59. Rahasia Masa Lalu (Bagian B)"Astaghfirullahaladzim, tentu saja tidak, Bu!" katanya histeris. "Ya Allah, saya bahkan lupa tujuan awal kalau tidak Ibu ingatkan," katanya malu."Tidak apa-apa, Nak Surya. Memangnya ada apa?" tanya Ibu lembut.Kami semua fokus mendengarkan apa yang ingin Surya sampaikan, kalau sampai dia jauh-jauh datang ke sini, pasti hal ini sangat penting dan juga darurat."Begini, Bu! Ada yang melapor pagi ini ke kantor, bertepatan setelah Bang Abdul pulang!" katanya memulai pembicaraan."Lalu?" tanyaku tak mengerti.Bukankah wajar jika ada yang melapor? Kan, di sana kantor polisi! Apa istimewanya hingga dia mengatakan hal ini pada kami semua?"Yang menarik adalah dia juga melaporkan saudara Gery!" tukas Surya cepat.Kami semua terdiam, terutama Kak Ambar. Dia melotot kaget mendengar berita ini. Apalagi kali ini? Kenapa banyak sekali kasus yang dilakukan Bang Gery, sih?"Apa kasusnya?" tanya Bang Galuh cepat."Penipuan! Gery meminjam uang sebesar seratus juta deng
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas60. Pasangan Uwu (Bagian A)"Kamu senang kan, Dek?!"Aku yang sedang mengeringkan rambutku langsung terdiam dan menatap wajah Bang Galuh melalui pantulan cermin meja rias dengan pandangan bertanya. Dia terlihat duduk di bibir ranjang sambil melirik ke arahku dengan pandangan tajam, seolah ingin menguliti aku hidup-hidup.Aku mengerutkan kening, senang? Senang kenapa? Ini bukan ulang tahunku, bukan pula ulang tahun pernikahan kami. Dan Bang Galuh juga tidak ada memberiku hadiah hari ini, baik itu sebuah cincin pun seikat bunga.Lalu, kenapa aku harus senang?"Maksud Abang, apa?" tanyaku tak mengerti. “Aku nggak paham,” kataku dengan lugas.Daripada dipendam dan menjadi penyakit hati lebih baik aku bertanya saja, biar jelas. Lagian sekarang ini wajah Bang Galuh sangat tidak enak dilihat, dia seperti orang tengah menahan BAB. Kecut, masam, dan juga jelek. Aku juga heran, kenapa dia merengut saja sedari tadi. Diajak ngomong malah diam, aku diamkan
61. Pasangan Uwu (Bagian B)"Sayang …." kataku memulai aksi."Hm!" dehemnya seolah tak minat."Sayang …." kataku lagi dan bersandar manja di bahunya."Apa lo, Dek? Jangan dekat-dekat ih, Abang risih!" katanya jual mahal."Oh, ya sudah kalau masih marah," kataku cuek dan melepaskan pelukan. " Aku tunggu di kamar, ya Bang …." ucapku mendayu sambil mengerling nakal.Ha ha ha ….Tidak harus menunggu tiga detik, untuk jawaban dari Bang Galuh, karena dia langsung beranjak dan menggendongku memasuki kamar. Meninggalkan segelas kopi yang teronggok di meja, hingga menjadi dingin. Please, jangan kepo dengan apa yang kami lakukan! ~Aksara Ocean~"Bang! Bangun, mandi! Ayo sholat Subuh!" kataku pelan.Aku mengguncang bahu Bang Galuh dengan lembut, dia menggeliat dan ….BROOOOTTTT …."Ya Allah, Abang! Jorok banget!" pekikku sambil mengibas udara dengan telapak tangan.Gegasku membuka jendela, dan berharap bau busuk ini segera berlalu pergi dari kamarku. Sedangkan Bang Galuh sudah duduk di tepi ra
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas62. Bertemu Pak Jarwo (Bagian A)“Assalamualaikum, Pak!”Panggil Bang Galuh pada seorang lelaki paruh baya, yang tengah duduk santai di sebuah amben di bawah pohon jambu air yang tengah berbuah lebat. Air liurku hampir menetes, jambu merah yang nampak segar dan juga manis itu seolah tengah memanggil-manggil aku untuk segera mencicipinya.“Waalaikumsalam, siapa toh?” katanya sambil memicingkan matanya.“Galuh, Pak!” jawab Bang Galuh sambil menarikku untuk mendekat.“Galuh? Sini mampir, Nang!” kata Pak Jarwo semangat.Aku mengikuti Bang Galuh dengan canggung, bagaimanapun juga aku baru kali ini bertemu dengan Pak Jarwo. Di bayanganku, Pak Jarwo ini adalah sosok yang pendek, rada botak, dan juga punya sedikit kumis. Tapi perkiraanku salah, Pak Jarwo ini terlihat tinggi dan juga berambut lebat walau sudah memutih sebagiannya, kumisnya juga lebat dan melengkung.“Sama siapa, Nang?” kata Pak Jarwo sambil berbisik pada Bang Galuh.Dia menatapku pena
63. Bertemu Pak Jarwo (Bagian B)Aku juga heran dan penasaran, kalau beliau sudah kenal Bang Gery dari dulu, berarti beliau orang asli sini, dong. Tapi kenapa dia tidak mengenal aku ataupun Bang Galuh? Walau masih beda desa, tapi biasanya masing-masing orang saling mengenal satu sama lain.Apalagi bukannya aku sombong, Bang Galuh dan aku lahir dari keluarga yang lumayan terpandang dan biasanya orang-orang akan mengenali kami sebagai anak Pak Rohman dan Pak Suprapto.Tapi jika beliau tidak mengenali aku ataupun Bang Galuh, tapi kenal dengan Bang Gery. Apa mungkin mereka bersaudara? Batinku berteriak penasaran."Lah, iya. Bapak dulu asli sini, tapi kemudian merantau ke Pekanbaru tiga puluh empat tahun yang lalu. Lalu kembali ke sini, dan mulai usaha ternak ayam sekitar dua tahun yang lalu," katanya menjelaskan. "Makanya Bapak kenal sama Gery," lanjutnya lagi Aku dan Bang Galuh mengangguk mengerti, pantas saja aku pun tidak pernah tahu siapa Pak Jarwo ini. Ternyata sebelum aku lahir pun
Menantu Lemas, Ipar Panas, Mertua Lemas64. Kebodohan yang lucu (Bagian A)Hening! Pak Jarwo seolah tengah tenggelam dengan dunia nya sendiri, dia bahkan tidak menggubris panggilanku dan juga Bang Galuh sedari tadi. Dia memandang dinding dengan pandangan kosong, sesekali helaan nafas berat dikeluarkannya. Entah beban berat apa yang ada di pikirannya, akupun tak mengerti. Tapi, semuanya ini dimulai saat Bang Galuh mengatakan kalau dia adalah anak Ibu. Apa masalahnya? “Assalamualaikum!” Suara seorang wanita terdengar mengucap salam di luar sana, tak lama seorang wanita paruh baya memasuki rumah. Ditangannya terdapat keranjang belanjaan yang terlihat penuh, mungkin sosok ini adalah istri Pak Jarwo yang sedari tadi sudah kami tunggu.“Waalaikumsalam!” kataku dan Bang Galuh serempak.Sedangkan Pak Jarwo malah menatap istrinya dengan pandangan yang sulit diartikan, setelah menghela nafas panjang baru dia menjawab salam yang diucapkan oleh istrinya tadi.“Waalaikumsalam, sudah pulang, Bu
65. Kebodohan yang lucu (Bagian B)POV RATMI"Bu! Bu!"Sarah memasuki ruangan dengan membawa beberapa tas jinjing yang aku tahu isinya pasti pakaian dan juga makanan, di melenggang melewati ku dan langsung meletakkan barang bawaannya ke atas nakas di sebelah bangsal yang dihuni oleh Gery."Bagaimana? Apa ada perkembangan Bang Gery, Bu?" tanyanya sambil ikut mendudukkan diri di sampingku."Adalah, apa kau pikir abangmu ini koma?!" tanyaku ketus."Yaelah, Bu. Biasa aja, dong!" balasnya sambil mencebik."Bang! Bangun!" katanya menggoyangkan kaki Gery yang tidak dipasangi gips."Sarah!" tegurku tak terima.Aku takut kaki Gery terluka lagi, walau yang sebelah tidak di gips bukan berarti tidak terluka. Galuh si*lan itu benar-benar menghajar anakku dengan sangat sadis, tidak akan aku biarkan! Bagaimanapun juga dia harus menerima akibatnya."Ssssttt …." Gery mendesis pelan."Nah, kan. Abangmu terbangun gara-gara kelakuan bar-barmu!" Aku mengomel sambil mendekat ke arah Gery yang sudah membuka
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas66. Kelahiran Galuh (Bagian A)POV AJENGCobaan demi cobaan datang ke dalam keluargaku, dari mulai pencurian yang dilakukan oleh menantu ku sendiri hingga terbongkarnya semua kebusukan Gery. Selain melakukan KDRT pada Ambar, laki-laki sialan itu juga berselingkuh di belakang anakku.Tidak akan aku maafkan semua perbuatannya, setelah semua yang aku lakukan untuknya, tega-teganya dia menusuk keluarga kami dari belakang. Semua kesalahan yang dia lakukan aku maafkan, dia tidak bekerja aku diamkan, asal dia bisa membahagiakan Ambar saja, itu sudah cukup untukku.Ambarku! Berani-beraninya dia melakukan kekerasan pada anakku yang begitu kusayangi. Beban hatiku sedikit berkurang karena lelaki sialan itu sudah di hajar oleh Galuh kemarin.Ah ….Mengingat Galuh, aku mengakui aku benar-benar pilih kasih padanya sejak dulu. Bukan tanpa alasan, luka masa lalu seolah terus membayangi jika aku melihatnya. Dia anak lelakiku satu-satunya, di bahunya lah kelak ak