“Perempuan yang menyamar sebagai istri lu ketahuan oleh Bapak Baidi Stagle.”“Apa? Bagaimana bisa?” Arya terkejut mendengar informasi dari teman kerjanya.“Gua hanya tahu ketika sudah ribut di depan toilet. Kebetulan gua lagi ada di daerah toilet sehingga hanya melihat Pak Baidi menarik perempuan yang sedang hamil itu ke ruangan VIP dan kayaknya sedang makan malam bersama banyak orang.”Rekan kerja memberikan informasi dengan nada panik dan takut terjadi sesuatu pada Arini yang ditarik oleh Baidi. Dia bisa berbuat apa pun terhadap siapa pun karena tidak memandang bulu atas siapa pun yang berbuat kesalahan. Arya memijat kening perlahan sembari menaikkan kedua alis dan memutarkan badan perlahan untuk mencari jalan solusi terkait Arini ketahuan oleh Baidi. Tidak lama, ia melihat Cahaya keluar dari kamar dan tampak mengetahui kondisinya terkini sedang bingung. Ia berbalik badan untuk menyembunyikan ekspresi bingung dan khawatir atas keselamatan Arini.“Oke, gini aja. Lu, datangi ruanga
Arya mengenal suara bariton di telinganya. Ia berbalik badan dengan menampakkan wajah yang meringis karena tidak bisa menjelaskan atas sikap yang dilakukan olehnya. Ia terpaksa melewati bagian belakang restoran untuk menjaga keadaan dirinya.Sosok yang dihadapi bukanlah seorang pria biasa melainkan, lelaki yang sangat licik dan bisa memerintahkan siapa pun untuk menghabisi nyawa musuhnya dengan menggunakan uang. Semua orang pasti patuh atas perintahnya karena bayaran yang diberikan tidak hanya sekadar uang tunai dengan nilaki kecil.“Aku melewati pintu ini karena mengambil aman saja dan jalan pintas menuju ruangan VIP, kan? makanya aku lewat sini.”“Aku kira kamu menyamar jadi koki dan berusaha masuk ke ruangan VIP itu untuk mencari tahu karena setelah aku menghubungimu, tidak melihat perempuan itu keluar dari ruangan itu.”“Ide yang bagus.”Setelah Arya berdiam selama sepuluh detik untuk memikirkan ucapan rekan kerjanya, ia menyetujui ide penyamaran sebagai koki untuk mencari tahu, a
“Bisa karena pengalaman pribadi dan keluarga Sentosa menjadi bangkrut pun karena dia. Keluarga Stagle yang licik dan culas, semua kekayaan pebisnis yang hartanya jauh lebih banyak di atasnya maka bersiaplah kena batu yang mematikan,” jawab Arya tegas.Setelah berbicara tentang keluarga Stagle pada klien, Keanu menoleh ke arah Arya yang menyamar sebagai koki dengan wajah tanpa dihiasi apa pun. Bahkan, suara bariton bisa dikenal olehnya lalu berdiri dengan senyuman miring dan memperhatikan dirinya dari atas hingga bawah. Ekspresi tengil nan sombong sengaja ditunjukkan padanya sembari mengusap dagu dan bagian bawah hidung.“Kalian percaya dengan dia?” tanya Keanu sembari menoleh ke arah klien dan tertawa meledek dengan jari telunjuk mengarah padanya.Sikap Keanu yang meremehkan dan merendahkannya kesekian kali membuat tangan Arya mengepal erat hingga kepala bergetar selama sepuluh detik dengan tatapan yang penuh amarah. Dia semena-mena melakukan kesalahan yang sama ketika sudah mendapatk
Saat Arya berada di titik lokasi, ia dikejutkan dengan pemandangan tiga mobil yang sudah hancur di bagian belakang dan samping. Satu mobil mewah posisinya terbalik dan kaca pengemudi dan penumpang di bagian depan pecah. Sontak, ia turun dari sepeda motor sembari melepas pelindung kepala lalu berlari ke mobil mewah miliknya.Arya jongkok sembari menurunkan kepala dan melihat kepala Cahaya yang penuh dengan darah dan serpihan kaca mobil ada yang menanggal di bagian pipinya. Pemandangan yang memilukan itu membuatnya seperti tersambar banyak petir di beberapa bagian tubuhnya.Kelopak mata dipenuhi buliran air bening sembari melepaskan sabuk pengaman dan mengeluarkan Cahaya dari dalam mobil yang terbalik. Ia meletakkan telinga di lubang hidung lalu merasakan embusan napas dari hidungnya. Ia melakukan pertolongan pertama dengan memompa dadanya beberapa kali sembari mengamati perkembangan istrinya.“Bangun Cahaya. Ayo, bangun!” pinta Arya yang penuh dengan harapan ketika sedang memompa jantu
Arya belum duduk di kursi ruang tamu sudah dicecar berbagai banyak pertanyaan dengan nada penuduhan. Soeparman mengganggap dirinya ceroboh dan tidak memperhatikan keselamatan Angel sehingga diamankan olehnya karena dia adalah sumber kunci segalanya.“Aku sudah menugaskan dua orang pria di sana untuk menjaga Angel.” Arya ngotot pada Soeparman.“Ayah gak melihatnya ketika dua anak buah yang bertugas di seluruh rumah sakit ini melihat Angel sendirian tanpa ada pengawasan sama sekali. Kamu mau mengelak?” tukas Soeparman dengan nada tinggi.“Coba kamu jelaskan ke Ayah kalau kamu tahu aku bahwa meminta dua orang untuk menjagamu.”Arya meminta Angel untuk mengatakan hal yang sebenarnya, tetapi dia hanya membisu dan memerhatikannya dengan tatapan yang memelas dan menggeleng pelan. Ekspresi yang menyebalkan ditampakkan oleh Angel malah membuat Arya semakin tersudutkan.“Baiklah, kalau kamu gak mau mengatakan sebenarnya karena biarkan cara Tuhan yang membuktikan semuanya.”“Bagaimana bisa Cahay
“Diam kamu.”“Kalian boleh membenciku, tapi pikirkan Cahaya yang di rumah perempuan sendiri. Kalian hanya mementingkan keperluan yang merugikan orang lain dan harus memikirkan cara untuk menyelamatkan dia.”Arya memperingatkan Krisna dan ayahnya untuk mengingat semua kejadian yang berkaitan dengan Cahaya. Tidak ada satu orang pun membela dan memikirkan perasaannya saat membuat keputusan dan hanya mementingkan bisnis yang asal berjalan dengan lancar dan memiliki pemasukan yang lebih dari pada sebelumnya.Krisna, kakak ipar dan Sentosa diam beribu bahasa dan mematung saat Arya mengungkit kejadian yang di mana Cahaya membutuhkan pertolongan dan perlindungan mereka. Namun, dia tidak mendapatkan malah dijerumuskan ke dalam lubang yang sangat gelap.“Kamu gak usah mengungkit masalah yang sudah terjadi karena Cahaya juga rela dan ikhlas menjalankannya!” sanggah Krisna dengan melayangkan jari telunjuk padanya.“Dia gak pernah menjalani hidup bersama Keanu, asal kalian tahu.”“Maksudnya gimana
Arya terdiam beribu bahasa ketika Sentosa melontarkan pertanyaan yang berhubungan dengan kondisi kesehatan istrinya yang masih memejamkan mata. Kabar buruk yang terduga menimpa pada keluarga kecil yang diharapkan dan dinanti-nantikan sebagai pasangan suami istri.Ia menatap sendu dengan dada yang terbelit tali besar dan erat hingga membuat sedikit susah bernapas dalam mengambil keputusan. Posisi Arya dilema dan kedua keputusan yang ada di sisi kanan dan kiri juga memiliki risiko yang sama. Lima menit kemudian setelah memikirkan semua risiko yang ujungnya sama-sama menyedihkan, ia menghela napas panjang.“Apa pun risiko ke depannya, aku tetap memberitahu Cahaya dan menunggu dia bangun,” kata Arya tegas dan yakin terhadap keputusannya.“Kamu jangan keras kepala, Arya!” geram Sentosa.“Apakah boleh dan bisa memberitahu pada pasien yang baru saja mengalami kecelakaan tentang berita ini, Dok?” tanya Arya yang mengacuhkan Sentosa.“Dasar keras kepala!” decak Sentosa sembari sedikit mendoron
“Bisa. Mbak Cahaya nanti akan melakukan USG panggul untuk mendeteksi penyakitnya.”“Oke, saya mau USG habis ini.”“Maaf, Mas. Menurut saya lebih baik menunggu Mbak Cahaya bangun agar dia mengerti dan bisa memahami kondisinya saat ini. Mau tidak mau harus melakukan operasi pengangkatan rahim untuk kebaikan istri Anda. Jika penyakit tidak diangkat maka akan menyiksa istri Anda dan akibatnya sangat mematikan.”Dokter Octo memberikan saran sekaligus penjelasan yang tegas pada Arya untuk kebaikan bersama. Pemeriksaan menggunakan USG lebih baik menunggu pasien bangun dari tidur agar sama-sama mengetahui.Arya mengangguk untuk menjawab pernyataan Dokter Octo. Ia lebih memilih untuk menuruti saran darinya karena ia adalah orang awam.“Baiklah, aku ikut kata Dokter saja karena Dokter tahu yang terbaik,” kata Arya pasrah.“Baik. Hubungi saya di nomor ini ketika Mbak Cahaya sudah bangun.” Dokter Octo memberikan kartu nama ke Arya.“Baik, Dok. Terima kasih.”“Sama-sama. Saya hari ini berada di ru
Arya membulatkan bola mata ketika Soeparman sudah berada di atas panggung bersama Cahaya dan terdapat Willy di belakang mereka. Ia tidak mengetahui hal yang dilakukan oleh ayahnya.“Bagaimana bisa Ayah ada di atas panggung? Apa yang terjadi?” tanya Arya yang tetap berusaha mengecilkan suaranya.“Tuan besar memaksa di belakang panggung, Tuan muda,” jawab salah satu pengawal.“Yang lain menyebar karena pengawal mereka ada di sini!” seru Arya sembari berjaga-jaga dengan mengawasi pengawal Stagle.Sorot mata seluruh tamu beralih ke suara Soeparman yang menggema di Aula dengan menampakkan keterkejutannya saat melihat tubuh Soeparman yang berdiri sehat sambil menatap mereka.“Ba-bagaimana Anda bisa berdiri di situ, Pak?” tanya salah satu tamu undangan.“Bisa saja.”“Apakah kematian Anda palsu?”“Ya, kematian dia palsu. Artinya adalah kalian dibohongi oleh Raja bisnis,” sahut Baidi yang menggebu-gebu dan terlihat untuk menghasut semua orang di Aula.“Kenapa Anda memalsukan kematian? Apa tuju
Hari pertemuan dengan para pengusaha pun tiba. Sekitar pukul enam malam, hotel mewah penuh dengan pengusaha terkenal yang merupakan rekan bisnis Soeparman. Beberapa pengawal bertugas di pintu depan untuk menyambut dan mengarahkan tamu undangannya. Sisanya bertugas di dalam Aula, mengoperasikan laptop dan membawa acara.Arya berada dalam Aula hotel untuk mengawasi keadaan dan memantau kedatangan Keanu, Baidi dan rekan bisnisnya dengan setelan berwarna hitam, memakai kumis dan terpasang alat pendengar di telinga untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang bekerja sama dengannya.“Bagaimana kondisi di lantai bawah, apakah sudah terlihat Keanu, Baidi bersama dua pria dan dua wanita?” tanya Arya yang mengecilkan suaranya.“Belum, Tuan muda. Saya melihat Bapak Sentosa sedang berjalan kemari bersama Mas Krisna dan menantunya.”“Bagus. Bagaimana dengan kondisi Tuan besar, Cahaya dan satu orang yang menyamar sebagai Soeparman nanti?” tanya Arya sembari memerhatikan keadaan sekitarnya dan ters
“Mungkin urusan pekerjaannya sudah kelar, Tuan muda.”“Bisa jadi. Mudah-mudahan, firasatku salah soal ini.”Arya memandangi Stefano yang berbicara dengan Keanu bersama kekasihnya lalu Keanu memasuki Apartemen. Ia sedikit menunduk dengan posisi badan bersandar semakin ke bawah di kursi mobil selama sepuluh detik.Setelah semuanya aman, ia menyalakan dan menjalankan mobilnya. Ia menatap jalanan yang penuh dengan kendaraan itu dengan senyuman yang penuh dengan rencana yang matang untuk dilakukan kepada keluarga Stagle dan rekan bisnisnya yang bekerja sama untuk menjalankan bisnis gelap yang merajalela.Arya sudah memiliki bukti kuat untuk membalas dendam dengan cara yang lebih kejam dari sebelumnya. Ia bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk Polisi.Puluhan menit berlalu, ia tiba di rumahnya bersama dua pengawal dan Willy. Mereka memasuki rumah dengan melangkah santai dan dada tegap. Semua telah berjalan dengan lancar dan diluar dugaannya.Soeparman dan Cahaya menghampirinya yang baru
“Jawab aja dengan ramah, jangan sampai ketahuan.”Arya mendengar suara tertawa Ryan ketika pria itu terlihat sekali bahwa sedang mengincar atau menunggu mangsa baru yang akan menjadi korban selanjutnya untuk dijadikan budak pemuas napsu belaka.“Sepupuku masih kuliah dan sedang kuliah di sini sehingga saya berniat untuk membelikannya, dari pada menyewa rumah terus dan membayar setiap tahun, lebih baik di sini,” jawab Ryan yang terlihat mencairkan suasana.“Iya, itu lebih bagus karena uang tahunan yang biasa digunakan untuk membayar uang sewa rumah, lebih baik ditabung dan lebih aman di sini juga kalau untuk kuliahan dan yang belum menikah juga,” kata pria brewokan yang mencoba untuk merayu Ryan.“Iya, dia juga katanya mau bekerja kalau ada waktu senggang karena kasihan dengan orang tuanya yang hampir setiap bulan mengeluarkan banyak uang sehingga memilih untuk mandiri,” balas Ryan yang memancing pria itu untuk mengatakan hal apa pun mengenai bisnis gelap keluarga Stagle.“Nah, bagus i
Bel rumah berbunyi keras sebanyak tiga kali hingga membuat semua orang yang berkumpul di halaman belakang rumah terdiam dan menoleh ke arah pintu rumah dengan bahu yang terangkat. Arya dan Cahaya saling memandang lalu membuyarkan suasana yang sedikit tegang di antara mereka.“Tenang, tidak ada yang tahu rumah ini kecuali kurir,” kata Arya sambil terkekeh lalu berdiri dan melewati beberapa orang menuju pintu rumah.Arya mengintip dari lubang kecil yang terletak di tengah pintu rumah untuk memastikan sosok yang ada di depan agar tidak terjebak oleh siapa pun dan apa pun. Seseorang yang berada di luar tampak meletakkan dua kotak yang berukuran sedang dan besar. Ia membuka pintu rumah itu karena pria yang berdiri di depan pintu adalah kurir.“Paket untuk Pak Arya.”“Ya, saya sendiri. Terima kasih.”“Sama-sama, Pak. Jangan lupa unboxing kalau mau buka paketnya.”Arya tersenyum sambil mengangguk lalu mengangkat satu kardus berukuran sedang dan dibantu oleh pengawalnya yang mengangkat satu k
Willy terlihat menghela napas panjang dan menunjukkan ekspresi khawatir sekaligus bingung ketika keinginan Arya tetap dilakukan dan menggunakan rencana awal. Entah apa yang membuatnya berubah kepikiran padahal telah menyetujuinya.“Kenapa? Apa ada yang mengganggu pikiran Pak Willy?” tanya Arya yang mengetahui ekspresi itu.“Saya tiba-tiba takut untuk menjalankan rencana awal yang telah disusun oleh Tuan besar dan Tuan muda karena kebanyakan para pengusaha sudah datang dan melihat jenazah yang dikira itu Soeparman, Raja Bisnis. Jika tetap menjalankan itu nanti mereka pikir pasti melakukan penipuan dan mendapatkan keuntungan dari hal ini.”Willy menjelaskan yang ditakutkan olehnya. Ia tidak ingin merusak reputasi Raja bisnis yang telah dibangun lama olehnya dan tidak ingin memutus hubungan rekan-rekannya yang sudah dipercaya.Arya memegang lengan Willy sembari menatap lamat dan mengelusnya pelan. Setelah menjelaskan kekhawatiran padanya, ia memahami yang ditakutkan olehnya. Namun, Arya
“Jenazah masih di depan. Saya ingin memperkenalkan Dua Dokter dan perawat yang autopsi jenazah dan mengetahui jenazah bahwa jenazah itu bukan Pak Soeparman. Jadi, mereka bekerja sama untuk kita.”“Oke, nama saya Arya.”“Dokter senior yang pertama kali mengetahui jenazah itu mengenakan topeng wajah manusia bernama Dokter Xiu Lie yang sedang bertugas di Indonesia dan bisa berbahasa Indonesia. Kedua adalah seorang pria yang berambut cokelat emas adalah Dokter yang bekerja sama dengan beliau bernama Dokter Anggara. Lalu, dua perawat yang semuanya wanita cantik adalah Suster Dara yang punya lesung pipi, berambut pendek dan satunya berambut panjang memiliki warna hitam adalah Suster Novi.”“Salam kenal,” balas Arya sambil menjabat tangan mereka secara bergantian.Mereka tersenyum lebar ketika bersalaman dengannya. Mereka juga tampak tidak keberatan untuk bekerja sama dan memberikan kesaksian palsu atas jenazah yang bukan Soeparman.“Sebelumnya sudah diberitahu oleh Pak Willy dan kalian past
“Bekerja sebagai pengawas di rumahku ketika pemakaman nanti karena banyak orang yang datang dan hampir semua orang adalah orang penting.”“Maaf, saya gak bisa.” Pria yang bekerja sebagai montir menolak tawarannya.“Hanya hari ini saja dengan bayaran yang lebih besar dari gaji kamu sebanyak tiga kali lipat.”Mata dan mulut pria itu membesar dan terbuka lebar. Dia terkejut saat mendengar bayaran yang lebih besar dari gajinya dengan bekerja hanya satu hari. Dia membisu dan terpaku selama satu menit lalu menggeleng cepat, menutup mulut dan berkedip.“Baik, Pak. Saya mau. Saya kira harus setiap hari.”“Tidak. Aku membutuhkan jasa kamu hanya hari ini. Ikut saya sekarang dan saya yang akan izinkan kamu kepada atasanmu.”“Alhamdulillah, terima kasih banyak, Pak.”Pria itu menyalami tangannya sampai meletakkan dahi di tangan. Arya tersenyum lebar sembari menepuk pundaknya sekilas lalu mengusap tangannya.“Sama-sama. Pak, saya izin bawa dia untuk bekerja dengan saya hari ini saja.”“Silakan, Tu
“Saya memang tidak mengenal Anda, tapi pemilik Apartemen ini yang memberitahu pada saya bahwa saat saya melihat seorang pria yang sama dengan foto yang ditunjukkan olehnya maka dilarang masuk tanpa alasan apa pun.”Petugas keamanan memberikan jawaban yang tidak masuk akal. Namun, Arya tidak menyalahkannya karena dia menjalankan tugas dan mereka sudah mengetahui bahwa ia tidak akan tinggal diam dan menemukan Apartemen lainnya.Senyuman miring tergambar di bibirnya lalu menghela napas panjang. Ia merasa keluarga Stagle dan rekan bisnis takut untuk didatangi olehnya sehingga memberikan larangan padanya.“Baiklah. Aku tidak mempermasalahkan hal ini karena bisa mencari kamar Apartemen yang lebih bagus dari pada ini.” Arya menjawab dengan congkak lalu pergi meninggalkan Apartemen.Senyuman kepuasan dan sedikit menyenangkan itu tidak bisa disembunyikan olehnya karena perbuatan musuh ketika melarang lawan utama untuk menginjakkan kakinya di sebuah bangunan miliknya artinya mereka takut. Merek