Ponsel Pedro berdering dan ternyata Dimas yang kembali menghubungi nya kalau akun sosial medianya Jenni dihujat warganet.Niat Jenni untuk meminta bantuan warganet agar memojokkan Kevin justru dialah yang kini menjadi bulan-bulanan pengguna sosial media.Banyak caci maki dilayangkan untuknya dan dianggap adik ipar paling jahat sedunia.Bahkan bisa dibayangkan mental Jenni tidak akan baik-baik saja bila sudah mengetahuinya.Ponselnya disilent sehingga kedua orang tuanya tak bisa menghubungi Jenni untuk memberi kabar ini. Beritanya sudah Viral dan Jenni sudah berhasil menjadi wanita berhati iblis yang paling jahat di dunia ini.“Ayo ngebut, aku ingin segera sampai di rumah!” serunya tegas.“Gimana saya mau ngebut non sedangkan kondisi jalanan sedang ramai,” jawab Pedro.Padahal lelaki itu memiliki skil mengemudi seperti pembalap, dan kemampuannya sangat imbang dengan Kevin.Namun jangan harap dia mau melakukannya untuk wanita jahat ini. Buah jatuh memang tak jauh dari pohonnya, dan se
“Ide yang bagus Om, Saya akan mendukung Om sepenuhnya.”Pria muda itu sudah tak sabar bisa memiliki Zara dan menjadikan Zara sebagai istrinya.Dia sangat tergila-gila dan terobsesi pada sang artis.Apapun akan Irfan lakukan guna bisa merebut Zara dari Kevin.“Terima kasih nak Irfan, Om akan segera mengatur semuanya,” jawab Galen Johanes.Dia sudah tak sabar menyingkirkan Kevin dari muka bumi ini. Terlebih sang menantu miskin menjadi penghalangnya untuk mendapat suntikan dana dari sang pengusaha muda.“Baiklah Om, nanti kita bicarakan lebih lanjut ya. Saya pamit dulu dan semoga Jenni cepat pulih.”Mendengar ketulusan Irfan tentu membuat Galen semakin yakin untuk memberikan anak sulungnya pada Irfan.Sementara itu Zara dibuat terkejut saat awak media mewawancarainya terkait kejadian di lantai 10.Kevin pun menjelaskan duduk persoalannya tak lupa mengirimkan rekaman video dan CCTV di butik itu ke ponsel Zara.Tujuan Kevin sudah pasti agar Zara tak termakan fitnah dari keluarganya.Zara t
“Disaat perusahaan sedang membutuhkan uang kau tega hambur-hamburkan uang untuk beli mobil?”Mobil yang Kevin janjikan kemarin sudah terparkir di basement rumah mewah itu.Sontak hal tersebut membuat Galen meradang dan menuduh Zara menyembunyikan penghasilannya.Zara yang hendak ikut sarapan mendadak rasa laparnya hilang. Sedangkan Kevin sibuk di dapur membantu pelayan di rumah itu.“Kevin yang membelikannya Pa,” jawab Zara jujur.Galen dan istrinya tertawa penuh ejekan, sang anak tak tanggung-tanggung meninggikan status gembel itu.“Dan kau mau Papa mempercayainya?” Zara mengesah pelan. Percuma kalau bicara soal kebenaran dengan keluarganya.“Kau lihat itu penampilan lelaki pilihan kakekmu, persis seperti gembel. Bahkan baju yang dia pakai seperti kain pel.”Sehari saja pria itu tak pernah tak menghina Kevin, beruntung Kevin tak mau melayaninya.“Jual mobil itu dan berikan uangnya pada Papa,” sambungnya lagi.“Apa semua penghasilan Zara tak juga bisa mengatasi keuangan perusahaan Pa
“Sial kantor mengalami kerugian lagi!” Galen melempar berkas keuangan perusahaannya. Tidak mungkin dirinya minta Zara untuk memberinya uang lagi.Sedang 70% gajinya sudah disetor ke rekening perusahaan oleh manajer sang anak.“Kapan masalah ini akan berakhir?”Pria paruh baya itu berbicara pada diri sendiri. Dia tak mengerti semenjak perusahaan ini beralih ke tangannya keuangan perusahaan merosot tajam dan nyaris bangkrut.“Aku harus ke kantornya Nak Irfan. Ini tak bisa dibiarkan begitu saja.”Setelah menemukan solusi terbaik, Galen menitipkan perusahaan pada sekretarisnya.Dulu karyawan perusahaan ini sangat banyak, tapi sejak satu tahun belakangan banyak yang harus diberhentikan karena biaya operasional yang tak sesuai dengan omzet perusahaan.Galen mengendarai mobil lama sang anak sulung. Dia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.Benaknya terus berpikir bagaimana cara mendapatkan uang, sedangkan sertifikat rumah pun sudah digadaikan untuk menutupi pengeluaran di kantor.Kalau s
“Oh ini, tangan kanan Bosku,” ucap Kevin.Zara menatap Dimas yang penampilannya sangat jauh berbeda dari suaminya sendiri.Meskipun soal wajah tampan Kevin pemenangnya, bahkan dengan Pedro saja Kevin masih kelihatan lebih dekil.“Saya Dimas, tangan kanan atasan saya,” ucap Dimas.Pria itu mengulurkan tangan pada Zara yang dibalas juga oleh sang artis.Mata Kevin melotot memberi peringatan tajam melalui sorot matanya hingga membuat Dimas menarik cepat tangannya dari Zara.“Kau baik-baik saja kan?” tanya Kevin.Zara menghela nafas panjang lalu menjawab, “iya aku baik-baik saja.”Tempat ini benar-benar sepi membuat Zara ketakutan. “Untung kau segera datang. Terima kasih ya,” ucapnya tulus.“Aku membayar Pedro untuk menemani dan melindungimu kalau aku tidak bersamamu. Aku akan memarahinya nanti.”Kevin benar-benar kesal pada anak buahnya.“Jangan salahin Pedro, aku yang memaksanya karena Mama menangis.”Zara tak mau Pedro kena getah atas hari ini, entah kenapa pikiran Kevin dan Dimas sam
“Jangan turun,” cegah zara dengan air mata berlinang.“Semua akan baik-baik saja,” ucap Kevin memberi keyakinan.Kevin pun segera turun dari dalam mobil dan perkelahian itu tak bisa dihindari.Beberapa kali kevin kena hantam dan pukul di perut dan wajahnya, tapi pria itu masih tegak berdiri.Zara sudah menangis histeris, belum sempat zara menghubungi Pedro dia sudah melihat Pedro datang bersama Dimas dan empat orang lainnya.Zara menjadi sedikit lebih lega. Dia pikir hal semacam ini hanya ada di film action. Nyatanya sekarang di depan mata dia menyaksikan Kevin hampir dihajar delapan pria sekaligus.Bugh BughKevin berhasil melumpuhkan pimpinan preman itu bersamaan dengan polisi datang. Kedelapan pria itu sudah terkapar bersimbah darah, bahkan ada yang mengalami patah tulang.Sekarang Zara percaya kenapa suaminya dibayar mahal sebagai pengawal dan bisa memberikannya barang-barang mewah.Ternyata Kevin sangat hebat bertarung. Dari dalam mobil Zara melihat Pedro dan Dimas berbincang s
"Jadi bagaimana Om dengan rencana usul dari saya, apa Om setuju?" tanya Irfan pada Galen Johanes.Dua hari berikutnya sejak gagal menghabisi Kevin berakhir dengan semua preman bayaran itu mendekam di balik jeruji besi Irfan gencar memberi ide pada Galen.Hal ini karena Irvan mengetahui identitas asli Kevin yang merupakan putra mahkota Adamson.Tapi sampai matipun Irfan tak akan pernah menceritakan kebenaran ini pada galen atau siapapun.Dia akan bungkam seumur hidup, karena bila Galen tahu harta kekayaan Irfan tak ada apa-apanya dibanding keluarga Adamson, maka bisa saja pria paruh baya ini berubah pikiran.Sedangkan Irfan ingin memiliki Zara seutuhnya. Dia terobsesi pada wanita itu sejak sang artis namanya mulai melejit.“Sebenarnya kalau Om sih setuju saja bila kita merubah rencana ini, dan kebetulan momennya pas saat hari ulang tahun Om.”Galen memperbaiki posisi duduknya, “hanya saja apa mungkin rencana ini akan berakhir dengan kemenangan kita?”Para pembunuh bayaran saja tak mamp
Setelah Galen dan Irfan pergi Zara dan Kevin melanjutkan kegiatan makannya.Zara melirik sekilas ke arah sang suami dan dia melihat wajah suaminya masih ditekuk menahan kesal.“Sudahlah jangan diambil hati. Tahu sendiri Papa kerjanya memang seperti ini.”Kevin yang tadi hendak memasukan makanan ke dalam mulutnya mengurungkan niatnya tersebut.“Kau lihat sendiri Papamu sangat terobsesi untuk punya menantu orang kaya.”Zara mengerti kekesalan yang dirasakan oleh Kevin, tapi dirinya juga tak bisa begitu saja membenci atau berontak pada sang papa.“Yang penting kan bukan aku yang ingin. Semakin diladeni Irfan akan semakin senang membuatmu marah. Jadi abaikan saja.”Dihina karena tak mampu membeli makanan mahal mungkin tak sebanding dengan saat dia mendengar sang mertua angkat ingin menikahkan Zara dengan pria lain.“Terima kasih kau memilih bertahan denganku,” ucap Kevin.Zara menghela nafas panjang, “semua karena aku menghormati kakek.”Meski sakit karena Kevin merasa cintanya bertepuk s
Sore yang mendung, tak menyurutkan semangat Kevin dalam meresmikan pembukaan anak cabang Adamson Corporation sesuai rencana. Tak ada yang tahu, termasuk tamu undangan yang nanti akan hadir di sana, bahwa perusahaan ini sudah disiapkan oleh Kevin sebagai kejutan untuk sang asisten terbaiknya, Dimas. Dalam kesempatan istimewa ini, Dimas datang bersama istri tercinta, ibu mertuanya yang begitu penyayang, serta bibinya yang selalu dianggap seperti ibu kandung sendiri. Sementara itu, Kevin datang bersama sang istri, dua buah hatinya yang merupakan anak kembar berusia tiga tahun, serta ayah mertuanya yang nampak semakin sehat dan bugar. Anak-anak kembar tersebut menjadi pusat perhatian. Betapa adil Tuhan, wajah gadis kecil itu persis seperti Kevin, sedangkan bocah lelakinya menyerupai wajah sang istri. Sebuah keluarga yang harmonis, mencerminkan cinta yang tulus di antara mereka. Seperti biasa, Kevin diminta untuk memberikan sambutan sebagai pimpinan perusahaan. Dalam sorotan cahaya s
Tiga bulan berikutnya, Kevin sedang berbincang serius dengan istri tercintanya mengenai rencana masa depan Dimas dan Dinda. "Sayang, ada hal penting yang ingin aku bicarakan," ucap Kevin pada sang istri, membuatnya penasaran. "Apa itu, Sayang? Kok sepertinya sangat penting?" tanya sang istri dengan wajah penasaran, menambah kegugupan dalam ruangan. Kevin tersenyum, merasa bersyukur memiliki istri yang begitu mendukungnya. "Sebenarnya, ini bukan hanya penting, tapi juga menyangkut masa depan Dimas dan Dinda. Aku ingin meminta pendapat dari istriku tercinta karena apa yang aku miliki, juga menjadi milik istriku." Mendengar hal tersebut, istri Kevin tersenyum lembut dan mengecup pipi suaminya sebagai tanda cinta dan dukungan. "Apa yang ingin kamu bahas, Sayang?" Dengan nafas yang berat, Kevin mulai bercerita, "Aku berencana memberikan satu perusahaan kepada Dimas. Dia sudah bekerja sangat keras untuk kantor kita, dan aku ingin dia bersama Dinda maju serta memulai segalanya dari awal
Hari ini adalah hari terakhir Dinda dan Dimas untuk mengecap bulan madu, mereka sudah berkeliling ke berbagai tempat namun rasanya waktu itu masih kurang.Seperti pagi ini tidur mereka harus terenggut saat keduanya sudah merencanakan di hari sebelumnya untuk membeli oleh-oleh."Sayang, ayo bangun kita harus segera menuju ke tempat oleh-oleh jangan sampai nanti pulang malah tidak membawa apa-apa,“ ucap Dinda pada sang suami Dimas saat ini masih bersantai di atas ranjang setelah kelelahan selama beberapa hari ini menikmati indahnya sebagai pasangan suami istri.“Sebentar lagi Sayang aku ngantuk banget.” rasanya sangat sulit bagi Dimas untuk membuka mata dia lebih memilih untuk tetap terpejam dan berada di atas ranjang."Tapi kita harus segera pergi, Sayang. Jangan sampai kehabisan oleh-oleh," ucap Dinda dengan nada menggoda. Dinda mengeluarkan jurusnya agar sang suami mau segera bangun dari tidurnya, dirinya sudah menunggu cukup lama Namun pria ini tak juga membuka matanya hingga membua
Pesta pernikahan Dimas terus berlangsung hingga larut malam pemilihan tempat yang outdoor membuat suasana semakin Syahdu dan terkesan akrab. Semua karyawan Adamson corporation sengaja diundang oleh Dimas dan mereka tidak ada yang tidak datang Jujur semenjak ada Dinda, Dimas sudah tidak sekaku dulu lagi minimal orang kedua di kantor tempat mereka bekerja sudah lebih sering tersenyum ketimbang sebelumnya. Semakin malam pesta semakin larut hentakan musik di pinggir pantai memecah suasana malam itu mereka berpesta pora hingga akhirnya pesta pun berakhir. Setelah berbulan-bulan persiapan yang melelahkan, Dimas dan Dinda akhirnya menyelesaikan pesta pernikahan mereka dengan sukses. Dikelilingi oleh cahaya gemerlap lampu dan tumpukan karangan bunga, mereka berdua tampak kelelahan namun bahagia. Dalam pelukan satu sama lain, mereka menghela nafas lega, menikmati momen indah setelah perjalanan panjang menuju hari yang mereka nantikan. “Akhirnya semua ritual melelahkan kita berakhir,” uc
Pernikahan Dimas dan Dinda"Sayang, apa kau sudah siap?" tanya Kevin pada sang istri. Hari ini mereka akan menghadiri acara pernikahan Dimas dan Dinda, acara sakral yang dihadiri oleh keluarga besar kedua belah pihak. "Sebentar, Sayang. Dua menit lagi, tinggal memakai berlian saja kok," ucap sang istri, yang membuat Kevin tersenyum bahagia. Padahal, istrinya sudah diberikan waktu cukup lama untuk berdandan; bahkan Kevin sempat bermain bersama kedua anak kembarnya. Namun, begitu kembali, sang istri masih sibuk berkutik di depan meja rias. Sementara itu, istrinya ingin tampil sempurna agar tidak membuat sang suami malu. "Iya, sayang, berapapun waktu yang kau inginkan pasti akan kuberikan," ucap Kevin dengan lembut. Zara tertawa kecil, tak mengetahui apakah kalimat itu sarkasme atau benar-benar dari hati Kevin, sebab ia tahu suaminya telah menunggu cukup lama. "Sabar dong, Sayang. Sebentar lagi," ucap Zara dengan menggoda. Tak berselang lama, ia pun mendekati Kevin, ternyata sang
Kevin dan Dimas berdiri kokoh di tengah jalanan yang sepi dan mulai gelap, terasa begitu mencekam dan hening, matapun tertuju pada para preman bersenjata api. Jantung mereka berdegup semakin cepat; namun mereka tahu bahwa mereka harus bertindak gesit untuk melindungi diri sendiri serta orang-orang di sekitar. Keduanya lantas merancang strategi dengan mata fokus, tanpa sepatah kata pun terlontar, sekedar tatapan yang saling bercerita dan penuh tekad bersama. Siap menghadapi bahaya yang melayang di atas kepala mereka, mereka mempersiapkan segala yang dibutuhkan. Tak lama, preman-preman itu mulai mendekati dengan niat yang jelas. Kevin dan Dimas pun segera melancarkan aksi mereka. Keduanya mengandalkan keterampilan bertarung serta refleks yang telah mereka asah, bergerak dengan kecepatan yang mengejutkan para penjahat tersebut. Angin meniup lantang, suara bentrokan demi bentrokan memecah kesunyian, menjadikan malam itu satu episode yang tak akan pernah dilupakan oleh siapapun yang m
Malam itu, Kevin duduk di balkon kamarnya bersama istri tercinta, setelah berhasil menidurkan kedua anak kembarnya yang lucu. Rencana yang akan dibahas adalah mengenai persiapan pernikahan Dimas dan Dinda, keduanya yang telah lama diincar oleh hati Kevin untuk dipertemukan. Kebahagiaan Dimas adalah kebahagiaan bagi Kevin. Tidak hanya sebagai asisten pribadi yang sudah seperti keluarga, tetapi juga sahabat yang selalu setia menemani Kevin dalam suka duka. Diiringi malam yang tenang, ia menggenggam tangan istri dan berbicara dengan tulus dari lubuk hatinya. Kevin ingin meminta izin untuk memberikan biaya pernikahan untuk Dimas dan Dinda. Bagaimanapun, Dimas telah memberikan begitu banyak hal dalam hidup mereka dan tentunya Kevin sangat berharap sang istri tidak keberatan dengan keputusannya.Tentu saja tidak ada kebahagiaan yang lebih besar bagi Kevin selain melihat orang-orang di sekitarnya bahagia. Karena ia tahu betul bahwa Dinda telah mencuri hati Dimas sejak pertama kali bertemu
Satu Tahun kemudianHubungan Dimas dan Dinda semakin menemukan titik kebahagiaan mereka benar-benar tak menyangka akhirnya bisa sampai di titik ini. Malam ini Dimas mengajak Dinda untuk makan malam bersama. Jujur ada desir hangat mengalir dalam darah dinda."Dinda, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu,” ucap Dimas gugup. Demi apapun Dimas tak pernah sebelumnya merasa segugup ini."Apa itu, Dimas? Jangan membuatku gugugp deh,” jawab Dinada penuh rasa penasaran Dinda berharap Dimas menyatakan cinta padanya, sudah sejak lama Dinda menunggu ungkapan cinta dari lelaki yang terkenal dingin ini namun tak kunjung terjadi juga.“Hmmmm,” Dimas berdehem gugup. "Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpamu. Kamu membuat setiap hari menjadi lebih cerah dan berarti bagiku. Aku mencintaimu, Dinda, dengan segenap hatiku."Dinta membelalak mendengar ungkapan cinta dari pria kutub utara ini. Benarkah ini? Atau aku hanya bermimpi? ... Aku juga mencintaimu. Kamu adalah sumber kebahagiaanku,” sayangny
Sementara itu di sebuah restoran mewah Kevin sengaja meminta istrinya untuk datang ke restoran hari ini.Dia mengajak sang istri untuk makan siang bersama, senyum mengembang di bibirnya ketika melihat wanita yang ia cintai sudah tiba di hadapannya.“Wah, kau cantik sekali, Sayang," ucap Kevin dengan nada rayuan, memandangi sang istri yang berdandan cantik. Wanita itu mencebik, merasa gusar dengan cara suaminya memujinya. "Memangnya selama ini aku tidak cantik, Sayang?" tanya sang istri, menegaskan kalimatnya. Kevin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, tersenyum geli. "Tentu saja cantik. Tidak ada yang bisa mengalahkan kecantikan istriku," jawabnya dengan hati-hati. "Ayo sayang, kita makan siang dulu. Aku sudah pesan makanan kesukaanmu," ajaknya seraya menunjuk hidangan yang sudah tersaji di atas meja makan. Kevin menggenggam tangan sang istri, tatapannya lembut dan sayang. "Sesekali kita perlu menghabiskan waktu berdua saja, Sayang. Semoga di waktu yang akan datang, kita bisa leb