Pak Darmanto marah besar.
"Kenapa sih terus berusaha mengusir Wisnu? Apa yang kamu takutkan, Mirna? Yang berhak mengusirnya itu hanyq aku atau Hendra bapak mertuanya Wisnu. Kamu lebih baik fokus sama keluargamu sendiri, paham?""Tapi Mirna malu, Pak. Masak keluarga terhormat kita jadi bahan olokan gara-gara dia, yang trah keluarganya ga jelas!" bantah perempuan cantik ini kesal. Wisnu menunduk dan mengelus dadanya sendiri. (Bukan dada istrinya, karena Sinta lagi ga ada, dia kan ada acara. Aish sudahlah!) "Siapa yang ngomong begitu? Suruh menghadap ke Bapak, akan kucuci mulutnya pakai sabun deterjen biar bersih! Kamu pikir bapakmu ini orang apa? Aku juga orang biasa, Nak! Trahku juga ga jelas lho, jadi kamu itu punya bapak ga jelas, tahu! AAlhamdulillah Wisnu selamat lagi dari jebakan jahat.
"Kegagalan itu bukan hal yang abadi, pikiran buruk tentangnya itulah yang akan membuat kegagalan bisa jadi abadi." by Hendra."Om, sebaiknya Om hati-hati mulai sekarang. Bisa saja besok Wisnu lapor ke tante tentang perselingkuhan itu." Wisnu duduk dengan gagah dan melirik tajam."Apa? Kenapa kamu berkata begitu, Wis? Sudah gila ya kamu?" Om Adi berkacak pinggang dengan mata melotot. Keadaanya yang tadi sedang horny berat, jadi menurun saking kagetnya.Jantungnya jadi berdebar-debar ketakutan membayangkan reaksi Mirna, yang dia tahu pasti tidak akan ragu menceraikannya saat itu juga. Waw ... syerem kalau sampaj dipecat dari keluarga Wiguna, yang selama ini memberikan kehidupan enak padanya. "Enggaklah. Wisnu selalu waras. Ini semua terjadi karena keteledoran Om. Bagaimana bisa Tante sampai bisa menjebak Wisnu dengan kasus cairan pel lantai
"Nasehat seorang bijak bak bulir-bulir indah menakjubkan, yang secara ajaib akan rutin memberikan kesejukan di hati dan pikiran." by Wisnu."Nah iya kan, Wisnu? Kamu bisa meng-golkan tender yang ini. Kemampuan bahasa inggrismu memang sudah mumpuni. Dan kemampuan negoisasi bisnismu juga makin meningkat. Selamat ya, Nak!""Terimakasih, Papa. Itu juga karena persiapan yang matang, juga atas banyaknya bantuan papa dan kak Bari. Wisnu masihlah anak bawang yang tidak banyak tahu. Mohon bimbingannya terus ya, Pa?" Wisnu merasa terbang ke langit ke-7 tinggi sekali dan indah. Dia mau di situ saja, jangan sampai turun. Semangatnya lagi keren banget. "Ya pastilah, Wisnu. Kau kan menantuku. Artinya juga seperti anakku. Selamanya akan kuanggap sama seperti Bari dan Sinta. Tidak ada sedik
"Sepi ing Pamrih berarti ketulusan, tak ada maksud tersembunyi ingin dibalas dengan apapun." by Darmanto."Sayang trus bisnis outlet line baju cewek tomboy bagaimana, sudah kau mulai belum? Kayaknya lebih asyik memanjakan suamimu daripada bisnismu hehe, ya kan? Bener gak Sin?" Wisnu bertanya menggoda."Iya bener, Mas. Ahai! Emang bener sih, Sinta ga membantah, karena enak nganu itu. Masssss ... Sayang ... Jadi inget kalau hari ini malam jum'at. Saatnya kamu menggocekku loh." Sinta langsung menyingkap rok dasternya sehingga pahanya terpampang menantang. Wisnu melirik dan tersengat tapi dia pura-pura ga tau. Matanya sok asyik liatin hape. "Emangnya bola, digocek? Kalau bahasa jawa itu gocek artinya adalah memegang. Eh lucu wkwkwkkw. Perasaan biasanya kita melakukannya tanpa lihat hari deh, Yank. Spontan aja. Kenapa mempersoalkan malam jum'at seg
"Rame ing gawe artinya bersungguh-sungguh atau giat bekerja." by Arto."Ada apa lagi, bengong lagi, Nak? Heran, hobi kok bengong." Kakek Darmanto datang mengagetkan jantung Wisnu."Ah, Kakek. Sukanya ngagetin. Untung jantung Wisnu kuat, Kek. Gimana kalau dia lompat? Bisa-bisa susah cari penggantinya. Ga ada toko jualan jantung kan?" Wisnu cekikikan sambil meredakan kekagetan tadi. "Ya habisan kamu, Wisnu, suka bengong kan kasihan Sinta?" Lagi-lagi kalimat ini. Duh dejavu! Batin Wisnu berkata 'Rasanya itu kalimat kesukaan Kakek sehingga diulang terus. Andai itu kalimat iklan, sudah berapa milyar pendapatan kakek ya. Pasti banyak banget.' Duh Wisnu tepok jidatnya sendiri menanggapi kegajean pikirannya sendiri."Ada apa, Kek. Ada keperluan apa mencari Wisnu?" Wisnu kepo juga kakek Darmanto kenapa mencarinya ya? Apa minta tolong dimandikan?
"Kekuasaan bukan untuk menguasai tapi mencari kebaikan terbaik diantara banyak pilihan."by Bari."Kak Bari favoritnya kaya Mbok ya? Klo wajahnya suka yang kayak gimana?" Wisnu mulai meneliti."Tentunya wajahnya suka yang kaya Mbok juga. Eh hihihi. Salah ding. Maksudnya pas masih muda dulu. Jangan yang ap tu det kayak sekarang, Den. Udah ruwet banyak lipatan hehe. Mana ga bisa disetrika kan? Saya juga ga ikhlas. Sumpah!" Mbok Tirto lucu sekali menunjukkan gigi ompongnya. "Up to date, Mbok. Ah Simbok ayo dengerin podcast Wisnu, ada pelajaran bahasa Inggris lho. Biar bisa lancar ber cas cis cus cueeees hehe, biar lancar ga keseleo melulu bibirnya," ajak Wisnu."Apa Den, kulkas? Untuk simpen buah ya?" Perbedaan antar generasi ini, hehe mencoba terus klik berkomunikasi. "Bukan, bukan kulk
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai sejarah, sekacau apapun itu." by Darmanto. "Damai, ayo kalian berdamai. Den Bari, Den Wisnu. Damai itu indah lho? Kalau enggak, Mbok akan ngambek ga mau ngomong ke kalian 1.001 hari loh? Hayo 1 ... 2 ... 3 ...!" "Ampunnnn, Mbok, janganlah ngambek kasian aku dong. Sehari aja udah kangen, gimana 1.001 hari? Eh itu kayak judul dongeng jadul ya. Maafin Bari dong Mbok, ya, please?" Bari panik dan berusaha melihat wajah Mbok Tirto, tapi mbok ART tua itu malah berpaling. Eh rupanya ngambek. "Mbok, maafin Wisnu juga, ya? Ayo dong? Aish ... Katanya penggemar, kok ngambek yang digemari. Hayo tak gelitikin lho, Mbok! Dijamin geli banget!" Wisnu ancang-ancang mempersiapkan jarinya untuk gelitikin. "Gara-gara kamu sih, Wis!" tuduh B
"No pain no gain, tidak ada sesuatu hal yang gratis, semua kesuksesan memiliki kisah perjuangan bersusah payah penuh keringat dan doa." by Darmanto"Sudah kan? Itu saja yang perlu kakek ceritakan. Nah sekarang semua tergantung kamu, Wis. Mau cerita inspiratif sebanyak 1.001 kaya mbok Tirto juga percuma, kalau cuma disimpan, tidak diterapkan.""Ya Kek, Wisnu paham kok. Wisnu akan memilih dan memilah, apa yang cocok bagiku akan kuambil. Begitu juga sebaliknya. Maturnuwun terimakasih, Kek." Wisnu tersenyum tulus."Iya, sama-sama, Nak. Lain kali cerita soal kehidupanmu juga, ya? Sebenarnya semua kisah pasti ada nilai negatif dan positifnya dan itu bisa memberi makna pada orang lain. Apapun bentuknya. Percaya kan?""Iya, Wisnu percaya hal itu. Tapi jujur dari kehidupanku ga ada sesuatu yang spesial kek, cuma dua hal istimewa dalam hidupk
"Kerja keras harus diiringi kerja cerdas. Kerja cerdas juga mesti dilindungi doa bernas. Maka keberhasilan akan menetas." by Darmanto."Nah, kakek dah bercerita panjang lebar. Bagaimana dengan kisahmu, anak muda? Bagaimana kau bisa menjerat cucuku ke pelukanmu?" "Aduh, kok menjerat sih Kek, kaya Wisnu penipu kelas kakap aja sampai harus menjerat. Sinta itu bulan bersinar dan Wisnu seperti pungguk, Kek." Wisnu ngikik perlahan lagi. "Heleh jadi kaya pepatah terkenal, pungguk yang merindukan bulan dong, yea?" tanggap kakek mengangguk-angguk. Sementara itu Hendra pamitan keluar mau ganti baju dan istirahat. "Pak, Wisnu, aku pamit dulu ya. Capek gerah mau mandi, sholat trus tidur. Bye!""Selamat istirahat, Pa." Wisnu yang menjawab. "Nah iya, Kek. Sampai detik ini, Wisnu
"Alih peran dari seseorang yang dinafikkan kehadirannya, menjadi seseorang andalan tersayang, adalah jalan yang bukan mustahil. Karena dialah menantu paling oke." by Hendra. "Tidak sih, kukatakan aku ingin berinvestasi. Dan aku tertarik pada bisnis bidang pendidikan seperti keluargamu. Nah gak ada salahnya mencoba kan?" jelas Wisnu melindungi harga diri Kelvin. "Terimakasih, Wisnu. Kau memang benar-benar sebaik itu. Tak mau mengatakannya karena kau mau lindungi kehormatanku, kan? Memang niatmu berinvestasi dan ini artinya juga bantuan besar buat bisnisku. Aku mengerti dan berterimakasih sakali." Kelvin terisak dalam keharuan yang amat sangat. Kini makin pahamlah dirinya, Wisnu memang pantas untuk Sinta. Segala konsep kesombongan, the have yang harus menikahi sesama the have, dan konglomerat tak boleh menikahi kaum awam, semua menguap tak ada gu
"Akhirnya kadangkala prestasi tidak hanya diraih karena kerja keras dan cerdas, tapi juga faktor lucky, keberuntungan." by Wisnu. (2 TAHUN KEMUDIAN) Wisnu terkadang tak memahami jalan hidupnya yang sungguh berliku, walau sangat menarik, dan alhamdulillah dengan progress naik terus. It's an exciting life. Kini Wisnu menjabat sebagai CEO dari perusahaan kakeknya PG alias Phenomenon Group sudah 5 tahun. Seorang kakek yang bahkan belum pernah ditemuinya di dunia nyata. Kakek yang hanya dia kenal dari sebuah foto lama yang kusam dalam sebuah liontin wasiat neneknya. Kakek itu bernama Kakek Anom. Kakek Anom yang justru jadi akrab di hatinya, melalui kisah haru birunya yang diceritakan kembali kakek mertuanya, kakek kandung dari istrinya, Darmanto. Inilah kisah hidup Wisnu yang sungguh luar biasa. Kebetulan dan lua
"Kerja keras itu tidak akan menyakitkan. Hanya capek yang bisa sembuh. Bermalas-malasan dan tanpa tujuanlah yang menyebabkan kita sakit permanen." by Hendra. "Hmm masak sih, temanmu sampai kena tipu kayak gitu, Sin? Kasihan banget ya. Eh ... trus si cowok kaya, sombong, tengil hmm ... maksudku si Kelvin, your forever admirer itu, gimana kabarnya? Sepertinya sumber beritamu akurat deh, Sayang?" tanya Wisnu kepada istri tersayangnya. "Banget! Si Dina kan pengamat sosmed banget. Mama sosialita dia, Mas. Lagian juga kan lakinya jadi polisi pangkat tinggi. Jadi mungkin dia dapat informasi tertentu, khusus dan rahasia yang orang biasa mungkin ga bisa akses." Sinta senyum-senyum sambil makan kwaci. Dia santai saja hari ini, karena anak-anak lagi ikut jalan-jalan sama kakek neneknya ke kebun raya Bogor. "Trus kalo Kelvin gimana?" des
"Khilaf itu biasa dan bisa dialami manusia, itu manusiawi, dan selalu ada jalan kembali memperbaikinya."by Wisnu. "Wah, lagi-lagi kamu menang, lho Didi sahabatku. Karena kamu sudah punya anak kedua, saat anak pertama usia 7 tahun. Sedangkan aku si kembar sudah usia 8 mau 9 tahun baru hamil 6 bulan hehe." Sinta merasa kalah dalam hal ini. Tak apalah. "Ah, kita dari dulu lucu bin unik bin norak ya, saingan eh soal anak hehe. Asyik tapi memang haha. Eh gimana kehamilanmu, Sinta? Lebih santai atau lebih payah dari dulu? Atau sama aja? Ga ada beda yang berarti gitu?" Didi melontarkan tanya yang lengkap dan detil euy. "Hehe biar hidup lebih hidup, Nek. Kehamilanku lebih santai, Di. Enak dan ga serewel dulu. Lebih santuy istilah sekarang. Ga ada juga drama-drama suami dan papaku jadi buciner sejati kaya kehamilan pertama dulu haha.
"Bertemu teman lama seperti bertemu keluarga sendiri. Bertemu keluarga sendiri bahkan seperti bertemu kekasih jiwa sendiri. Seperti itulah kedekatan hati." by Wisnu "Kakek Darmanto sakit? Sakit apa Kek? Ini ada Wisnu datang. Pasti sakit kangen sama aku ya, Kek? Eh kegeeran aku hehe." "Iya Wisnu, kamu jarang kesini sih, jadinya kakek kesepian ga ada teman berhaha hihi. Tidak ada yang menghalau gabut kan jadinya." Kakek jadinya curhat. "Nah, Kakek makanya sering-sering nginep di rumah Wisnu dong. Kan dekat aja, Kek. Lagian Allen Allan juga pasti kangen kakek buyutnya."Ada sebulir bening mengintip di pojokan mata Wisnu, yang dihalaunya secepat mungkin sebelum ketahuan kakek. "Iya, nanti kakek nginep deh, kayak butuh banget gitu yak kamu. Ehm kalau lama boleh nggak?" Kakek yang tadi wajahnya pucat sekarang sudah agak memerah. Dia
"Cinta dan cinta, menjadi cerita berjuta-juta. Indahnya meraga sukma, perihnya tak mungkin terhindar." by Wisnu. "Gimana kabar Rara Riri, Bu? Ibu bapak sehat aja kan?" Wisnu bertanya penuh perhatian. "Rara Riri lagi sibuk kuliah aja, Nu. Juga persiapan, katanya mau kuliah kerja nyata semester depan. Ibu sih sehat saja, stabil. Bapakmu nih, jadi rada aneh." Ibu Sri jadi curhat ke anak sulungnya, mumpung si bapak lagi sibuk di kebun. "Aneh bagaimana, Buk? Bapak itu unik kali, Bu. Bukan aneh hehehe." Wisnu berusaha memperbaiki citra bapak idolanya. "Hehe iya memang unik bapakmu. Tapi bukan itu maksud ibu, Nak. Bapakmu itu kadang kalau soal makanan, bebas aja, loss gitu, Nu. Makanan nggak mau dibatasi, makan hanya makanan apa yang disukainya. Bapakmu nggak ingat umur. Umur sepuh k
"Cinta adalah sumber kekuatan mahadahsyat yang bisa menggerakkan sekaligus mematikan langkah manusia." by Wisnu (3 TAHUN KEMUDIAN) Waktu terus berlalu berkejaran menurut sang empunya hidup mengaturnya. Tak ada yang bisa mencegah berlalunya waktu, pun mempercepatnya agar lebih laju mengejar keinginan diri. Tak terasa kini Allan dan Allen sudah berusia 8 tahun dan tampaknya baru akan dikarunia adik lagi dengan berita kehamilan Sinta yang membuat semua keluarga Wiguna bersuka cita. Banyak perubahan terjadi pada hidup keluarga kecil Wisnu. Kini mereka mempersiapkan akan mempunyai anggota keluarga ke-5, dan dia akan hadir 3 bulan lagi. 6 bulan sudah usia kehamilan Sinta, dan berdasar pemeriksaan usg tampaknya adik Allan dan Allen adalah perempuan. Yeah Alhamdulillah. Betapa bahagianya Sinta karena kini dia akan mempunyai putri, y
"Mata dibalas mata, gigi dibalas dengan gigi. Apa yang diperbuat itulah yang akan dituai." by Wisnu. "Makanya inilah hukuman buat mereka, Wisnu. Ada pepatah siapa yang menanam dia yang menuai juga. Kamu juga selama ini menanam kebaikan, kerja keras, ketekunan, maka dapatlah kejayaan dan kepercayaan." Kakek menepuk pundak Wisnu dengan bangga. Beliau menjabarkan semua ini dengan bijaksana. Wisnu menunduk penuh haru. "Iyakah, Kek. Wisnu berhak atas semua kekayaan kakek Anom yang luar biasa ini? Wisnu mikir ya, Kek, untungnya punya tubuh sehat dan jantung kuat. Andai tidak, sudah pingsan dari kemarin, Kek. Ga kuat menerima kenyataan. Allah sungguh Maha Besar menunjukkan kuasanya!" Mata Wisnu membasah, dari kemarin rasa bahagia, haru, tak percaya, linglung, masih terus memenuhi pikiran dan perasaannya. "K
"Jalan hidup manusia bisa berubah sangat luar biasa, dihubungkan dengan satu demi satu kepingan puzzle acak yang sangat rumit. Semua mungkin saja terjadi atas izin-Nya." by Darmanto. "Waw, romantis juga nenekmu. Boleh kakek melihat fotonya?" "Tentu saja boleh, Kek." Wisnu lalu membukakan liontin itu, dan menyerahkannya ke kakek Darmanto. Kakek Darmanto terkejut, dia merasa seperti mengenal lelaki dalam foto itu. Tapi ragu karena sudah agak buram. "Kamu sudah bisa menemukan lelaki ini, Wis? Apa dia kakekmu?" Kakek makin penasaran. Hatinya merasa tergetar. "Belum, Kek. Wisnu sudah cari selama tiga tahun, karena surat nenek juga baru ketemu. Sepertinya pria ini sudah meninggal. Wisnu tak tega mau bicara sama ibukku, bahwa bapak yang tak pernah menemuinya dalam hidup itu sudah tiada."Wisnu mengusap buli