“Tunggu, tunggu, kamu punya hubungan apa dengan Soeparman?” tanya Bobby penasaran dengan Arya yang ingin bekerja sama dengannya.“Saya … pernah bekerja dengannya dan mengetahui siapa pun yang berniat ingin menghancurkannya maupun bisnisnya. Saya juga mengetahui siapa pun yang memiliki bisnis gelap yang merugikan banyak orang.”Arya tetap tidak menunjukkan identitas asli pada siapa pun yang baru saja mengenalnya. Ia selalu waspada terhadap seseorang yang tidak dikonfirmasi oleh Willy. Bobby pun mengangguk-angguk yang seakan percaya dengannya.Masanya tidak dihabiskan bersama Soeparman sehingga harus berhati-hati terhadap siapa pun karena bisa menghancurkannya secara tidak terduga. Bahkan, ia juga tidak serta merta percaya dengan Adzkia.“Baiklah. Aku mau bekerja sama denganmu untuk membebaskan Soeparman dari tangan siapa pun.”“Oke, besok pagi jam sembilan, temui saya di rumah sakit.”“Kenapa di rumah sakit?”“Istri saya sakit.”“Baiklah.”“Saya pulang dulu dan ditunggu besok.”Arya me
“Saya kurang tahu, tapi orang yang berada di depan bilang ke saya bahwa ada seseorang yang menunggu Anda, katanya sudah janjian.”Arya menundukkan pandangan sambil mengusap dagu lalu melirik Cahaya yang masih diperiksa oleh Dokter Octo. Ia menghampiri sosok yang menunggu dan seseorang yang sudah memiliki janji adalah Bobby.“Siapa yang mencariku?” tanya Arya pada pengawalnya.“Itu orangnya, Tuan.” Pengawal Arya menjawab lirih sambil menunjukkan seorang pria yang duduk di kursi panjang dengan kaki yang dilipat dan ditumpu pada satu kaki.Postur tubuh pria sedang duduk tampak seperti postur tubuh Bobby yang tidak lebih tinggi darinya dengan tinggi badan yang setara. Ia menyapa Bobby dan memintanya untuk menunggu beberapa menit karena waktu yang telah disepakati belum terjadi.“Pagi, Pak Bobby.”“Eh, pagi, Arya. Maaf saya datang pagi sekali dan mendahului satu jam dari jam janjian,” balas Bobby sambil berdiri dan tertawa lalu menepuk lengannya.“Gak apa, Pak. Saya kaget soalnya rajin ban
“Panjang ceritanya dan gak akan kuceritakan pada siapa pun. Cukup Bapak tahu bahwa keluarga Stagle yang mungkin pandangannya dan kalian terhadap mereka awalnya salah. Jika Bapak tahu ingin mengetahui hal itu bisa diungkapkan secara bersama dan bisa mengundang Pak Sentosa dan keluarga Stagle untuk datang ke sini.”“Kamu jangan gila, Mas.” Cahaya protes dengan ide Arya yang ingin mengundang mereka ke rumah sakit.Arya dan Bobby reflek menoleh ke arahnya karena nada yang dikeluarkan tidak merendah melainkan, sedikit tinggi dan tidak terima dengan idenya. Ia pun terdiam untuk memikirkan cara membuat Bobby percaya dengan ucapannya.“Terserah, Pak Bobby mau percaya dengan ucapanmu atau tidak karena kita sudah memberitahu yang sebenarnya bukan hanya bualan dan mengada-ngada. Bapak Bobby akan tahu kalau sudah masanya. Kamu fokus jalankan rencanamu.”Cahaya tidak peduli dengan tanggapan siapa pun setelah menyampaikan kabar tentang keluarga Stagle. Dia memahami situasi saat ini karena sosok yan
“Bapak bisa menilai mereka nanti ketika bertemu dan memperlakukan siapa pun yang berada di bawahnya. Saya hanya bilang pada Bapak bahwa berhati-hati dengan keluarga Stagle. Otak Stagle berada di Baidi dan tubuhnya berada di Keanu.”Arya berbicara dengan menyakinkan bahwa keluarga Stagle sangat berbahaya dan lebih berbahaya dari yang mereka bayangkan. Keluarga yang haus harta dengan berbagai cara akan dilakukan untuk mendapatkan kategori orang terkaya di dunia.“Oke. Kita lihat nanti, ya.”“Iya, silakan lihat nanti.”“Oke. Lanjutkan yang tadi.”“Aku nanti menyamar sebagai pengantar minuman dengan caraku. Jika Pak Soeparman belum kembali di acaranya, alihkan acara itu dengan rangkaian acara yang sudah disusun oleh tangan kanannya. Saya mencari dan menyelamatkan Pak Soeparman.”“Bagaimana kalau dia memang gak kembali selama-lamanya kalau keluarga Stagle menginginkan kategori yang dimiliki Soeparman?” tanya Bobby yang memotong penjelasannya.Arya terdiam dan termenung dengan mengalihkan p
“Bapak mendengar saya?” Tanya Arya balik sambil menoleh dan menatap lamat.“Iya, saya mendengarmu bicara yang lirih, tapi kayak suara tawon sedang berkumpul,” jawab Bobby sambil memainkan jemarinya dengan mengatup dan membuka.Arya menghela napas panjang dan membuat Bobby tampak kesal dengannya karena tidak menjawab pertanyaan yang diajukan olehnya. Dia juga ingin tahu hubungan dan maksud kedatangannya di rumah sakit.“Kenapa kamu malah menghela napas panjang seperti orang yang mau melahirkan?”“Ck, memangnya seperti ini orang yang mau melahirkan?” decak Arya seraya melirik Keanu dan Stefano yang masih berada di posisinya.“Jelaskan padaku sekarang, apa maksudmu tadi!” desak Bobby sambil menarik kerah bajunya.Arya menyingkirkan tangan Bobby. “Perhatikan posisi sisitivi yang ada di sekitar kita, Pak. Beberapa sudut di taman hanya ada beberapa sisitivi dan lorong juga hanya ada beberapa sisitivi ketika hendak ke taman. Posisi mereka yang tidak ada sisitivi dan terhalang atap yang menur
“Dokter yang Bapak lihat tadi.”“Apa? Bagaimana sekarang dia? Mati?” cecar Bobby yang berprasangka Dokter yang menemui Keanu dan Stefano telah meninggalkan tubuhnya di suatu tempat.“Dia gak mati karena membutuhkannya hidup dan masih diberi pilihan untuk melanjutkan hidup dengan aman atau dihantui rasa kejahatan yang terus menerus. Aku juga sudah mendapatkan kode dari itu bahwa sesuatu yang ada di dalam tas plastik berwarna hitam adalah sesuatu yang berbahaya dan pastinya bisa membuat seseorang bisa meninggal tanpa meninggalkan jejak atau bisa dikatakan bukti tidak dapat ditemukan.”Bobby dan tiga pengawalnya tampak terkejut mendengar pernyataan yang disampaikan oleh Dokter Lucio. Ia menarik dan mengembuskan napas perlahan sambil mengusap seluruh wajahnya secara perlahan lalu terduduk di sebuah sofa dengan menarik rambutnya perlahan.Bobby menghampirinya yang terduduk. Jika memang itu adalah hal yang berbahaya artinya ayahnya sedang dalam bahaya. Sontak, mata terbelalak ketika teringa
Arya memandangi wajah satu per satu karyawan di ruang rapat dengan tatapan yang tampak penasaran yang dicampur dengan rasa kegelisahan dan kekhawatiran terhadap kondisi atasannya. Ia menghela napas panjang sambil menutup anggaran dana yang ada di tangannya.“Pokoknya berat dan dipercaya sama beliau untuk mengurus perusahaan ini dan jika terjadi sesuatu padanya, diminta untuk benar-benar bertanggung jawab atas tugasnya.”“Bagaimana bisa Pak Soeparman mempercayai, Bapak padahal termasuk karyawan baru?”“Apakah Bapak adalah anaknya yang hilang dan kabar burung mengatakan bahwa anaknya telah kembali dan ketemu setelah sekian lama karena konflik keluarga?” celetuk salah satu karyawan.Arya berusaha tenang ketika salah satu karyawan hal itu padanya. Ia tidak ingin memarahinya karena dia hanya mengeluarkan pendapat menjadi pertanyaan yang dituju padanya.Semua orang dalam ruang rapat pun terdiam sembari terpaku dan menatap ke arahnya. Mereka pun sekali lagi tampak sangat penasaran dengan jaw
Baidi mengalihkan pandangan dan melangkah untuk menjauhinya dengan kedua tangan di punggung seraya menundukkan kepala. Cara berjalannya terlihat jelas bahwa dia mengetahui sesuatu.Arya melirik Stefano yang hanya berdiri dan menatapnya sinis dengan memerhatikan dari bawah ke atas. Kesunyian dalam ruangan membuatnya penasaran dengan sesuatu yang akan terjadi padanya. Netra Arya selalu waspada terhadapnya agar bisa menangkis dan melawan mereka ketika hendak menyerangnya secara tiba-tiba.“Bagaimana rasanya merebut seorang perempuan yang dicintai oleh Keanu?”“Enak karena telah mempertahankan rumah tangga saya dengan utuh tanpa melukai siapa pun.”“Enak? Kamu bilang enak?” Baidi bertanya sekaligus berbalik badan secara tiba-tiba lalu melotot kembali.“Iya, memangnya kenapa? Ada yang salah dari ucapanku?” Arya bertanya kembali pada Baidi dengan tenang.“Gak ada, Arya Soeparman.”Arya terkejut ketika Baidi mengetahui nama panjangnya tanpa menunjukkan ekspresi di depannya. Ia membeku sambil
Arya membulatkan bola mata ketika Soeparman sudah berada di atas panggung bersama Cahaya dan terdapat Willy di belakang mereka. Ia tidak mengetahui hal yang dilakukan oleh ayahnya.“Bagaimana bisa Ayah ada di atas panggung? Apa yang terjadi?” tanya Arya yang tetap berusaha mengecilkan suaranya.“Tuan besar memaksa di belakang panggung, Tuan muda,” jawab salah satu pengawal.“Yang lain menyebar karena pengawal mereka ada di sini!” seru Arya sembari berjaga-jaga dengan mengawasi pengawal Stagle.Sorot mata seluruh tamu beralih ke suara Soeparman yang menggema di Aula dengan menampakkan keterkejutannya saat melihat tubuh Soeparman yang berdiri sehat sambil menatap mereka.“Ba-bagaimana Anda bisa berdiri di situ, Pak?” tanya salah satu tamu undangan.“Bisa saja.”“Apakah kematian Anda palsu?”“Ya, kematian dia palsu. Artinya adalah kalian dibohongi oleh Raja bisnis,” sahut Baidi yang menggebu-gebu dan terlihat untuk menghasut semua orang di Aula.“Kenapa Anda memalsukan kematian? Apa tuju
Hari pertemuan dengan para pengusaha pun tiba. Sekitar pukul enam malam, hotel mewah penuh dengan pengusaha terkenal yang merupakan rekan bisnis Soeparman. Beberapa pengawal bertugas di pintu depan untuk menyambut dan mengarahkan tamu undangannya. Sisanya bertugas di dalam Aula, mengoperasikan laptop dan membawa acara.Arya berada dalam Aula hotel untuk mengawasi keadaan dan memantau kedatangan Keanu, Baidi dan rekan bisnisnya dengan setelan berwarna hitam, memakai kumis dan terpasang alat pendengar di telinga untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang bekerja sama dengannya.“Bagaimana kondisi di lantai bawah, apakah sudah terlihat Keanu, Baidi bersama dua pria dan dua wanita?” tanya Arya yang mengecilkan suaranya.“Belum, Tuan muda. Saya melihat Bapak Sentosa sedang berjalan kemari bersama Mas Krisna dan menantunya.”“Bagus. Bagaimana dengan kondisi Tuan besar, Cahaya dan satu orang yang menyamar sebagai Soeparman nanti?” tanya Arya sembari memerhatikan keadaan sekitarnya dan ters
“Mungkin urusan pekerjaannya sudah kelar, Tuan muda.”“Bisa jadi. Mudah-mudahan, firasatku salah soal ini.”Arya memandangi Stefano yang berbicara dengan Keanu bersama kekasihnya lalu Keanu memasuki Apartemen. Ia sedikit menunduk dengan posisi badan bersandar semakin ke bawah di kursi mobil selama sepuluh detik.Setelah semuanya aman, ia menyalakan dan menjalankan mobilnya. Ia menatap jalanan yang penuh dengan kendaraan itu dengan senyuman yang penuh dengan rencana yang matang untuk dilakukan kepada keluarga Stagle dan rekan bisnisnya yang bekerja sama untuk menjalankan bisnis gelap yang merajalela.Arya sudah memiliki bukti kuat untuk membalas dendam dengan cara yang lebih kejam dari sebelumnya. Ia bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk Polisi.Puluhan menit berlalu, ia tiba di rumahnya bersama dua pengawal dan Willy. Mereka memasuki rumah dengan melangkah santai dan dada tegap. Semua telah berjalan dengan lancar dan diluar dugaannya.Soeparman dan Cahaya menghampirinya yang baru
“Jawab aja dengan ramah, jangan sampai ketahuan.”Arya mendengar suara tertawa Ryan ketika pria itu terlihat sekali bahwa sedang mengincar atau menunggu mangsa baru yang akan menjadi korban selanjutnya untuk dijadikan budak pemuas napsu belaka.“Sepupuku masih kuliah dan sedang kuliah di sini sehingga saya berniat untuk membelikannya, dari pada menyewa rumah terus dan membayar setiap tahun, lebih baik di sini,” jawab Ryan yang terlihat mencairkan suasana.“Iya, itu lebih bagus karena uang tahunan yang biasa digunakan untuk membayar uang sewa rumah, lebih baik ditabung dan lebih aman di sini juga kalau untuk kuliahan dan yang belum menikah juga,” kata pria brewokan yang mencoba untuk merayu Ryan.“Iya, dia juga katanya mau bekerja kalau ada waktu senggang karena kasihan dengan orang tuanya yang hampir setiap bulan mengeluarkan banyak uang sehingga memilih untuk mandiri,” balas Ryan yang memancing pria itu untuk mengatakan hal apa pun mengenai bisnis gelap keluarga Stagle.“Nah, bagus i
Bel rumah berbunyi keras sebanyak tiga kali hingga membuat semua orang yang berkumpul di halaman belakang rumah terdiam dan menoleh ke arah pintu rumah dengan bahu yang terangkat. Arya dan Cahaya saling memandang lalu membuyarkan suasana yang sedikit tegang di antara mereka.“Tenang, tidak ada yang tahu rumah ini kecuali kurir,” kata Arya sambil terkekeh lalu berdiri dan melewati beberapa orang menuju pintu rumah.Arya mengintip dari lubang kecil yang terletak di tengah pintu rumah untuk memastikan sosok yang ada di depan agar tidak terjebak oleh siapa pun dan apa pun. Seseorang yang berada di luar tampak meletakkan dua kotak yang berukuran sedang dan besar. Ia membuka pintu rumah itu karena pria yang berdiri di depan pintu adalah kurir.“Paket untuk Pak Arya.”“Ya, saya sendiri. Terima kasih.”“Sama-sama, Pak. Jangan lupa unboxing kalau mau buka paketnya.”Arya tersenyum sambil mengangguk lalu mengangkat satu kardus berukuran sedang dan dibantu oleh pengawalnya yang mengangkat satu k
Willy terlihat menghela napas panjang dan menunjukkan ekspresi khawatir sekaligus bingung ketika keinginan Arya tetap dilakukan dan menggunakan rencana awal. Entah apa yang membuatnya berubah kepikiran padahal telah menyetujuinya.“Kenapa? Apa ada yang mengganggu pikiran Pak Willy?” tanya Arya yang mengetahui ekspresi itu.“Saya tiba-tiba takut untuk menjalankan rencana awal yang telah disusun oleh Tuan besar dan Tuan muda karena kebanyakan para pengusaha sudah datang dan melihat jenazah yang dikira itu Soeparman, Raja Bisnis. Jika tetap menjalankan itu nanti mereka pikir pasti melakukan penipuan dan mendapatkan keuntungan dari hal ini.”Willy menjelaskan yang ditakutkan olehnya. Ia tidak ingin merusak reputasi Raja bisnis yang telah dibangun lama olehnya dan tidak ingin memutus hubungan rekan-rekannya yang sudah dipercaya.Arya memegang lengan Willy sembari menatap lamat dan mengelusnya pelan. Setelah menjelaskan kekhawatiran padanya, ia memahami yang ditakutkan olehnya. Namun, Arya
“Jenazah masih di depan. Saya ingin memperkenalkan Dua Dokter dan perawat yang autopsi jenazah dan mengetahui jenazah bahwa jenazah itu bukan Pak Soeparman. Jadi, mereka bekerja sama untuk kita.”“Oke, nama saya Arya.”“Dokter senior yang pertama kali mengetahui jenazah itu mengenakan topeng wajah manusia bernama Dokter Xiu Lie yang sedang bertugas di Indonesia dan bisa berbahasa Indonesia. Kedua adalah seorang pria yang berambut cokelat emas adalah Dokter yang bekerja sama dengan beliau bernama Dokter Anggara. Lalu, dua perawat yang semuanya wanita cantik adalah Suster Dara yang punya lesung pipi, berambut pendek dan satunya berambut panjang memiliki warna hitam adalah Suster Novi.”“Salam kenal,” balas Arya sambil menjabat tangan mereka secara bergantian.Mereka tersenyum lebar ketika bersalaman dengannya. Mereka juga tampak tidak keberatan untuk bekerja sama dan memberikan kesaksian palsu atas jenazah yang bukan Soeparman.“Sebelumnya sudah diberitahu oleh Pak Willy dan kalian past
“Bekerja sebagai pengawas di rumahku ketika pemakaman nanti karena banyak orang yang datang dan hampir semua orang adalah orang penting.”“Maaf, saya gak bisa.” Pria yang bekerja sebagai montir menolak tawarannya.“Hanya hari ini saja dengan bayaran yang lebih besar dari gaji kamu sebanyak tiga kali lipat.”Mata dan mulut pria itu membesar dan terbuka lebar. Dia terkejut saat mendengar bayaran yang lebih besar dari gajinya dengan bekerja hanya satu hari. Dia membisu dan terpaku selama satu menit lalu menggeleng cepat, menutup mulut dan berkedip.“Baik, Pak. Saya mau. Saya kira harus setiap hari.”“Tidak. Aku membutuhkan jasa kamu hanya hari ini. Ikut saya sekarang dan saya yang akan izinkan kamu kepada atasanmu.”“Alhamdulillah, terima kasih banyak, Pak.”Pria itu menyalami tangannya sampai meletakkan dahi di tangan. Arya tersenyum lebar sembari menepuk pundaknya sekilas lalu mengusap tangannya.“Sama-sama. Pak, saya izin bawa dia untuk bekerja dengan saya hari ini saja.”“Silakan, Tu
“Saya memang tidak mengenal Anda, tapi pemilik Apartemen ini yang memberitahu pada saya bahwa saat saya melihat seorang pria yang sama dengan foto yang ditunjukkan olehnya maka dilarang masuk tanpa alasan apa pun.”Petugas keamanan memberikan jawaban yang tidak masuk akal. Namun, Arya tidak menyalahkannya karena dia menjalankan tugas dan mereka sudah mengetahui bahwa ia tidak akan tinggal diam dan menemukan Apartemen lainnya.Senyuman miring tergambar di bibirnya lalu menghela napas panjang. Ia merasa keluarga Stagle dan rekan bisnis takut untuk didatangi olehnya sehingga memberikan larangan padanya.“Baiklah. Aku tidak mempermasalahkan hal ini karena bisa mencari kamar Apartemen yang lebih bagus dari pada ini.” Arya menjawab dengan congkak lalu pergi meninggalkan Apartemen.Senyuman kepuasan dan sedikit menyenangkan itu tidak bisa disembunyikan olehnya karena perbuatan musuh ketika melarang lawan utama untuk menginjakkan kakinya di sebuah bangunan miliknya artinya mereka takut. Merek