seperti ini?""Aku tidak apa, asalkan kalian sudah mengenaliku itu lebih dari cukup," jawab Martin lembut.Adama menghela napas, melihat kondisi saudaranya seperti itu, jelas saja membuatnya sedih, ia yakin kalau Martin telah melewati masa sulit."Lama tidak bertemu Paman," sapa Martin, memeluk Norman yang sudah terlihat semakin tua.Norman balas memeluk Martin, sedikit menepuk-nepuk punggungnya. "Syukurlah kamu baik-baik saja."Martin melepaskan pelukannya, ia tersenyum menatap Norman dan Adama,
Matias tidak mempermasalahkan Ibunya mengencani siapa pun, tetapi yang membuat ia bingung kenapa tiba-tiba, ditambah pria yang dikencani buruk rupa.Melihat Matias yang menatapnya dengan seksama. Martin menyadari kalau putranya tersebut mengenali dirinya saat pertama kali bertemu di gunung Soul."Kita bertemu lagi," ucap Martin sambil tersenyum."Astaga ... jadi benar itu kau Paman!" Matias terlihat terkejut, kemudian bertanya, "Paman mengenal Ibuku?""Tunggu dulu, kalian sudah saling kenal?" sela Jessica diantara Suami dan Putranya.Martin menggelengkan kepalanya. "Tidak, tapi kami pernah bertemu satu kali, saat anak kita bolos sekolah ke gunung Soul.""Astaga ...." Jessica menutup mulutnya tidak percaya, ternyata ada sebuah kebetulan seperti itu bukan hanya di film-film saja.Matias mengernyitkan dahi ketika Paman buruk rupa itu menganggapnya sebagai anak. Ia menatap sang Ibu yang tampak sangat tergila-gila dengan sosok tersebut, terlihat dari sorot matanya.Pemuda itu ingin bertanya
Jessica tidak merasa sama sekali kalau Suaminya buruk rupa, ia masih memperlakukannya sama seperti dulu, ketika ia masih sangat tampan.Mereka berdua keluar dari Mansion Luther. Martin dan Jessica sedikit terkejut ketika melihat semua bawahannya berbaris di halaman Mansion. Adrian, Zarko, Jimy, Ivan dan Sulivan berdiri paling depan memimpin mereka semua."Selamat datang kembali Tuan!" sapa semua bawahan Martin serempak sambil membungkukkan badan.Martin merasa terharu melihat mereka semua masih menghargainya, padahal ia sudah berprasangka buruk kepada mereka semua dan tidak berani memunculkan wajah buruk rupanya.Jessica merangkul lengan sang Suami, Martin menoleh menatap sang Istri, terlihat Jessica tersenyum padanya sambil menganggukkan kepala.Martin meminta para bawahannya untuk berdiri tegap kembali, mereka semua pun langsung berdiri tegap siap mendengarkan apa yang akan pemimpinnya katakan."Terima kasih untuk kalian semua yang sudah menjaga keluargaku dengan baik ... dan maaf, s
Semua orang yang ada di sana tercengang, mereka semua tidak menyangka kalau Istri Tuannya tidak merasa jijik sama sekali dengan kondisi wajah Martin.Celine yang tertegun segera tersadar, ia memberikan kode kepada semua pengawal penjaga Mansion agar pergi meninggalkan tempat tersebut.Mereka semua pun bergegas pergi sesuai dengan kode yang Celine berikan agar tidak mengganggu pertemuan kembali Tuan mereka.Celine tersenyum ketika ikut keluar dengan para penjaga Mansion. Ia juga merasa lega melihat Martin yang ternyata masih hidup.Martin membalas kecupan Jessica, ia memeluk wanita yang telah ditinggalkannya tersebut selama belasan tahun lamanya, ia memeluk tubuhnya dengan erat.Keduanya melepaskan cumbuan mereka, terlihat Jessica memegang kedua pipi Martin. "Selama ini ... kamu pasti menderita sendirian," ucapnya lembut.Martin menggelengkan kepalanya. "Tidak, kalian lah yang lebih menderita dariku, maaf."Air mata mereka berdua tidak terbendung lagi, keduanya kembali berpelukan melepa
Zarko dan Adrian sampai di pantai Heracles, di mana Jimy mengatakan terlihat di salah satu CCTV jalan dekat dengan pantai.Mereka berdua turun dari mobil mendongak menatap CCTV yang ada di sebuah tiang pinggir jalan."Zarko, apa kamu yakin kemungkinan beliau ada di sini?" tanya Adrian sambil menatap tepi pantai yang tampak sangat sepi."Jangan banyak bertanya, kita cari jejaknya!" tegur Zarko yang langsung berlari ke arah CCTV menyorot.Adrian berdecak kesal, pasalnya jika Zarko sudah bergerak, pria itu tidak akan menyerah sampai apa yang ia inginkan terpenuhi.Mereka berdua pun menyusuri pantai Heracles sepanjang malam. Namun, keduanya tidak menemukan apa pun di sana."Ah ... aku lelah." Adrian ambruk di pantai, telentang menatap langit yang mulai cerah.Zarko menghela napas, ia juga berhenti dan duduk di sebelah rekannya tersebut sambil mengacak-acak rambutnya. Karena tidak berhasil menemukan apa pun di sana."Tuan, di mana kamu sebenarnya?" gumam Zarko.Adrian menoleh mendengar reka