Share

Chapter 12

Author: Rose Dreamers
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Aku tidak bisa! Tolong jangan terus memaksaku!"

Zidane berdecak sambil mematikan sambungan telepon secara sepihak, kemudian memasukkan benda pipih itu ke dalam saku celananya.

"Sial! Kenapa dia selalu saja menggangguku?" gerutu Zidane pelan sambil membalikkan badannya.

"Siapa yang mengganggumu?"

Zidane terbelalak, merasa terkejut melihat kehadiran Annisa yang tiba-tiba sudah berada di hadapannya. Detik berikutnya, dia kembali menetralkan raut wajahnya seolah tidak pernah terjadi apa pun.

"Apa para rentenir itu masih mengganggumu?" tanya Annisa lagi.

Manik teduh itu menyipit menatap wajah Zidane secara seksama. Wajahnya terlihat lebih segar dibandingkan sebelumnya, menandakan bahwa dia sudah selesai mandi.

"Hm. Iya," jawab Zidane singkat. Dia berjalan melewati Annisa berusaha untuk menghindar dan mengalihkan pembicaraan. "Kamu sudah selesai mandi, Nona? Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu."

"Memangnya berapa banyak utangmu

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Mantri Undang
masih datar² saja
goodnovel comment avatar
Asep Sablon
lanjut terus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menantu Penguasa   Chapter 13

    Sebuah mobil berwarna hitam baru saja menepi di parkiran salah satu restoran ternama. Tidak lama kemudian, dua orang berbadan besar terlihat menyeret seorang pria tampan untuk ikut dan menuruti mereka yang sedari tadi terus memberontak. "Lepaskan! Aku bisa masuk dan berjalan sendiri!" Zidane mengempaskan tangannya dari cekalan dua pria berbaju hitam dan bertubuh kekar. Dia menghela napas kasar, lalu membenarkan kemejanya yang kusut. Kedua pria itu saling menatap satu sama lain selama beberapa detik, kemudian mundur satu langkah dan membiarkan tawanannya berjalan masuk ke restoran tanpa paksaan. Derap kaki itu melangkah menghampiri seorang pria paruh baya yang nampak masih gagah dan berwibawa yang sudah menunggu kedatangannya. Setelah menghela napas kasar, Zidane langsung mendudukkan tubuhnya di kursi tepat di depan pria paruh baya itu dengan wajah masam. "Apa aku harus menggunakan cara seperti ini agar kamu mau menemuiku?" tanya pria paruh bay

  • Menantu Penguasa   Chapter 14

    "Aku tidak habis pikir denganmu, Reza. Bagaimana mungkin kamu bisa menikahkan Annisa dengan pria lain, padahal sebelumnya sudah berjanji akan menjodohkan Annisa dengan putraku," ujar Hari Prasetyo, papanya Yogi.Pria paruh baya itu sengaja menemui Reza di kantornya hanya untuk membahas pernikahan Annisa yang berlangsung dengan pria lain. Hari menganggap bahwa Reza sudah melanggar kesepakatan yang sudah mereka buat untuk menjodohkan putra putri mereka."Iya, Paman. Kenapa Paman tega sekali melakukan semua ini kepadaku?" Yogi yang turut ikut bersama papanya pun ikut berbicara.Jelas terlihat bahwa pria muda itu sedang sangat kecewa dan patah hati karena gadis yang diinginkannya menikah dengan orang lain."Kamu tidak lupa 'kan, kalau perusahaanmu ini sedang diambang kehancuran? Satu-satunya cara agar perusahaan ini tetap bertahan yaitu dengan penyatuan dua perusahaan dengan menikahkan Annisa dan Yogi," ujar Hari lagi. Netra tua itu menatap tajam ke arah Reza

  • Menantu Penguasa   Chapter 15

    "Kenapa belum tidur?" tanya Zidane yang baru saja masuk ke kamar dan mendapati Annisa masih berkutat dengan laptopnya.Gadis itu menoleh sekilas, kemudian kembali fokus dengan pekerjaannya."Aku belum mengantuk. Lagi pula, masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan malam ini," sahutnya tanpa menoleh ke arah Zidane."Kalau kamu ingin tidur, tidak apa. Tidur saja duluan," sambungnya lagi. Kali ini, dia menoleh ke arah Zidane dan tersenyum.Tak ada sahutan dari pria itu. Dia berjalan menuju ranjang untuk mengambil bantal dan selimut, kemudian membawanya ke sofa. Namun, sebelum pergi Zidane sempat mengintip ke arah layar laptop Annisa."Apa kamu sering membawa pekerjaan ke rumah?" tanya Zidane sembari membenahi sofa."Hanya sesekali," jawab Annisa tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptopnya.Zidane yang sudah berbaring di atas sofa, diam-diam memerhatikan istrinya dalam keheningan."Apa itu masih lama?" tanya Zidane beberap

  • Menantu Penguasa   Chapter 16

    Zidane terkejut karena tidak menemukan Annisa di tempat tidur begitu dia bangun. Awalnya, dia berpikir istrinya itu bangun lebih awal dan sedang di kamar mandi. Namun, begitu ia menyadari tak ada tanda-tanda seseorang berada di dalam sana, membuat Zidane mulai merasa cemas. "Nona, apa kamu ada di dalam?" panggil Zidane sambil mengetuk pintu kamar mandi. Tak ada sahutan dari dalam sana sehingga membuat Zidane terpaksa membuka pintu yang ternyata tidak dikunci. Kedua alisnya mengernyit dalam saat tak menemukan siapa pun di dalam sana. Zidane pun menutup pintu kamar mandinya kembali. "Dia pergi ke mana sepagi ini?" gumamnya pelan. Matanya membulat begitu otaknya mulai memikirkan hal yang bukan-bukan. Derap langkah lebar itu langsung mengarah ke lemari pakaian dan langsung membukanya. Zidane langsung bernapas lega karena pakaian Annisa masih bertengger rapi di dalam lemari. Menandakan bahwa pemiliknya tidak melarikan diri seperti yang dipi

  • Menantu Penguasa   Chapter 17

    Zidane dan Annisa turun dari mobilnya dan berjalan bersama-sama menuju ke kediaman Buana. Namun, sebelum mereka benar-benar masuk ke rumah mewah itu, Annisa tiba-tiba saja menghentikan langkahnya tepat di depan pintu."Ada apa, Nona?" tanya Zidane merasa heran.Annisa terdiam sambil menatap wajah pria itu dalam-dalam, beberapa detik kemudian terdengar suara helaan napas ke luar dari mulutnya."Apa pun yang kamu dengar nanti, anggap saja hanya angin lalu. Oke?" ujar Annisa.Alis Zidane mengernyit, mencoba mencerna maksud perkataan istrinya, kemudian dia pun menganggukkan kepalanya mengiakan.Annisa tersenyum manis, lalu menggandeng tangan Zidane layaknya seperti pasangan sungguhan yang membuat pria itu merasa terkejut saat melihat tangan sang istri melingkar di lengannya, tetapi sedetik kemudian dia tersenyum tipis dan membiarkan semuanya terjadi.Ini kedua kalinya Zidane memasuki rumah mewah keluarga Buana setelah acara akad nikahnya dengan

  • Menantu Penguasa   Chapter 18

    PRAAANG! Annisa membantingkan sendok dan garpu di atas meja, lalu beranjak dari tempat duduknya. Iris berwarna cokelat itu nampak murka menatap wajah ibu tirinya. Suasana di meja makan itu pun semakin terasa gersang dan tidak kondusif lagi. "CUKUP!" benatak Annisa. "Jangan pernah berani menghina suamiku lagi! Kalian tidak tahu apa pun tentang kehidupan kami. Jadi, jangan sok tahu dan berhentilah ikut campur urusan kami!" ujar Annisa lagi serius dan penuh penekanan di setiap kata-katanya. Deru napas penuh amarah itu menaik turun ke luar dari mulut Annisa. "Jika tujuan kalian mengundangku datang ke sini hanya untuk menghina suamiku, aku tidak akan pernah membiarkan semua itu terjadi. Kalian mengerti!" Bukan hanya Zidane, bahkan semua orang yang ada di meja makan itu terkejut melihat kemurkaan gadis berhijab yang selama ini selalu nampak terlihat tenang. Dia mengambil tasnya, lalu menarik paksa lengan Zidane untuk segera pergi dari sana.

  • Menantu Penguasa   Chapter 19

    "Apa?! Tapi kenapa?" Annisa terkejut begitu mendengar informasi tidak baik dikatakan oleh papanya. Kedua alisnya saling berpaut dengan sorot serius menatap wajah Reza selama beberapa detik, lalu berpindah ke arah Zidane yang duduk di sebelahnya."Tidak, tidak. Aku tidak setuju dengan ide Papa ini." Gadis berhijab itu menggelengkan kepalanya. "Ba-bagaimana bisa Papa tunjuk dia untuk menjadi CEO baru di perusahaan kita? Jangan bercanda, Pa. Papa tahu 'kan kalau Zidane ini belum memiliki pengalaman mengurus perusahaan besar."Annisa berucap sambil membayangkan apa jadinya bila nanti Zidane menjadi CEO di perusahaannya sementara dia tahu suaminya itu tidak memiliki keahlian di bidang tersebut. Yang ada semua akan semakin hancur dan perusahaan akan benar-benar gulung tikar.Mata tua yang tajam bagaikan elang itu melihat ke arah sang menantu yang sedari tadi duduk diam menyimak pembicaraan."Bagaimana menurutmu, Zidane? Apa aku bisa memercayakan amanah ini kepa

  • Menantu Penguasa   Chapter 20

    "Kamu yakin tidak ingin membeli apa pun lagi, Nona?" tanya Zidane begitu mereka sudah ke luar dari supermarket dengan membawa banyak barang belanjaan.Zidane sengaja mampir untuk berbelanja kebutuhan rumah sekaligus membeli kipas karena kipas yang ada sudah rusak.Annisa melihat belanjaan yang dia bawa, kemudian menjawab, "Sepertinya ini sudah cukup.""Baiklah. Jadi, sekarang kita mau ke mampir ke mana lagi?" tanya Zidane, memastikan. Pria itu berjalan menuju ke arah mobilnya yang terparkir rapi di parkiran, lalu memasukkan semua barang belanjaannya dan Annisa ke dalam bagasi."Aku lelah. Aku mau langsung pulang saja," jawab Annisa dengan ekspresi yang nampak kelelahan. Zidane pun mengangguk mengiakan keinginan istrinya."Apa pun untukmu, Nona." Dia membukakan pintu penumpang depan untuk Annisa sambil memamerkan senyum manis yang membuat Annisa bergidik ngeri pasalnya sikap pria itu nampak aneh setelah pulang dari rumah Reza.Anisa dan Zidan

Latest chapter

  • Menantu Penguasa   Chapter 232

    “Kamu pasti bohong, kan?” Zidane berusaha untuk tidak percaya dengan kebenaran itu. Namun, binar mata Rizky yang tidak berkedip sedikit pun itu menghancurkan pengharapannya. “Saya punya buktinya, Pak. Orang suruhan Pak Alfian telah mengaku kepada kita. Bahkan saya sudah memberikan sejumlah uang yang nominalnya lebih besar dari yang ia terima agar pria itu mau membuka mulutnya,” jelas Rizky sambil mengutak atik layar IPADnya kemudian memberikannya kepada Zidane untuk dilihat pria itu. Zidane menggebrak meja lagi. Darahnya berdesir. Dadanya terasa sakit seperti ada pisau yang menusuk di sana. “Apa motifnya?” tanya Zidane lagi. Tangan lebarnya meraup wajah kasarnya. Rambut tipis telah tumbuh di dagu dan kumisnya akibat ia belum punya waktu untuk mencukur. “Perusahaan Alfian ingin menekan perusahaan ini agar anjlok dan tunduk di bawah kekuasaan mereka. rencana mereka ingin membeli separuh saham milik kita. Maka dari itu mereka sengaja menciptakan rumor palsu tentang perusahaan ini.” Z

  • Menantu Penguasa   Chapter 231

    Setelah mengetahui kebenaran kalau selama ini Annisalah yang membantu perusahaan ayahnya ketika hampir bangkut membuat Zidane semakin bersemangat untuk bekerja dan tidak boleh berleha-leha lagi. Zidane sangat berterimakasih kepada istrinya itu yang masih mau membantu perusahaan milik mertuanya meski Annisa belum mendapatkan restu sama sekali dari mereka. Cara satu-satunya yang bisa Zidane lakukan untuk membalas semua kebaikan istrinya meskipun tidak bisa semua kebaikan istrinya yang bisa ia balas adalah dengan memastikan pekerjaan di kantor bisa beres semua tanpa ada kesalahan sedikit pun. Zidane tidak boleh membebani Annisa lagi, istrinya itu belum cukup pulih benar. Selama kehamilan ini, keadaan Annisa selalu dipantau oleh dokter spesialis kandungannya. Dokter juga menyarankan Zidane untuk bisa menjadi suami siaga. Maka dari itu, sebisa mungkin ia tidak akan membawa pekerjaan ke rumah karena selama di rumah fokusnya harus penuh ke istrinya itu. Tumpukan berkas di meja Zidane dari

  • Menantu Penguasa   Chapter 230

    Zidane masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan. Ternyata isi amplop cokelat besar itu adalah dokumen penting yang tertera bahwa Annisa telah mengalirkan dana miliaran rupiah ke perusahaan Alfian. Zidane baru menyadari bahwa orang yang telah membeli saham perusahaan Alfian ketika perusahaan itu hampir bangkrut adalah Annisa."Bagaimana bisa aku nggak tahu Kia melakukan ini di belakangku?" gumam Zidane seraya mengembus napas lirih. Ia agak sedikit marah karena waktu itu ia sudah melarang Annisa melakukan itu sebab tak mau dianggap sebagai suami yang memanfaatkan kekayaan sang istri. Kedua mata Zidane masih fokus membaca isi dokumen secara runut. Dari mulai lembaran pertama hingga ke lembaran selanjutnya. Saking fokusnya ia tak menyadari jika sudah menghabiskan waktu hampir lima belas menit. "Astaga! Aku ke kamar 'kan niatnya mau cari obatnya Kia." Zidane menepuk keningnya pelan. Ia pun kembali memasukkan lembaran-lembaran itu ke amplop dan menaruhnya di tempat semula. Ama

  • Menantu Penguasa   Chapter 229

    Zidane sejenak tertegun sambil memandang ke arah jendela ruang kantornya. Waktu sudah hampir petang sebab eksistensi matahari sebentar lagi akan digantikan oleh bulan. Sesekali ia mengembus napas kasar sebab memikirkan masalah yang tengah melanda perusahaannya. Suasana di ruangan kantor itu juga terasa sangat gelap dan sunyi, hanya terdengar denting jam dinding. Zidane sengaja tak menghidupkan lampu karena ia lebih senang berpikir dalam keadaan minim cahaya. Menurutnya itu bisa lebih membuat pikirannya rileks. Seperti yang diperintahkan oleh Zidane tadi, Rizky sudah menyuruh admin publishing untuk mengunggah sertifikat uji kelayakan produk milik perusahaan. Setelah sertifikat itu di-upload banyak pihak yang berkomentar dan komen negatif mulai sedikit terkikis. Untung saja mereka bertindak cepat, kalau tidak perusahaan akan mengalami kerugian lebih besar. "Saya juga sudah menangani beberapa artikel buruk mengenai produk kita, Pak. Semuanya akan dihapus secara bertahap," terang Rizky

  • Menantu Penguasa   Chapter 228

    “Annisa!!!” Zidane berteriak seperti orang kesetanan begitu sampai di rumah. Pria itu mencari istrinya ke setiap sudut rumah dengan perasaan campur aduk. Begitu melihat Annisa di dapur, ia langsung berlari dan memeluknya. “Kamu kenapa tumben pulang cepat?” tanya Annisa bingung begitu ia memisahkan diri dari pelukan Zidane. “Tangan kamu kenapa ini?” Zidane manatap tangan Annisa dengan penuh kekhawatiran begitu melihat tangan kanan Annisa yang penuh dengan luka gores. “Oh ini, tadi nggak sengaja kena duri mawar.” Tatapan Zidane kini beralih ke arah Vivi. “Mama nyuruh Annisa untuk melakukan ini semua kan? Iya kan? Jawab pertanyaan aku.” Vivi langsung memasang tampang masam. Kedua tangannya ia lipat di depan dada. “Istrimu yang ngadu ya? Mama cuma mau membantu Annisa semua nggak malas-malasan saja di kamar. Ternyata istri kamu ini adalah wanita yang lemah. Baru segini saja sudah mengeluh,” sindir Vivi. “Mama!!! Sudah berapa kali Zidane bilang kalau Annisa ini tidak boleh terlalu cap

  • Menantu Penguasa   Chapter 227

    Annisa terpaksa bangun dari istirahat siangnya begitu mendengar suara pintu kamar yang diketuk. Sejak tadi pagi tubuhnya letih sekali sehingga memutuskan untuk tidur setelah mengantarkan Zidane berangkat bekerja. Sudah beberapa hari Annisa dan Zidane memutuskan untuk tinggal di rumah Vivi dan Alfian demi mengupayakan agar Vivi bisa sembuh lebih cepat. Meskipun kurang nyaman, tapi Annisa mencoba untuk bertahan sekuat mungkin di rumah besar dan megah ini. Andaikan hubungan Annisa dengan Mama mertuanya tidak seburuk ini, mungkin ia akan betah untuk tinggal. Selama berada di sini, Annisa merasa waktu berjalan sangat lambat dibandingkan dengan waktu yang ia habiskan di rumahnya sendiri. Pun dengan Zidane yang akhir-akhir ini sering pulang terlambat dari kantor menambah kurangnya semangat Annisa dalam menjalani harinya. Annisa bisa saja meminta Zidane untuk kembali saja ke rumah mereka, tapi itu akan menambah buruk hubungannya dengan Vivi. Ditambah lagi Annisa tidak ingin mertuannya jatu

  • Menantu Penguasa   Chapter 226

    Keesokan harinya Tiara bisa bermalas-malasan di rumah karena memang sedang weekend. Tadinya ia akan pergi berkencan dengan Rizky, tapi nyatanya kekasihnya itu harus bekerja lembur sehingga rencana mereka gagal. "Ra, kamu sudah bangun belum?" panggil Rubi sambil mengetuk pintu kamar putri sulungnya. Tiara yang sudah bangun sedari tadi dan hanya main smartphone di atas kasur pun menyahuti mamanya dengan malas. "Aku udah bangun kok, Ma. Cuma lagi males aja keluar kamar. Lagian sekarang juga libur."Rubi yang berada di depan pintu kamar Tiara hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Ia paham betul putrinya itu memang suka sekali bermalas-malasan saat libur kerja. Namun, mulai saat ini ia harus segera mengubah pola hidup anaknya itu. "Sekarang kamu keluar dulu, Ra. Masa perempuan yang sudah mau dilamar orang kerjanya malas-malasan. Coba belajar untuk tetap mandi pagi dan turun dari kasur setelah bangun walaupun sedang libur," suruh Rubi. Tak berapa lama, Tiara muncul membuka pintu

  • Menantu Penguasa   Chapter 225

    Setelah berbincang dengan Zidane di kafe tadi, Rizky sedikit mempertimbangkan saran dari atasannya itu. Namun, ia masih merasa jika saat ini belum waktunya untuk menjelaskan semuanya pada Tiara. Hatinya masih meragu karena takut kekasihnya itu akan pergi jika ia menceritakan soal rencana perjodohannya. Waktu sekarang menunjukkan tepat pukul lima sore dan Rizky bersiap-siap untuk pulang. Namun, baru saja ia membuka pintu ruangannya tiba-tiba saja Tiara muncul di hadapannya sambil tersenyum manis. Wajah Rizky terlihat kusut karena sedari tadi memikirkan masalah perjodohannya. Sebagai kekasih dari Rizky, jelas Tiara bisa sangat peka jika pasangannya itu sedang menyembunyikan masalah. "Biasanya kalau aku muncul kamu langsung peluk aku terus nyengir. Nah ini kok kamu diem aja dan mukanya ditekuk gitu. Kamu ada masalah ya?" tebak Tiara sambil mengerutkan dahi dan menatap Rizky tajam. "Nggak ada kok. Aku cuma lagi capek aja soalnya kerjaan lagi numpuk," dalih Rizky. Tiara tak serta mert

  • Menantu Penguasa   Chapter 224

    Setelah menghabiskan waktu pagi bersama Annisa dengan sarapan dan berjalan-jalan di taman, Zidane pun berangkat ke kantor. Hatinya baru bisa lega saat istrinya itu sudah tidak marah lagi padanya. Sebenarnya Zidane agak khawatir meninggalkan Annisa sendiri di rumah orang tuanya, tapi Annisa meyakinkannya jika tidak akan ada masalah. Istrinya itu mengatakan jika bisa mengatasi semuanya dengan baik. Ia pun percaya karena memang harus segera berangkat ke kantor sebab pekerjaan sudah menunggu. "Aku berangkat dulu ya," pamit Zidane. "Hati-hati ya, Mas," sahut Annisa sambil mencium punggung tangan kanan suaminya. Zidane pun menaiki mobilnya menuju kantor. Ia harus segera sampai karena memang sudah telat. Untung saja tidak ada panggilan mendadak sehingga ia tak perlu terlalu terburu-buru. Lagi pula sebelumnya ia juga sudah menghubungi Rizky perihal kedatangannya yang terlambat. Baru saja sampai di kantor, Zidane langsung bergegas menuju ruangannya. Kedatangannya disambut oleh beberapa pe

DMCA.com Protection Status