29. Ketegangan (Bagian B)"Astaghfirullah, ya Allah," lirih Ibu. "Siapa, Nang? Biar di bawa Abangmu ke sini!" kata Ibu lagi.Ck, ck, ck, aku kasihan pada Ibu."Bu, orangnya sudah ada di sini!" kata Bang Galuh dengan tegas.Matanya melihat Bang Gery dengan pandangan mematikan, yang di pandangi terlihat sangat gelisah dan juga takut "Maksud kamu?" tanya Ibu ragu."Iya, yang Ibu pikirkan sama dengan yang aku maksud," jawab Bang Galuh dengan nada meremehkan. "Menantu kesayangan Ibu yang mencurinya!" tegasnya lagi."GALUH!" pekik Kak Ambar tidak terima."Kamu lancang sekali karena menuduh Abangmu mencuri," desisnya dengan bibir terkatup rapat. "Aku bukan bicara omong kosong, Kak! Aku bicara sesuai bukti," jawab Bang Galuh santai."De—Dek, mana mungkin aku mencuri!" kata Bang Gery sambil tergagap."Kamu dengar? Suamiku tidak mungkin mencuri!" Kak Ambar membela suaminya."Mana ada maling teriak maling," jawab Bang Galuh."GALUH!" pekiknya kuat "AMBAR!"Kak Ambar terlihat mengatur nafasnya
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas30. Kebenaran Mulai Terungkap (Bagian A)"Waalaikumussalam," sahut Ibu dengan cepat, dan diikuti oleh kami semua terkecuali Bang Gery yang langsung terdiam.Bang Galuh beranjak keluar, dan beberapa saat kemudian dia sudah masuk kembali dengan diikuti oleh Mang Akim dan juga dua orang lainnya dari belakang. Aku mengenali dia sebagai teman Bang Galuh yang bernama Sugeng dan juga Marwan, kenapa mereka juga ikut serta ke sini? Aku berpikir keras memikirkan segala kemungkinannya.."Gimana kabarnya, Bi?" tanya Bang Sugeng sambil mencium tangan Ibu, yang diikuti juga oleh Bang Marwan. Mereka terlihat sangat menghormati Ibu."Alhamdulillah baik, sudah lama nggak mampir ke sini loh, Nang," kata Ibu sambil mempersilahkan mereka duduk. “Kemana saja? Ham?” tanya Ibu sambil tersenyum simpul.Terlihat sekali Bang Marwan dan juga Bang Sugeng ini sudah sangat terbiasa di rumah ini, karena mereka terlihat sangat santai di hadapan Ibu seolah tengah berhadapan deng
31. Kebenaran Mulai Terungkap (Bagian B)Dia mendecih jijik dan menatap Mang Akim dengan pandangan maut, ludahnya barusan tepat jatuh di karpet mahal milik Ibu. Abang iparku itu berkacak pinggang, seolah dia tengah menantang Mang Akim."Gery! Duduk!" Ibu memerintah tegas.Wajahnya masih tenang, tidak terlihat sedikitpun kegusaran di wajahnya yang masih terlihat cantik hingga saat ini. Bang Gery menurut, walau masih tetap bersungut-sungut seolah mengancam mang Akim."Lanjutkan, Kim," kata Ibu memerintah. "Siapa saja komplotan Gery?" tanya Ibu lagi.Bang Gery terlihat semakin gelisah, dia mengerling pada Kak Ambar seolah minta pertolongan. Kak Ambar hanya bisa menghela nafas dan menggelengkan kepalanya dengan pelan. Yah, siapa juga yang mau melawan Ibu, sih?"Saya, Bu!" kata mang Akim dengan mantap. "Tapi sumpah, saya sama sekali tidak mengambil uangnya, Bu! Saya mau karena Den Gery mengancam akan memecat saya. Saya sudah tidak tahan menanggung beban dosa, makanya saya mau jujur," jelasn
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas32. Amarah Galuh (Bagian A)POV AUTHOR"Bang!" Ellena menjerit saat melihat Galuh menggebrak meja dengan kuat, urat lengannya menyembul membuat siapapun yang melihat pasti bisa membayangkan seberapa kuat pukulan itu.Raut wajahnya memerah, matanya memindai Gery dengan aura intimidasi yang sangat kental. Ellena tidak pernah melihat Galuh semenyeramkan ini, ya, bahkan seluruh orang yang ada di ruangan itu tidak pernah melihat Galuh dalam kondisi seperti ini.Orang yang cuek, lawak, dan juga tidak mau ikut campur urusan orang, itulah sosok Galuh yang sebenarnya. Saat ini, Galuh berubah dan terlihat seperti orang lain. Terlihat menyeramkan namun di sisi lainnya Galuh terlihat sangat berwibawa."Sabar, Bang!" Ellena kembali berucap. “Jangan emosi, dan dinginkan kepala, Abang!” lata Ellena lagiDengan lembut dia mengambil kepalan tangan Galuh yang masih berada di atas meja, sambil mengelusnya Ellena membuka satu persatu jari Galuh yang tadi terkepal d
33. Amarah Galuh (Bagian B)"Heh, aku ini tidak mencuri ya. Kamu dengar itu? Aku ini difitnah suamimu dan komplotannya itu," kata Gery lagi. "Gery, dian kamu! Ibu malu dengan kelakuanmu!" kata Ajeng membentak."Malu kenapa? Aku tidak mencuri, Bu! Aku di fitnah!" balas Gery tidak mau kalah.Ellen menghela nafas, melirik Galuh yang sepertinya sudah lumayan tenang. Dan setelahnya Ellen menoleh ke arah Ambar, dan terlihatlah Kakak Iparnya itu tengah menunduk menyembunyikan tangisnya."Kak, minumlah dulu," tegur Ellen pelan, dia menyodorkan teh hangat pada Ambar.Gelengan Ambar menjadi jawaban, dia menunduk semakin dalam menahan isakan. Pasti dia merasa amat terguncang karena semua hal ini, suaminya dituduh mencuri dan juga sudah ada bukti serta saksi yang kuat."Ambar, minum. Tenangkan dirimu," kata Ajeng sambil merangkul putrinya itu.Dengan sayang dia mengelus lembut kepala Ambar, yang langsung menangis terisak di pelukan Ibunya. Ajeng menghela nafas, dia seperti juga bisa merasakan sak
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas34. Sebuah Keputusan (Bagian A)POV ELLEN"AMBAR!" Suara Bang Gery terdengar menggelegar hingga memekakkan telinga, aku yakin dia menggunakan seluruh kekuatannya untuk berteriak tadi. Urat-urat lehernya tercetak jelas dan aliran darahnya naik membuat wajahnya memerah sempurna, dia terlihat mengerikan.Dia pasti tidak menyangka Kak Ambar sanggup berkata seperti itu, bahkan aku sendiripun tidak bisa percaya. Kak Ambar yang patuhnya minta ampun, sekarang ini bisa membuat keputusan yang mencengangkan.Apa dia tidak kasihan pada Bang Gery? Padahal, bukankah kalau Bang Gery mencuri, uangnya akan dinikmati bersama Kak Ambar? Walau Kak Ambar tidak tahu itu uang hasil pencurian, tapi setidaknya kan dia ikut menikmati. Atau bagaimana kalau sebenarnya, uang itu tidak sampai sama sekali pada Kak Ambar? Dan malah jatuh ke tangan orang lain?Wah … Apa ini waktu yang tepat untuk mengungkapkan semuanya? Kalau sebenarnya ada kemungkinan kalau Bang Gery bersel
35. Sebuah Keputusan (Bagian B)Wajahnya memerah, sama seperti wajah Bang Gery yang juga memerah karena darah keluar dari hidungnya yang aku yakin pasti patah."Galuh! Sudah!" ucap Ibu sambil menahan lengan Bang Galuh."Luh, sadar!" Kak Ambar juga ikut menghalangi. “Nggak begini caranya, Dek!” kata Kak Ambar lagi."Biar saja! Manusia laknat seperti dia memang perlu dikasih pelajaran, Bu. Kalau cuman pakai kata-kata, pasti tidak mempan!" sungut Bang Galuh dengan nada tajam. "Jangan berani kau menyakiti istriku, kalau tidak kau tanggung sendiri akibatnya!" kata Bang Galuh lagi.Bang Gery mengusap darahnya yang masih mengalir di hidungnya, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah. Tapi, setitik rasa takut terlihat di sana."Ambar, obati aku!" titahnya sok berkuasa.Aku bisa melihat Kak Ambar mendengus dan melengos untuk duduk lagi di sofa, tidak mengindahkan sedikitpun perintah Bang Galuh. Kakak iparku itu mengacuhkan semua yang terjadi pada Bang Gery."Ambar, dasar istri durh
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas36. Keributan (Bagian A)"Ya Allah! Anakku!"Ibu menjerit histeris dan langsung menangis tergugu saat melihat punggung Kak Ambar, di sana banyak sekali terdapat gurat kemerahan dan juga lebam kebiruan. Tidak ketinggalan di sekitar bahu dan lengan atas juga ada lebam, dan yang paling parah adalah di bawah ketiak sebelah kiri Kak Ambar terdapat lebam biru yang terlihat masih baru.Warnanya terang, berbeda dengan lebam yang lain. Mungkinkah ini baru saja terjadi? Aku bergidik ngeri melihatnya, tubuh Kak Ambar secara keseluruhannya babak belur.Aku menghela nafas panjang tidak bisa membayangkan jika aku berada diposisi itu dan aku dengan sigap langsung memeluk Ibu yang tergugu sambil memukuli dadanya, dia berkali-kali mengatakan bahwa ini semua adalah salahnya. Dia menyalahkan dirinya sendiri, atas apa yang dialami oleh Kak Ambar."BIADAB, KAU APAKAN KAKAKKU?" teriak Bang Galuh histeris. “ANJING KAU GERY!” katanya emosi.Bang Galuh beranjak mendeka