Saat ini, Hafa masih belum tahu Gijran sudah memutuskan untuk menyingkirkannya.Dia masih ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk memperbaiki citranya di hadapan Jace, mencoba untuk menyenangkan hati Jace.Namun, penglihatan penipu seperti ini lebih tajam dibandingkan orang biasa. Hanya dengan melihat sedikit petunjuk saja, dia sudah bisa menebak kali ini Ardika pergi ke ibu kota provinsi untuk mengunjungi siapa.Jace mengangguk dan berkata, "Pak Hafa benar juga. Ardika, karena Pak Hafa sudah berbicara demikian, pilihlah dua macam herba, nanti aku akan membayar Pak Hafa.""Yah, herba-herba ini memang digunakan untuk mengobati dan menyembuhkan orang, nggak pantas membicarakan tentang uang. Lagi pula, herba-herba ini juga nggak seberapa. Ardika, pilih dan ambil saja sendiri!" kata Hafa sambil tersenyum.Walaupun dia hanyalah seorang penipu, tetapi selama bertahun-tahun ini, dia sudah menjelajahi banyak tempat, melakukan aksi penipuan. Kekayaan yang dikumpulnya juga tidak sedikit.Ardika
Limdo mengangguk dan berkata, "Aku mengerti!"Tak lama setelah dua orang ini berhenti mengobrol, Gijran sudah kembali. Saat ini, kereta juga sudah tiba di Stasiun Westin Ibu Kota Provinsi.Jace mengerutkan keningnya dan bertanya, "Gijran, di mana Pak Hafa?""Paman, Pak Hafa tiba-tiba ada seorang pasien darurat yang membutuhkan penanganannya, jadi dia pergi terlebih dulu."Sambil tersenyum, Gijran berkata, "Paman, nanti aku akan menghubungi lebih banyak dokter terkenal lagi, Kasandra pasti akan sembuh."Dia tidak memberi tahu Hafa, Jace dan dua orang lainnya sudah dia usir."Baiklah kalau begitu."Jace mengangguk. Sebenarnya, melalui kejadian sebelumnya, dia juga sudah mendapati Hafa itu tampaknya kurang bisa diandalkan.Namun, sebelumnya dia sudah pernah menyelidiki orang tersebut. Sosok yang disebut-sebut sebagai dokter genius itu, disambut baik oleh kalangan orang-orang kaya dan berkuasa di ibu kota provinsi. Karena itulah, Jace juga tidak ingin memusuhi orang tersebut. Bagaimanapun
"Aku masih sedang memikirkan bagaimana caranya membawa benda ini keluar dari stasiun, sekarang biarkan saja bocah itu membantuku."Abbil tertawa dengan dingin.Hafa bertanya dengan penasaran, "Bagaimana rencanamu melakukannya?""Lihat saja!"Abbil terkekeh. Kemudian, dia diam-diam mengeluarkan senjata api tersebut dan menyembunyikannya di lengan bajunya, lalu berjalan menuju ke arah tempat duduk Ardika.Tempat duduk ekonomi terbaik terdiri dari dua tempat duduk satu baris. Sebelumnya, pacar Abbil tidak berani tetap duduk berdampingan dengan Ardika, itulah sebabnya tempat duduk itu kosong. Ardika meletakkan bungkusan obat itu dengan santai di tempat duduk yang dekat dengan lorong.Ardika sedang memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak, dia tidak terburu-buru berdiri di area antar gerbong untuk menunggu turun kereta."Plak ...."Tepat pada saat ini, dia merasakan bungkusan herba yang diletakkannya di tempat duduk di sampingnya tiba-tiba terjatuh ke lantai. Begitu dia membuka matanya
Pintu pemeriksaan ini dilengkapi dengan sistem yang paling canggih dan terbaru. Makin tinggi level bahaya yang terdeteksi, maka alarm bahaya akan berbunyi dengan makin keras.Saat ini, alarm bahaya berbunyi dengan sangat keras. Orang-orang di sekeliling tempat itu pun terkejut. Dalam sekejap, terjadilah keributan berskala kecil.Sementara itu, petugas keamanan yang berada di sekitar tempat tersebut juga makin waspada.Sambil memanggil petugas keamanan yang berada di sekitar tempat tersebut dengan protofon, petugas keamanan tersebut pun mendekat.Makin lama, bunyi alarm bahaya makin menusuk indra pendengaran. Ardika dan yang lainnya langsung menjadi pusat perhatian semua orang yang berada di tempat tersebut."Jangan bergerak!""Letakkan semua barang bawaan kalian! Semuanya, angkat kedua tangan kalian perlahan-lahan!"Tanpa butuh waktu lama, anggota kepolisian bersenjata lengkap bergegas ke lokasi, membidik Ardika dan beberapa orang lainnya dengan senjata api."Plak!"Ardika langsung mel
"Angkat kedua tanganmu tinggi-tinggi melewati kepalamu, jangan melakukan pergerakan lainnya!"Ketua kelompok anggota kepolisian itu berteriak ke arah Ardika.Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Maaf, aku pernah bergabung dengan militer. Aku nggak bisa melakukan gerakan menyerah seperti itu."Pernah bergabung dengan militer?Saat ini, di mata orang banyak, tingkat bahayanya Ardika langsung meningkat beberapa level."Kalau begitu, apa yang kamu sembunyikan di tubuhmu? Cepat keluarkan!"Ketua itu kembali berteriak.Ardika menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku nggak menyembunyikan apa pun ....""Nggak mungkin! Kalau kamu nggak menyembunyikan sesuatu, bagaimana mungkin alarm bahaya berbunyi tanpa sebab?!"Ketua itu berkata dengan nada bicara tajam, "Kamu berinisiatif menyerahkannya, atau berhasil kami temukan setelah kami menahanmu dan menggeledahmu, sifatnya berbeda. Kalau kamu berinisiatif menyerahkannya sendiri, hukuman yang kamu terima bisa jauh lebih ringan. Pikirkan baik-baik!"
"Desak dia untuk mengeluarkan benda terlarang di tubuhnya sekali lagi! Kalau dia masih nggak menyerahkannya juga, lakukan penggeledahan secara paksa!"Wiandro mengeluarkan instruksi dengan suara dalam.Ketua itu berbalik, berjalan menghampiri Ardika. Berdiri berhadapan dengan Ardika, dia berkata, "Pak Wiandro, wakil ketua kantor polisi ibu kota provinsi sudah tiba, aku harap kamu bisa memikirkan konsekuensinya dengan jelas! Sekarang kami tekankan sekali lagi, serahkan benda terlarang di tubuhmu!""Nggak ada benda terlarang di tubuhku."Ardika mengucapkan satu kalimat itu dengan acuh tak acuh. Sepanjang proses ini berlangsung, ekspresinya tampak sangat tenang.Pemandangan itu membuat Wiandro meliriknya dengan sorot mata agak terkejut. Bagaimanapun juga, bisa bersikap setenang ini, hanya sifat tenangnya ini saja jarang ditemukan di antara pemuda-pemuda seumurannya."Minta rekan-rekan tim anti bom untuk melakukan penggeledahan! Ingat, berhati-hatilah!"Wiandro mengeluarkan instruksi denga
"Tu ... Tuan, ada begitu banyak pecahan peluru meriam dalam tubuhmu, mengapa nggak dikeluarkan?"Wiandro benar-benar tercengang setelah menyaksikan hasil memindai itu. Setelah waktu berlalu cukup lama, dia baru tersadar kembali perlahan-lahan. Namun, dia masih tergagap saat berbicara.Di dalam tubuh atasannya lamanya saat dia berada di tim tempur, juga tersangkut dua pecahan peluru meriam. Saat mulai lanjut usia, hidup atasannya itu sangat sengsara, terutama saat cuaca dingin dan hujan. Rasa sakit yang dirasakannya sangatlah luar biasa.Namun, pecahan peluru meriam dalam tubuh Ardika jauh lebih banyak dibandingkan yang ada dalam tubuh tentara lama tersebut.Wiandro bahkan tidak tahu mengapa Ardika masih bisa bergerak dengan mudah di saat ada begitu banyak pecahan peluru meriam yang tersangkut dalam tubuhnya.Sambil mengenakan pakaiannya, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Dokter yang mengoperasiku mengatakan mereka sudah mengeluarkan pecahan peluru meriam yang bisa dikeluarkan. Adap
"Oh? Tapi aku sudah ada janji."Ardika mengerutkan keningnya, lalu tampak rileks kembali.Untungnya, saat dia mendapati Abbil memasukkan senjata api ke dalam bungkusannya, dia sudah melakukan pengaturan.Tepat pada saat ini, di luar stasiun, satu per satu mobil dengan pelat tim tempur Provinsi Denpapan melaju memasuki tempat tersebut.Setelah mobil-mobil berhenti di depan pintu stasiun, anggota-anggota tim tempur bersenjata lengkap yang duduk di mobil-mobil militer ini segera melompat turun, lalu memblokade pintu keluar stasiun.Tak lama kemudian, dua orang brigadir jenderal dengan empat bintang di pundak mereka segera berjalan dengan cepat, langsung menerjang ke area pemeriksaan.Saat dua orang ini muncul di hadapan semua orang, ekspresi Wiandro langsung berubah drastis. Dia tahu masalah ini sudah membesar.Tim tempur Provinsi Denpapan memiliki kedudukan setara dengan Kediaman Kodam.Kapten tim tempur Provinsi Denpapan memiliki kedudukan yang setara dengan Tuan Kodam.Sebagai wakil ke
Ardika mendongak, melihat matahari yang sudah bersinar cerah di luar sana. Dia pun berkata, "Cuaca hari ini cukup bagus. Begini saja, Pak Jace, sekarang kamu kerahkan pompa untuk menguras air di kolam hingga kering terlebih dahulu.""Lalu, kerahkan eskavator untuk membersihkan lumpur. Sekitar pukul dua sore, saat energi positif mencapai titik puncaknya, aku akan turun tangan langsung.""Hantu atau roh apa pun yang ada di dalam air itu, kali ini harus dihancurkan sepenuhnya!"Melihat Ardika begitu percaya diri, Jace juga sudah mulai tenang."Baik, aku akan meminta Limdo untuk mengaturnya sekarang!"Tak lama kemudian, Limdo sudah mengerahkan beberapa buah pompa berkekuatan besar kemari dan mulai menguras air.Walaupun sangat bising, tetapi Jace sekeluarga malah merasa suara itu sangat enak didengar.Dalam kurun waktu kurang dari dua jam, air sudah terkuras hingga kering. Dasar kolam dipenuhi dengan lumpur, tidak kelihatan ada keanehan apa pun.Ardika tidak mengucapkan sepatah kata pun, d
"Dia sudah mati, nggak mungkin bisa berulah lagi.""Kalau ada rohnya, juga pasti sudah kuhabisi sejak awal."Ardika menanggapi ucapan Lolita sambil menggelengkan kepalanya.Setelah merenung sejenak, dia berkata dengan nada bicara agak dingin, "Menurutku, ada orang yang masih nggak terima, jadi sengaja berulah.""Ada yang berulah?"Jace dan Lolita menunjukkan ekspresi serius, sorot mata mereka tampak sedikit panik.Selama beberapa waktu ini, mereka sekeluarga sudah lelah baik secara fisik maupun mental. Siapa sangka, Kasandra baru saja diselamatkan, tetapi sudah terjadi hal seperti ini lagi."Nggak perlu khawatir."Ardika melambaikan tangannya, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Karena hari ini aku sudah datang, aku akan membantu kalian mengatasi kekhawatiran kalian ini sepenuhnya.""Di mana gambarnya? Coba kulihat."Jace segera memanggil Limdo untuk membawakan setumpuk kertas itu kemari."Tuan Ardika, aku sudah meminta Limdo untuk mencarikan keseluruhan gambar kompleks asrama Kediaman
Namun, begitu bertemu Ardika, Kasandra malah langsung seakrab itu dengan Ardika. Hal ini benar-benar di luar bayangan Jace dan Lolita.Terlebih lagi, boleh dibilang ini adalah pertama kalinya Kasandra bertemu dengan Ardika.Walaupun sebelumnya dia sudah sempat bertemu dengan Ardika sebanyak dua kali di rumah, tetapi saat itu Kasandra dikendalikan oleh orang lain. Dia dalam kondisi tidak sadar.Pasangan suami istri ini benar-benar tidak bisa memahami hal ini. Pada akhirnya, mereka hanya beranggapan bahwa karena Ardika telah menyelamatkan Kasandra, itulah sebabnya Kasandra bisa merasa akrab terhadap Ardika secara naluriah."Baiklah, kalau begitu aku panggil kamu Kasandra saja."Ardika menyunggingkan seulas senyum tak berdaya, dia juga cukup menyukai gadis manis yang satu ini.Setelah mendengar ucapan Ardika, Kasandra baru puas. Dia menarik Ardika masuk ke dalam rumah dengan antusias, lalu menyeduhkan teh untuk Ardika dengan antusias pula."Hei, sekarang putriku sudah dewasa. Biasanya gad
Setengah jam kemudian.Ardika langsung melajukan mobilnya memasuki kompleks asrama Kediaman Wali Kota.Baru saja memarkir mobilnya di depan rumah Jace, Ardika sudah melihat sosok bayangan Jace sekeluarga muncul di depan halaman rumah.Sosok Kasandra yang cantik dan elegan juga berdiri di belakang Jace dan Lolita, kelihatannya kondisi mental juga jauh membaik.Selain Jace sekeluarga, juga ada seorang pemuda dengan postur tubuh tegap dan paras tampan berada di sana.Saat ini, pemuda itu berbalik dan berkata, "Paman Jace nggak perlu mengantarku lagi, aku pamit dulu.""Ke depannya aku akan tetap berada di ibu kota provinsi. Aku sudah punya lebih banyak waktu untuk datang mengunjungi Paman dan Bibi Lolita, tentu saja juga Kasandra."Kemudian, Jace sekeluarga berbasa-basi beberapa patah kata lagi sebelum pemuda itu berjalan keluar.Tak lama kemudian, sebuah mobil dengan pelat tim tempur Provinsi Denpapan melaju perlahan-lahan ke sisi pemuda tersebut.Saat ini, kebetulan Ardika berjalan masuk
"Memintaku untuk menjadi presdir? Apa kamu takut identitasku terungkap terlalu lambat?"Ardika melirik Cahdani sekilas dengan sorot mata acuh tak acuh.Dilirik oleh Ardika seperti itu, jantung Cahdani langsung berdegap dengan kencang. Dia buru-buru berkata, "Nggak, nggak, nggak, bukan begitu. Aku nggak bermaksud seperti itu. Kak Ardika, kamu seperti ini juga cukup baik. Tapi, menjadi seorang karyawan biasa sama sekali nggak cocok untuk identitasmu. Bagaimana kalau kamu menjabat sebagai seorang petinggi level menengah?""Kak Ardika, dengan begini kamu nggak perlu khawatir identitasmu terekspos, juga bisa mencampuri urusan perusahaan secara terang-terangan."Ardika mengangguk perlahan dan berkata, "Benar juga. Kalau begitu, begini saja. Jabatan Kalris sebelumnya untukku saja.""Manajer departemen?"Cahdani mengangguk dan berkata, "Hmm, boleh dibilang juga sudah termasuk petinggi level menengah. Kalau begitu, ditetapkan seperti ini saja.""Kalian sudah dengar apa yang kukatakan, 'kan? Ngg
Kalris langsung menoleh. Saat itu juga, dia berkata dengan gigi terkatup, "Cahdani, kamu yang menjebakku dari belakang!"Cahdani yang kedua lengannya masih terbalut perban, berjalan melenggang masuk dengan membawa beberapa orang anak buahnya."Kalris, 'kan? Dengar-dengar tadi malam kamu memakiku saat berada di Hainiken, apa kamu cari mati?"Begitu masuk, Cahdani langsung mempertanyakan Kalris dengan tajam sekaligus dingin.Walaupun Kalris sangat arogan, tetapi menghadapi Cahdani yang luar biasa arogan, dia masih kalah telak.Mendengar ucapan ini, jantung Kalris langsung berdegap dengan kencang. Dia berkata dengan suara bergetar, "Cah ... Cahdani, ini hanya kesalahpahaman.""Kesalahpahaman apanya?!"Cahdani langsung menendang Kalris hingga tubuh Kalris terpental dan membentur sebuah meja kerja hingga hancur berkeping-keping.Melihat Kalris yang tergeletak di lantai sambil menutupi perutnya dengan ekspresi kesakitan tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun, Cahdani langsung melambaikan ta
"Oke, Jeslin, nanti kita baru ngobrol lagi!"Kalris melambaikan tangannya. Kemudian, dia menyalakan sebatang rokok dengan santai, lalu mengisapnya satu isapan sebelum berkata sambil tersenyum, "Eh, Ardika, kamu mau pergi sendiri, atau aku bantu kamu?""Di Grup Goldis, kamu nggak akan bisa menang dariku!"Ardika berkata tanpa menyetujui, juga tidak menyangkal ucapan pria itu, "Oh? Siapa bilang?""Aku yang bilang!"Kalris mengembuskan asap rokoknya dengan arogan.Ardika tersenyum dan berkata, "Maaf, tapi sebentar lagi kata-katamu sudah nggak ada artinya lagi."Kalris tertawa meremehkan dan berkata, "Kenapa? Apa mungkin kamu bisa mengusirku dari Grup Goldis ....""Siapa yang namanya Kalris?!"Begitu dia selesai berbicara, tiba-tiba sekelompok orang berjalan memasuki ruangan dengan memasang ekspresi dingin.Seorang wanita paruh baya dengan ekspresi galak yang memimpin sekelompok orang itu mengajukan pertanyaan tersebut dengan dingin.Kalris mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan kesal,
"Plak ...."Kalris langsung memukul tangan Ardika, lalu berkata dengan dingin, "Bonus enam miliar? Mimpi saja kamu! Apa kamu pikir perusahaan ini adalah milik keluargamu?!""Jangankan bonus sebesar sepuluh persen, bonus sebesar empat persen yang sudah ditetapkan sebelumnya juga nggak ada!""Ingin menjadi karyawan tetap? Hari ini kamu baru mulai masuk kerja, kamu sudah ingin menjadi karyawan tetap? Nggak ada aturan seperti ini! Aturan Grup Goldis adalah, paling singkat masa percobaan orang baru juga membutuhkan satu bulan!"Siapa sangka di bawah tatapan banyak orang, Kalris malah menjilat ludahnya sendiri.Ardika memicingkan matanya, lalu bertanya dengan nada bicara agak dingin, "Kalau begitu, Tuan Muda Kalris berencana untuk mengingkari janji?""Tadi bukan seperti ini ucapanmu."Kalris mendengus dingin dengan acuh tak acuh, lalu berkata, "Sebelumnya aku memang bilang begitu. Tapi yang kubilang adalah kamu harus menangani Juki dan yang lainnya. Setelah mereka menandatangani kontrak, bar
Walaupun pihak Grup Goldis sudah membicarakan tentang pembelian dengan beberapa departemen ini cukup lama, hanya saja karena beberapa waktu yang lalu Grup Goldis mengalami pergolakan, departemen-departemen ini memilih untuk mengamati situasi terlebih dahulu. Jadi, mereka tak kunjung menandatangani kontrak.Akan tetapi, saat ini mereka langsung menandatangani kontrak tersebut tanpa melihat isi kontrak sama sekali.Pemandangan ini benar-benar membuat orang sangat terkejut."Tuan Ardika, kami sudah selesai menandatanganinya."Usai menandatangani kontrak tersebut, Juki mengumpulkan beberapa kontrak lainnya, lalu menyerahkannya pada Ardika dengan penuh hormat.Ardika menerima kontrak tersebut dengan santai, lalu berkata sambil tersenyum, "Semuanya, terima kasih sudah repot-repot datang kemari. Aku akan mengingat kebaikan kalian ini.""Sudah seharusnya kami melakukan ini!""Bisa melayani Tuan Ardika adalah kehormatan bagi kami!"Juki dan beberapa orang lainnya segera menanggapi ucapan Ardika