“Ya, aku membutuhkan waktu yang sangat lama untuk tiba di Indonesia hanya karena mengambil topeng wajah yang sudah dibuat di luar negeri. Aku datang ke sana karena memikirkan biaya kirim yang pastinya sangat mahal dan gak bisa tiba dalam waktu sehari makanya memutuskan datang ke sana dengan merogoh uang yang kumiliki dan tambahannya, aku meminjam pada kedua temanku yang kamu lihat tadi,” jelas Arya sambil menatap Cahaya.Cahaya tampak tertegun berdasarkan mata yang menatapnya. Ia mengalihkan pandangan ke kasur dengan jemari yang dimainkan. Dia terlihat merasa bersalah atas pertanyaan yang dilontarkan olehnya.“Aku melakukan itu untuk pernikahan kita bukan karena egois meninggalkanmu tanpa berpamitan. Cara berpamitan itu sangat banyak macamnya dengan cara yang kutitipkan padamu.”“Kenapa mendadak sekali?”“Gak mendadak. Sebelum berangkat, kamu tahu, kan mereka yang merencanakan sesuatu yang jahat pada pernikahan kita. Malamnya, aku berpikir keras cara memuluskan rencana tanpa ketahuan.
“Apa? Apakah Ayah ingin membuat pertemuan pebisnis?” Arya menebak hal yang dikatakan oleh Willy.“Betul. Tuan besar ingin mengadakan pertemuan pebisnis di Indonesia saja dan juga ingin bertemu dengan keluarga besar Nona Cahaya,” ungkap Willy yang terdengar berat untuk menyampaikan hal ini.Kejutan yang dibuat oleh ayahnya sangat membuatnya terkejut karena mendadak sekali. Namun, Willy belum menyebutkan kapan dan di mana acara itu dilaksanakan. Jika itu terjadi maka penyamarannya terbongkar.“Pak, tolong sampaikan ke Ayah kalau mengadakan pertemuan antar pebisnis jangan dalam waktu dekat karena aku gak ingin penyamaran ini terbongkar sebelum merebut Perusahaan Sentosa dari tangan Stagle. Jika Perusahaan Sentosa sudah ada dalam genggamanku, bisa dilaksanakan. Tolong sampaikan ini ke Ayah.”“Oke, Ayah gak akan mengadakan pertemuan ini dalam waktu dekat kalau kamu punya rencana lain,” jawab Ryan Soeparman di balik handphone.“Ayah?” Arya terkejut ketika Ryan Soeparman menjawab pesan sekal
“Hei, tunggu! Siapa kamu?! Berhenti, hey!” teriak seorang lelaki berbadan tinggi, tanpa busana dengan rambut putih dan berantakan.Arya baru saja memutar setir untuk putar balik dan keluar dari kampung yang gelap itu sudah diteriaki oleh lelaki berambut putih hingga membuat beberapa orang keluar dari rumah mewah dan tampak mengejarnya dari spion. Ia menginjak gas mobil paling mentok hingga kecepatan di atas rata-rata.Ia bergegas melarikan diri sebelum diketahui identitasnya oleh mereka yang bisa jadi anak buah Keanu atau orang yang bekerja sama dengannya. Hitungan menit, ia, perempuan berambut panjang dan Fariq Tsudan keluar dari kampung gelap dengan perempuan yang masih berteriak dan meminta untuk diturunkan di pinggir jalan.“Hentikan mobil ini! kalian ingin menculik dan menjualku ke luar negeri! Aku gak mau dijual dan cukup penderitaanku di rumah itu saja! Hentikan mobil ini! Aku minta, hentikaaann!” teriak perempuan berambut panjang melengking.“Tenangkan dia, Fariq!” seru Arya d
“Aku mohon jangan jual aku, Tuan. Aku minta maaf atas sikapku yang tadi,” rengek perempuan berambut panjang yang penampilannya sudah berantakan sembari memeluk Arya dari belakang. Fariq membantu Arya dengan melepaskan tangannya yang melingkar di perutnya, tetapi dia menangkis tangan Fariq sekuat tenaga dan masih memeluk Arya. Fariq pun memaksa dengan memegang dan melepaskan tangannya dari perut Arya. “Lepaskan aku!” bentak perempuan panjang yang suaranya sangat keras meskipun penampilannya berantakan dan tampak tidak berdaya bak disuntik obat terlarang. Arya memutar pikiran untuk mencari jalan keluar ketika seorang perempuan menjadi kunci utama untuknya demi menyelamatkan keluarganya. Tanpa sengaja, bola mata melirik jam tangan yang melingkar di tangannya ketika tangan melipat di depan dada. Waktu menunjukkan semakin pagi dan sudah memasuki pukul lima pagi. Sesaat, ia memikirkan cara untuk membujuk perempuan itu dan memberitahu pada Cahaya, nada dering panjang berbunyi keras dan be
“Namanya adalah Dokter Theresia Oktavia Atmajaya. Ruangannya ada di lantai dua bagian tengah anak tangga.”“Oke, terima kasih. Dokter Theresia datang jam berapa?”“Dia datang jam tujuh pagi. Anda bisa tunggu atau pulang dulu gak apa-apa kalau rumahnya gak jauh.”“Oke, terima kasih.”Arya mengambil catatan dari petugas resepsionis sebagai pengantar rujukan untuk berkonsultasi dengan Dokter Theresia sebagai Dokter psikologi untuk melakukan terapis. Ia melangkah ke arah pintu masuk tadi untuk kembali ke rumah. Ketika ia hendak keluar dari rumah sakit dan meninggalkan perempuan itu di sini, suara bariton Fariq terdengar keras di telinganya hingga membuat langkahnya terhenti.“Mas Arya!”“Ada apa?”“Mas Arya mau pulang?”“Iya. Aku mau pulang dan menjelaskan semuanya ke istriku atas apa yang terjadi padanya. Kamu kalau ikut boleh.”“Aku boleh pulang dulu ke rumah keluarga?”“Boleh. Aku antar kamu ke rumahmu. Setelah itu kembali ke rumah saya dan gak perlu ke gudang lagi karena saya mempeker
“Belum. Emosinya gak stabil dan sering memberontak dan kadang pekerjaannya itu ingin disalurkan. Jadi, gak menentu. Nunggu keadaan dia stabil baru aku mengajukan pertanyaan. Aku bertanggung jawab atas semua biaya pengobatannya maka dari itu, aku mendapat panggilan semalam dari Perusahaan besar dengan industri bahan kimia yang bahan bakarnya digunakan oleh banyak orang.”“Alhamdulillah, jam berapa interview?”“Gak interview langsung kerja di sana karena rekomendasi dari teman dan dia butuh orang cepat untuk kerja di sana.”“Alhamdulillah, Mas. Kapan mulai kerja?”“Besok. Aku mulai kerja dan uangnya bisa untuk keperluan sehari-hari dan membantu dia yang membutuhkan penanganan rutin.”“Iya, Mas.”Hari demi hari dilewati oleh Arya dan Cahaya seperti biasa tanpa ada gangguan dari Keanu dan anak buahnya sampai melewati tiga bulan. Arya dan Cahaya bolak balik ke rumah sakit untuk menemani dan mengikuti perkembangan mentalnya yang semakin hari semakin membaik. Arya dan Cahaya tersenyum
“Anda kalau ingin membuat keributan jangan di sini karena ini adalah tempat umum yang siapa pun bisa datang untuk memesan pakaian pernikahan,” balas Arya tegas.“Baiklah. Aku akan mengakhiri ulahku karena cukup sudah melihatmu sedih.”“Ada apa?”“Aku ingin kain yang masih ada, jahitkan dan selesai dalam tiga hari,” jawab Keanu yang meminta kain dijahitkan.“Kami sedang sibuk dan mohon maaf tidak bisa membantu Anda karena Anda pasti memiliki beberapa desainer dan penjahit dalam jumlah banyak,” tolak Arya tegas.“Kurang ajar, kamu menolakku? Perusahaan ini besar karena aku bukan kamu dan anak buahmu!” sungut Keanu sambil melotot.Arya tersenyum miring ketika melihat Keanu yang tersungut saat ditolak olehnya atas permintaan jahit menjahit. Ia mengusap hidung sebagai tanda kemenangan disaat Keanu yang dikenal semena-mena ditolak oleh seorang karyawan. Keanu menarik dan mengangkat kerah jasnya sembari melotot.“Kamu jangan macam-macam aku, ya. Aku bisa menghancurkan Perusahaan ini,” ancam
“Iya, perempuan yang ada di sampingku adalah istriku.”“Kalian adalah pasangan yang serasi,” puji Angel sambil tersenyum tipis.“Baiklah, aku pergi cari makan malam dulu. Kamu bicara dulu sama Angel,” kata Cahaya lalu pergi dari kamar Angel.Arya menoleh ke arah Cahaya yang terlihat menerima kehadiran Angel sekaligus merawat dan mengajak bicara. Senyuman lebar terlukis di bibirnya lalu menatap Angel yang bersandar di kepala ranjang rumah sakit.Kamar Angel menjadi hening ketika Arya menatap Angel. Angel berdehem sambil menatapnya lamat dan memainkan jemarinya. Ia ingin sekali mengajukan pertanyaan untuknya.“Ada apa?”“Kalian menikah berapa lama?” tanya Angel penasaran.“Delapan tahun.”“Sudah punya anak?”“Kamu sudah minum obat? Bagaimana keadaanmu?” Arya mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan keadaan Angel.Arya berdiri lalu membuka laci nakas yang ada di sampingnya. Ia memeriksa obat yang ada di dalam laci nakas. Ia tidak ingin menjawab pertanyaan dia.“Kenapa kamu mengalihkan p
Arya membulatkan bola mata ketika Soeparman sudah berada di atas panggung bersama Cahaya dan terdapat Willy di belakang mereka. Ia tidak mengetahui hal yang dilakukan oleh ayahnya.“Bagaimana bisa Ayah ada di atas panggung? Apa yang terjadi?” tanya Arya yang tetap berusaha mengecilkan suaranya.“Tuan besar memaksa di belakang panggung, Tuan muda,” jawab salah satu pengawal.“Yang lain menyebar karena pengawal mereka ada di sini!” seru Arya sembari berjaga-jaga dengan mengawasi pengawal Stagle.Sorot mata seluruh tamu beralih ke suara Soeparman yang menggema di Aula dengan menampakkan keterkejutannya saat melihat tubuh Soeparman yang berdiri sehat sambil menatap mereka.“Ba-bagaimana Anda bisa berdiri di situ, Pak?” tanya salah satu tamu undangan.“Bisa saja.”“Apakah kematian Anda palsu?”“Ya, kematian dia palsu. Artinya adalah kalian dibohongi oleh Raja bisnis,” sahut Baidi yang menggebu-gebu dan terlihat untuk menghasut semua orang di Aula.“Kenapa Anda memalsukan kematian? Apa tuju
Hari pertemuan dengan para pengusaha pun tiba. Sekitar pukul enam malam, hotel mewah penuh dengan pengusaha terkenal yang merupakan rekan bisnis Soeparman. Beberapa pengawal bertugas di pintu depan untuk menyambut dan mengarahkan tamu undangannya. Sisanya bertugas di dalam Aula, mengoperasikan laptop dan membawa acara.Arya berada dalam Aula hotel untuk mengawasi keadaan dan memantau kedatangan Keanu, Baidi dan rekan bisnisnya dengan setelan berwarna hitam, memakai kumis dan terpasang alat pendengar di telinga untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang bekerja sama dengannya.“Bagaimana kondisi di lantai bawah, apakah sudah terlihat Keanu, Baidi bersama dua pria dan dua wanita?” tanya Arya yang mengecilkan suaranya.“Belum, Tuan muda. Saya melihat Bapak Sentosa sedang berjalan kemari bersama Mas Krisna dan menantunya.”“Bagus. Bagaimana dengan kondisi Tuan besar, Cahaya dan satu orang yang menyamar sebagai Soeparman nanti?” tanya Arya sembari memerhatikan keadaan sekitarnya dan ters
“Mungkin urusan pekerjaannya sudah kelar, Tuan muda.”“Bisa jadi. Mudah-mudahan, firasatku salah soal ini.”Arya memandangi Stefano yang berbicara dengan Keanu bersama kekasihnya lalu Keanu memasuki Apartemen. Ia sedikit menunduk dengan posisi badan bersandar semakin ke bawah di kursi mobil selama sepuluh detik.Setelah semuanya aman, ia menyalakan dan menjalankan mobilnya. Ia menatap jalanan yang penuh dengan kendaraan itu dengan senyuman yang penuh dengan rencana yang matang untuk dilakukan kepada keluarga Stagle dan rekan bisnisnya yang bekerja sama untuk menjalankan bisnis gelap yang merajalela.Arya sudah memiliki bukti kuat untuk membalas dendam dengan cara yang lebih kejam dari sebelumnya. Ia bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk Polisi.Puluhan menit berlalu, ia tiba di rumahnya bersama dua pengawal dan Willy. Mereka memasuki rumah dengan melangkah santai dan dada tegap. Semua telah berjalan dengan lancar dan diluar dugaannya.Soeparman dan Cahaya menghampirinya yang baru
“Jawab aja dengan ramah, jangan sampai ketahuan.”Arya mendengar suara tertawa Ryan ketika pria itu terlihat sekali bahwa sedang mengincar atau menunggu mangsa baru yang akan menjadi korban selanjutnya untuk dijadikan budak pemuas napsu belaka.“Sepupuku masih kuliah dan sedang kuliah di sini sehingga saya berniat untuk membelikannya, dari pada menyewa rumah terus dan membayar setiap tahun, lebih baik di sini,” jawab Ryan yang terlihat mencairkan suasana.“Iya, itu lebih bagus karena uang tahunan yang biasa digunakan untuk membayar uang sewa rumah, lebih baik ditabung dan lebih aman di sini juga kalau untuk kuliahan dan yang belum menikah juga,” kata pria brewokan yang mencoba untuk merayu Ryan.“Iya, dia juga katanya mau bekerja kalau ada waktu senggang karena kasihan dengan orang tuanya yang hampir setiap bulan mengeluarkan banyak uang sehingga memilih untuk mandiri,” balas Ryan yang memancing pria itu untuk mengatakan hal apa pun mengenai bisnis gelap keluarga Stagle.“Nah, bagus i
Bel rumah berbunyi keras sebanyak tiga kali hingga membuat semua orang yang berkumpul di halaman belakang rumah terdiam dan menoleh ke arah pintu rumah dengan bahu yang terangkat. Arya dan Cahaya saling memandang lalu membuyarkan suasana yang sedikit tegang di antara mereka.“Tenang, tidak ada yang tahu rumah ini kecuali kurir,” kata Arya sambil terkekeh lalu berdiri dan melewati beberapa orang menuju pintu rumah.Arya mengintip dari lubang kecil yang terletak di tengah pintu rumah untuk memastikan sosok yang ada di depan agar tidak terjebak oleh siapa pun dan apa pun. Seseorang yang berada di luar tampak meletakkan dua kotak yang berukuran sedang dan besar. Ia membuka pintu rumah itu karena pria yang berdiri di depan pintu adalah kurir.“Paket untuk Pak Arya.”“Ya, saya sendiri. Terima kasih.”“Sama-sama, Pak. Jangan lupa unboxing kalau mau buka paketnya.”Arya tersenyum sambil mengangguk lalu mengangkat satu kardus berukuran sedang dan dibantu oleh pengawalnya yang mengangkat satu k
Willy terlihat menghela napas panjang dan menunjukkan ekspresi khawatir sekaligus bingung ketika keinginan Arya tetap dilakukan dan menggunakan rencana awal. Entah apa yang membuatnya berubah kepikiran padahal telah menyetujuinya.“Kenapa? Apa ada yang mengganggu pikiran Pak Willy?” tanya Arya yang mengetahui ekspresi itu.“Saya tiba-tiba takut untuk menjalankan rencana awal yang telah disusun oleh Tuan besar dan Tuan muda karena kebanyakan para pengusaha sudah datang dan melihat jenazah yang dikira itu Soeparman, Raja Bisnis. Jika tetap menjalankan itu nanti mereka pikir pasti melakukan penipuan dan mendapatkan keuntungan dari hal ini.”Willy menjelaskan yang ditakutkan olehnya. Ia tidak ingin merusak reputasi Raja bisnis yang telah dibangun lama olehnya dan tidak ingin memutus hubungan rekan-rekannya yang sudah dipercaya.Arya memegang lengan Willy sembari menatap lamat dan mengelusnya pelan. Setelah menjelaskan kekhawatiran padanya, ia memahami yang ditakutkan olehnya. Namun, Arya
“Jenazah masih di depan. Saya ingin memperkenalkan Dua Dokter dan perawat yang autopsi jenazah dan mengetahui jenazah bahwa jenazah itu bukan Pak Soeparman. Jadi, mereka bekerja sama untuk kita.”“Oke, nama saya Arya.”“Dokter senior yang pertama kali mengetahui jenazah itu mengenakan topeng wajah manusia bernama Dokter Xiu Lie yang sedang bertugas di Indonesia dan bisa berbahasa Indonesia. Kedua adalah seorang pria yang berambut cokelat emas adalah Dokter yang bekerja sama dengan beliau bernama Dokter Anggara. Lalu, dua perawat yang semuanya wanita cantik adalah Suster Dara yang punya lesung pipi, berambut pendek dan satunya berambut panjang memiliki warna hitam adalah Suster Novi.”“Salam kenal,” balas Arya sambil menjabat tangan mereka secara bergantian.Mereka tersenyum lebar ketika bersalaman dengannya. Mereka juga tampak tidak keberatan untuk bekerja sama dan memberikan kesaksian palsu atas jenazah yang bukan Soeparman.“Sebelumnya sudah diberitahu oleh Pak Willy dan kalian past
“Bekerja sebagai pengawas di rumahku ketika pemakaman nanti karena banyak orang yang datang dan hampir semua orang adalah orang penting.”“Maaf, saya gak bisa.” Pria yang bekerja sebagai montir menolak tawarannya.“Hanya hari ini saja dengan bayaran yang lebih besar dari gaji kamu sebanyak tiga kali lipat.”Mata dan mulut pria itu membesar dan terbuka lebar. Dia terkejut saat mendengar bayaran yang lebih besar dari gajinya dengan bekerja hanya satu hari. Dia membisu dan terpaku selama satu menit lalu menggeleng cepat, menutup mulut dan berkedip.“Baik, Pak. Saya mau. Saya kira harus setiap hari.”“Tidak. Aku membutuhkan jasa kamu hanya hari ini. Ikut saya sekarang dan saya yang akan izinkan kamu kepada atasanmu.”“Alhamdulillah, terima kasih banyak, Pak.”Pria itu menyalami tangannya sampai meletakkan dahi di tangan. Arya tersenyum lebar sembari menepuk pundaknya sekilas lalu mengusap tangannya.“Sama-sama. Pak, saya izin bawa dia untuk bekerja dengan saya hari ini saja.”“Silakan, Tu
“Saya memang tidak mengenal Anda, tapi pemilik Apartemen ini yang memberitahu pada saya bahwa saat saya melihat seorang pria yang sama dengan foto yang ditunjukkan olehnya maka dilarang masuk tanpa alasan apa pun.”Petugas keamanan memberikan jawaban yang tidak masuk akal. Namun, Arya tidak menyalahkannya karena dia menjalankan tugas dan mereka sudah mengetahui bahwa ia tidak akan tinggal diam dan menemukan Apartemen lainnya.Senyuman miring tergambar di bibirnya lalu menghela napas panjang. Ia merasa keluarga Stagle dan rekan bisnis takut untuk didatangi olehnya sehingga memberikan larangan padanya.“Baiklah. Aku tidak mempermasalahkan hal ini karena bisa mencari kamar Apartemen yang lebih bagus dari pada ini.” Arya menjawab dengan congkak lalu pergi meninggalkan Apartemen.Senyuman kepuasan dan sedikit menyenangkan itu tidak bisa disembunyikan olehnya karena perbuatan musuh ketika melarang lawan utama untuk menginjakkan kakinya di sebuah bangunan miliknya artinya mereka takut. Merek