Begitu mendengar ucapan Stalham, ekspresi marah tampak jelas di pihak orang-orang Sekolah Bela Diri Wakanda."Pak Wakanda, jangan turuti permintaannya!""Jangan turuti permintaannya!"Mereka sangat takut Wakanda menuruti permintaan Stalham."Hehe, sekarang kepala sekolah kalian sudah di bawah pijakan Stalham, nggak lebih dari seekor anjing mati. Apa mungkin dia masih punya pilihan untuk nggak menuruti permintaan Stalham?!""Haha! Orang Negara Nusantara nggak lebih dari sampah! Dalam situasi seperti ini, masih saja nggak mengaku kalah!"Orang-orang asing di pihak Stalham kembali melontarkan kata-kata sindiran.Sementara itu, orang-orang Sekolah Bela Diri Wakanda memelototi mereka dengan marah.Namun, saat ini Wakanda berada di bawah pijakan Stalham. Hanya dengan Stalham mengerahkan sedikit kekuatan saja, Wakanda akan kehilangan nyawanya. Karena itulah, mereka tidak berani bertindak gegabah.Dadanya dipihak oleh kaki besar Stalham seperti itu membuat Wakanda benar-benar kesakitan. Wajahn
"Ternyata kamu orangnya."Stalham mengamati Ardika dari ujung kepala hingga ke ujung kaki sejenak, lalu tertawa dingin dan berkata, "Kebetulan sekali kamu datang kemari. Dixon memintaku datang untuk menantang ahli bela diri Kota Banyuli, juga sekalian untuk memberimu pelajaran."Ardika mengamati sekeliling tempat itu. Dia tidak melihat keberadaan Airin, juga tidak menemukan Levando dan Tanmos. Hal itu membuatnya mengerutkan keningnya.Dia menganggukkan kepalanya, lalu melirik semua orang asing yang berada di tempat itu termasuk Stalham. "Oke, kalau begitu cepat sedikit. Kalian maju saja pada saat bersamaan. Setelah menyingkirkan kalian, aku masih harus pergi mencari dua orang lagi."Begitu mendengar ucapan Ardika, ekspresi Stalham langsung berubah menjadi sangat muram.Dia sendiri sudah cukup arogan, tetapi ternyata masih ada orang yang lebih arogan dibandingkannya.Bisa-bisanya Ardika meminta mereka untuk menyerang pada saat bersamaan!Orang-orang asing yang berada di sekelilingnya ju
"Nggak, ini nggak mungkin! Bagaimana mungkin Stalham kalah?! Aku nggak percaya! Ahhh!""Atas dasar apa bocah Negara Nusantara sialan itu bisa mengalahkan Stalham?! Nggak mungkin! Ini benar-benar nggak memungkinkan!"Setelah terdiam cukup lama, beberapa orang asing itu mulai berteriak seperti orang gila. Ekspresi tidak percaya tampak jelas di wajah mereka.Mereka tidak bisa menerima kenyataan ini.Sementara itu, orang-orang Sekolah Bela Diri Wakanda sudah mulai bersorak dengan gembira.Bahkan, murid-murid yang sebelumnya memendam kebencian yang mendalam terhadap Ardika, saat ini sudah menganggap Ardika sebagai pahlawan."Uhuk ... uhuk ...."Stalham berusaha keras untuk bangkit.Namun, saat itu juga sebuah kaki besar tiba-tiba mendarat tepat di atas dadanya, sehingga dia kembali tergeletak.Ardika menginjak Stalham, lalu menatapnya dan berkata dengan acuh tak acuh, "Mengalahkanmu sama sekali nggak sulit. Kamu benar-benar membuatku sangat kecewa.""Sebagai bentuk kompensasi untukku, aku m
"Tentu saja aku bisa masuk dengan mengalahkannya."Ardika langsung berjalan menghampiri mereka berdua tanpa ekspresi, dia tidak ingin beromong kosong lagi dengan dua orang itu.Begitu mendengar ucapan Ardika, dua orang itu makin ketakutan.Tadi mereka menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana Stalham membantai dan menyiksa Wakanda. Kalau Ardika benar-benar bisa mengalahkan Stalham, sekuat apa pria itu?Menyadari Ardika hendak menyerang mereka, Levando berteriak dengan marah, "Berdiri di sana! Jangan bergerak! Airin masih berada di tangan kami!"Saat ini, Airin berada di belakang kedua orang itu dalam jarak kurang dari satu meter.Namun, kalau hanya karena jarak itu, mereka sudah bisa menundukkan Ardika, maka sia-sia saja Ardika menyandang gelar Dewa Perang selama ini.Tidak ada gejolak emosi di wajahnya. Dia melangkah menghampiri Levando dengan cepat dan langsung menarik lengan pria itu."Krak ...."Dengan iringan suara patah tulang, Levando berteriak dengan menyedihkan.
"Dilahirkan sebagai manusia, malah nggak berperilaku manusiawi. Kalau begitu, jangan harap mereka bisa menjalani kehidupan layaknya manusia lagi seumur hidup mereka."Melihat dua orang yang sudah tergeletak tak sadarkan diri itu, Ardika melontarkan beberapa kata itu dengan dingin, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Sigit. "Di sini ada kasus, kemarilah dan tangani kasus ini."Tak lama kemudian, Sigit membawa anggota kepolisian ke lokasi.Mereka melakukan penangkapan terhadap Levando dan Tanmos terlebih dahulu. Namun, karena kedua orang itu sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri, mereka harus diantar ke rumah sakit terlebih dahulu."Airin, kamu ikut mereka pergi untuk memberi kesaksian dulu."Ardika menepuk-nepuk pundak Airin. Setelah wanita itu pergi mengikuti anggota kepolisian yang bersangkutan, Ardika baru berpesan beberapa patah kata kepada Sigit."Tuan Ardika, aku sudah tahu apa yang harus kulakukan."Begitu mereka berjalan keluar, mereka melihat Stalham dan yang lainny
Sebelum memberikan dana investasi, mereka harus mengetahui proyek yang mereka investasikan terlebih dahulu, bukan?Sekarang pihak Dixon malah sama sekali tidak menunjukkan dokumen proyek atau dokumen apa pun kepada mereka.Sebaliknya, Virgoun yang telah mempersiapkan kontrak dan menunjukkan sikap seolah-olah sudah tidak sabar ingin Dixon segera menandatangani kontrak.Kebanyakan karyawan perusahaan sudah merasakan ada yang aneh.Seorang karyawan dari departemen yang bertanggung jawab dalam investasi bertanya, "Tunggu, Pak Virgoun! Kerja sama sepenting ini, apa Pak Ardika sudah mengetahuinya?!"Sebenarnya, karyawan itu bukan menghormati Ardika, melainkan takut Virgoun bertindak sembarangan. Kalau sampai tertimpa masalah, mereka semua yang berada di dalam ruangan juga akan ikut terseret dalam masalah.Virgoun adalah orang yang paling mementingkan wibawanya. Begitu melihat ada karyawan yang meragukan keputusannya, dia langsung menunjukkan ekspresi tidak senang.Dia mendengus, tetapi dia b
"Oh? Bahkan Airin masuk ke mulut buaya saja, Pak Virgoun mengetahuinya dengan sangat jelas. Sepertinya hal yang kamu ketahui cukup banyak, ya."Ardika melirik Virgoun sambil tersenyum tipis, sampai-sampai membuat tubuh Virgoun gemetar sejenak.Tidak tahu mengapa, dia seolah-olah merasa telah terjadi sesuatu yang tak terduga.Tak lama kemudian, Virgoun menenangkan dirinya. Dia hanya mendengus dingin, lalu tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi.Lagi pula, kedua belah pihak telah terlibat dalam konflik yang sengit. Jadi, dia juga tidak takut Ardika tahu apa yang telah dilakukannya tanpa sepengetahuan Ardika."Jelas-jelas aku berbicara jujur, tapi kalian malah nggak memercayaiku. Sepertinya kalian harus melihat dengan mata kepala kalian sendiri baru bisa percaya."Ardika menggelengkan kepalanya, lalu mengeluarkan ponselnya dan menyodorkannya kepada Denada. "Denada, putar dulu video dalam ponselku ini."Denada langsung memelototi Ardika, dia berkata dengan arogan, "Apa-apaan ini? Memangny
Sambil berbicara, Virgoun mengambil sebuah pena, lalu menyodorkannya ke hadapan Ardika, seakan-akan mengisyaratkan Ardika untuk menandatangani tumpukan kontrak itu.Ardika meliriknya, lalu berkata tanpa sungkan, "Sebenarnya kamu yang menjabat sebagai manajer umum, atau aku yang merupakan manajer umum perusahaan ini?"Karena memang sudah terlibat dalam konflik yang sengit dengan Ardika, Virgoun juga tidak berpura-pura lagi."Tentu saja Pak Ardika adalah manajer umum perusahaan kita. Kalau nggak, bagaimana mungkin aku memintamu untuk tanda tangan?"Selesai berbicara, dia duduk kembali ke kursinya, menyilangkan kakinya dan mengetuk-ngetuk meja dengan ujung sepatunya. Kemudian, dia tersenyum tipis dan berkata, "Tapi, omong-omong, bagaimana pertimbanganmu mengenai penggelapan uang yang melibatkan Airin?""Lapor polisi sehingga kasus ini menjadi besar, atau kita selesaikan saja secara 'kekeluargaan'?"Ardika langsung duduk dan menyilangkan kakinya, lalu menatap Virgoun dan berkata, "Kulihat