“Tuan, pilot pribadi Nayama sudah menunggu, sebentar lagi kita berangkat,” ajak Melvin, dia baru kembali dari meja petinggi bandara.
Davin langsung menoleh ke arah Melvin, tanpa sedikitpun memperdulikan Lisa.
“Tolong...” Lisa menggapai tangan Davin dan hampir bersimpuh di kakinya.
“Mohon maaf, Lisa, aku tidak bisa melakukannya. Itu bertentangan dengan profesionalitas kerja. Jika aku tidak mengaku, lantas siapa yang akan memimpin diskusi?”
“Aku mohon...” Lisa kembali berlutut hingga membuat Davin iba, apalagi, mata gadis itu terlihat tulus, berkaca-kaca.
Davin memeluk Lisa dan mengatakan jika papanya akan baik-baik saja. Sejenak, dia mengelus rambut pirang Lisa, mengecup keningnya, lalu mendudukkan gadis itu di sebuah kursi kecil dekat toko roti terkenal di bandara.
“Tidak perlu menangis, air matamu terlalu berharga. Aku hargai usahamu datang ke sini. Masalah papamu, aku bisa mengaturnya n
“Kenapa ada orang miskin di rapat ini? Kamu sudah mencelakai Lisa, dan sekarang apa? Ingin merusak rapat super istimewa keluargaku? Datang ke sini adalah penghinaan besar bagi Keluarga Setiawan, terkaya nomor lima di Indonesia!”Davin masuk hotel dan langsung dimaki oleh Setiawan yang menunggu di dekat bangku resepsionis.“Masih mau minta belas kasih keluarga kami? Cuih, aku tidak sudi mengasihani orang yang mau mencelakai anak kandungku!” Rara, ibu Lisa juga ikut memaki Davin.“Setelah membahayakan Lisa, kamu ingin membahayakan kami berdua?”Berhubung para tamu dan anggota meeting tidak ada yang tahu siapa sebenarnya sosok Tuan Muda, mereka hanya bisa diam melihat keseruan yang terjadi di lobby utama hotel.Beberapa, bahkan menduga, siapa sebenarnya Davin hingga berani datang ke rapat sepenting ini. Namun, dari pakaian Davin, serta cara Davin menanggapi emosi Rara dan Yudhis Setiawan, sepertinya mereka tahu, Dav
Ucapan Melvin sangat menohok.Ini dilakukan semata untuk menyadarkan Setiawan bahwasanya uang bukan segalanya. Dalam perjalanan dari bandara Juanda menuju Hotel Aghanim, Davin dan Melvin sudah membicarakan rencana ini matang-matang.“Aku, sebenarnya, nggak mau menyembunyikan identitas di hadapan Keluarga Setiawan agar mereka tidak merendahkanku lagi. Tapi, Vin, aku nggak bisa ngelakuin itu. Lisa pasti sedih, apalagi misal penyakit papanya kambuh.”“Terserah Anda saja, Tuan, aku menunggu intruksi. Tapi, aku ada saran, dan mungkin, ini saran terbaik. Lisa dan Yudhis baik-baik saja, lalu orang-orang di Hotel Aghanim tidak akan merendahkan Anda lagi, sampai kapanpun.”“Gimana? Gimana rencananya? Aku tidak terpikir apapun.”Melvin diam sejenak, menyesap teh oolong yang disiapkan pramugari pribadi Nayama Pilot, lalu menoleh ke arah Davin.“Masih ingat apa yang kita lakukan dulu di Hotel Lunar, saat membala
Di hari yang sama, Greg, yang baru saja menginjakkan kaki di bandara Manchester, berniat sembunyi di daerah Inggris Barat.Tapi, meskipun sudah melarikan diri dari kejaran Nayama, dia masih merasa tidak nyaman. Apalagi, dia tahu, Nayama sejatinya berkuasa di daratan Skotlandia, negara penuh sejarah, asal mula Nayama dibentuk.“Tiket ada di Brat, dia dalam perjalanan menuju Manchester distrik sembilan. Ambil saja jika kau ingin kembali ke sini. Tapi ingat, urusan kita belum selesai. Kau masih dianggap penghianat di internal kita. Aku sengaja mengasingkanmu sebelum orang-orang Lone Werewolf dan Serigala Merah tahu masalah ini.”“Ini semua salahku. Aku tidak menduga Davin dan Melvin adalah ahli beladiri sekaligus pemilik sabuk hitam. Aku kalah dengan mereka. Aku juga tidak menyangka, dia benar-benar Tuan Muda Nayama.”“Yaa, bagaimana lagi... aku di sini memosisikan diri sebagai sahabat baikmu, yang menemanimu sejak kecil. Untuk
Beberapa jam sebelumnya, Andre, yang sudah mengetahui berita kaburnya Greg, langsung berangkat menuju pangkalan udara militer.Di sana, dia menghubungi Letnan Jenderal Curry, teman inspeksi militernya dulu saat menjalani operasi penanganan konflik laut perbatasan di salah satu daerah strategis benua Asia.“Long time no see, how are you, Andre?” sapa Curry di ujung telepon.“Tidak perlu basa-basi, aku butuh bantuanmu.”“Seperti biasa, kau selalu dingin dalam menyikapi orang lain, apalagi sesama militer. Tapi, tenang, aku ada untuk menolong orang-orang yang butuh bantuan sepertimu.”“Cih, aku bisa saja menelepon ketua Army kerajaan Ingrris, tapi aku enggan melakukan itu. Aku masih ingat dirimu, sebagai teman, juga rekan inspeksi saat operasi dulu.”Curry terkekeh. “Hahaha, hal seperti apa yang membuat seorang Andre Nayama minta tolong? Katakan! Aku penasaran. Sosok sepertimu harusnya punya
Hari ini hari Sabtu, hari paling menyebalkan dalam hidup Davin.Harusnya, hari Sabtu ini dia rebahan, kencan dengan Lisa, atau menghabiskan hari di lantai tiga villa Phoenix, menikmati suasana pantai, hingga berbincang santai bersama Melvin dengan kudapan ringan dan seonggok tembakau racikan khusus.Tapi, Davin punya jadwal lain, dia harus berangkat ke kampus karena Tuan Besar Juta saat ini sedang ada di lantai satu Phoenix bersama salah satu tamu penting Nayama asal Taiwan.Davin masuk ke kamar, dari pagi tadi dia menggerutu karena weekend yang harusnya dia manfaatkan untuk berlibur, malah digunakan masuk kuliah.“Cih, coba kakek nggak pulang, pasti aku rebahan di atas. Aku males banget kuliah!” kesal Davin sambil menendang botol whisky di kamarnya.Melvin menertawakan Davin.“Malah tertawa, dasar Kadal padang pasir!”“Hahaha, maaf Tuan, saya senang melihat Anda kesal seperti itu. Ngomong-ngomong, Anda i
“Ciyee ngambekan...”Davin membuat semua mahasiswa di kelas tertawa.Bu Rena, yang terkenal sebagai dosen ekonomi paling killer, juga tidak ada yang berani bicara sewaktu kelas sedang berlangsung, dipermalukan Davin di hadapan mahasiswa-mahasiswa lain.Sesuai semboyan anak kelas : Sudah dosen killer, pelit ngasih nilai juga. Lebih baik undur diri saja, bikin males belajar, hilang respek!“Davin, kamu denger perintah ibu apa nggak?! Cepat maju, gantiin ibu ngajar di depan kalau memang teori yang ibu ajarkan salah. Cepat! Ibu pingin tahu teori mana yang benar dan sesuai!”“Hah? Nggak salah ibu nyuruh Davin ngajar kelas pagi ini?”“Ibu serius! Cepat maju, sebelum ibu kasih kamu nilai D!”“Oke, kalau itu yang ibu pingin, Davin akan turuti semuanya. Tapi, ingat, posisi ibu berubah jadi mahasiswa ketika aku mengajar di depan nanti!”Dengan senang hati Davin menerima tawaran
Siang itu juga, kabar mengenai Bu Rena mulai mencuat di publik.Semua mahasiswa ekonomi mengadakan pesta di auditorium kampus. Mereka senang karena Bu Rena sudah dipecat karena terbukti menggunakan jasa tesis berbayar untuk mendapat gelar.Entah bagaimana perempuan itu lolos, tapi semua fakta ini diungkap langsung oleh pelaku joki tesis yang ternyata adalah mantan dekan tiga fakultas ekonomi kampus.Tama Wijaya mengadakan rapat darurat para dosen, menindaklanjuti kabar pemecatan Bu Rena yang terkenal sebagai satu di antara sepuluh dosen teladan tingkat Nasional.Davin dan Mr. Clayne ikut rapat tersebut.Agaknya, beberapa dosen petinggi mengetahui siapa Davin, dan hampir 70% bertanya-tanya kenapa mahasiswa baru itu diundang masuk ke ruang auditorium rektorat.Mereka yang melihat Davin, mengeluh risih.“Ih, mentang-mentang berhasil ngeluarin Bu Rena, terus semena-mena duduk di antara kita jajaran para dosen?”“L
Hariyono terkejut, Davin pulang satu jam lebih awal dari biasanya. Davin menyapa Hariyono dan mentraktirnya makan siang. Hariyono minta dibungkus saja karena dia tidak ingin meninggalkan pos satpam, walau hanya lima menit.“Lho, kenapa, Pak? Nggak biasanya Pak Yono nolak ajakan traktiran. Ada apa? Apa Bapak ada masalah? Atau Bapak merasa tertekan dengan pekerjaan ini?”“Bu-bukan begitu, Den, Bapak cuma takut ada motor yang hilang. Sesuai peraturan di kampus, jika ada motor yang hilang, satpam lah yang harus tanggung jawab. Bapak tidak mau hal itu terjadi. Apalagi Supri, partner kerja Bapak, sedang cuti karena istrinya sakit.”“Ohh, gitu ya, Pak ... nggak masalah, sih. Pak Yono duduk di sini aja, biar Davin yang bungkusin nasi. Mau lauk apa? Terus minumnya apa?”“Nggak usah muluk-muluk, Den, cukup pecel lauk tahu tempe aja. Masalah minum, Bapak udah bawa bekal air mineral.”Davin membawakan tiga nasi b