Ardika mengerutkan keningnya. Naik kereta api cepat saja bisa menghadapi masalah membosankan seperti ini, benar-benar membuatnya tidak bisa berkata-kata saja.Namun, dia sudah janjian dengan Sutandi, Sutandi juga sudah mengirim orang ke stasiun kereta untuk menjemputnya. Dia benar-benar tidak ingin membuang-buang waktu.Ardika melirik Gijran sekilas, dia tahu sumber permasalahan ada pada orang tersebut.Ardika mengeluarkan ponselnya, mengirimkan sebuah pesan pada Levin, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Alasanmu menyuruhku untuk meminta maaf tanpa membedakan siapa yang benar dan siapa salah, bahkan ingin menangkapku, pasti karena dia adalah sosok tokoh besar di matamu, bukan?""Kamu menjilatnya, mencoba untuk menyenangkan hatinya, berharap mungkin saja kamu bisa dilirik oleh tokoh besar, maka kamu bisa mendapatkan banyak keuntungan. Contohnya saja, hanya dengan satu kalimat sepele, kamu sudah bisa naik jabatan beberapa level di perusahaan kereta api, mengurangi waktu bekerja keras se
"Sayang, ini terakhir kali aku memandikanmu ....""Kita sudah menikah tiga tahun, tapi kita masih belum pernah bercinta ....""Sebelum bercerai, aku ingin memberikan malam pertamaku kepadamu ...."Ardika Mahasura duduk di dalam bak mandi, Luna Basagita yang bertubuh seksi sedang duduk di belakangnya. Kedua tangannya yang putih mulus itu sedang menggosok tubuh Ardika.Ketika air membasahi tubuh mereka, aroma yang harum pun memenuhi udara.Luna mengoleskan sabun mandi ke tubuh yang kekar itu, ketika kedua tangannya melewati otot perut Ardika, wajah Luna langsung merona.Namun, ketika melihat wajah Ardika, rasa sedih membuat air mata Luna ikut terjatuh.Saat ini, Ardika sedang memiringkan kepalanya. Wajah yang tampan itu terlihat bengong, air liur juga menetes dari sudut mulutnya. Dia benar-benar seorang idiot."Sayang, apa yang terjadi selama tiga tahun ini? Kenapa kamu menjadi seperti ini?" ucap Luna sambil terisak.Tiga tahun lalu, Ardika tiba-tiba menghilang di malam pertama mereka.D
Suara keras terdengar dari ujung telepon, seolah-olah ada meja dan kursi yang terbalik.Draco pun menjawab dengan nada gemetar, "Bos, ini benar-benar kamu? Ke mana saja kamu?""Selama ini, bos nggak ada kabar sama sekali. Teman-teman juga sangat panik.""Tapi, identitasmu sangat rahasia. Tanpa perintah, kami nggak berani pergi mencarimu."Sambil menghela napas, Ardika lalu menjawab, "Aku bertemu beberapa orang licik. Nggak masalah, sekarang aku sudah pulih.""Ada orang yang ingin mencelakakanmu? Siapa? Bos, berikan perintah! Aku akan bawa teman-teman untuk meratakan mereka," bentak Draco."Nggak perlu," jawab Ardika dengan ekspresi dingin. Terkait masalah Keluarga Mahasura, dia tidak ingin menggunakan bantuan dari luar. Semua ini harus diselesaikan oleh Ardika sendiri."Ada satu hal yang perlu kamu lakukan.""Malam ini, segera bawa Grup Angkasa Sura ke Kota Banyuli.""Selain itu, umumkan bahwa kita akan berinvestasi 20 triliun di Kota Banyuli."Selama tiga tahun bergabung dengan milite
"Ardika, jangan-jangan ... kamu sudah pulih?"Melihat tatapan Ardika yang jernih, Luna menutup mulutnya dengan tangan dan tampak tidak percaya."Ya, aku sudah pulih, sayang."Ardika menatap ke arah Luna, dia yang begitu tegas dalam medan perang, ternyata bisa merasa sedih juga.Seketika, air mata mengenang di mata Luna. Rasa bahagia membuatnya ikut menangis.Ardika langsung memeluk Luna. Beberapa tahun ini, Luna sudah menderita."Huh! Memangnya kenapa kalau sudah pulih?"Wulan berkata dengan sinis, "Dia tetap saja seorang pecundang."Sambil berkata, Wulan kembali duduk di kursinya. Sambil menunjuk kursi lipat di pojokan, dia pun berkata, "Duduk sana! Berkontribusi 20 triliun? Jangan membuatku tertawa."Ketika Ardika yang mengernyit ingin berkata, Luna segera menghentikannya dan menariknya untuk duduk.Mereka berempat duduk di kursi lipat yang ada di pojokan. Melihat makanan yang mahal dan enak di meja lain, di atas meja mereka hanya ada empat mangkuk mi.Melihat suasana yang begitu hid
Melihat Ardika yang percaya diri, Luna pun merasa ragu. Setelah memikirkan kondisi keluarganya sekarang, dia pun menggertakkan gigi, lalu berdiri dan berkata, "Kakek, aku akan pergi menagih utang.""Kamu! Kamu sudah gila, ya? Kalau sampai wajahmu rusak karena dipukul Kak Herkules, Tuan Muda Tony pasti akan meninggalkanmu."Desi langsung panik.Semua orang terkejut, bahkan Tuan Besar Basagita juga tidak menyangka Luna akan menyetujuinya.Wisnu dan yang lain hanya mendengkus dingin.Wisnu tiba-tiba mengeluarkan sepuluh ribu dari sakunya, lalu dilemparkan ke kaki Luna sambil berkata, "Melihat keberanianmu itu, aku kasih sepuluh ribu untuk naik transportasi umum."Wulan juga menyilangkan tangannya di dada, lalu mengangkat alisnya sambil berkata, "Kamu sendiri yang mau pergi, ya? Kalau dihajar sampai lumpuh, jangan bilang Keluarga Basagita yang memaksamu."Ardika melirik beberapa orang itu dengan tatapan dingin. Dia tidak ingin memedulikan orang-orang tidak penting ini.Ardika langsung berd
Bernama Ardika?Sambil melirik Ardika, Herkules menjawab dengan bingung, "Ada seseorang yang bernama Ardika Mahasura, saya sedang bersiap untuk menghajarnya."Dari ujung telepon tiba-tiba terdengar suara keras.Herkules buru-buru bertanya, "Tuan John, Anda kenapa?"Detik selanjutnya, teriakan penuh amarah memasuki telinga Herkules."Kenapa denganku? Bajingan kamu! Kamu ingin aku mati, ya?""Aku kasih tahu! Kamu harus menuruti semua permintaannya, kamu harus melayaninya seperti seorang bos, mengerti?"Herkules tertegun. Selama bertahun-tahun, dia tidak pernah melihat John kehilangan kontrol diri seperti sekarang.Herkules lalu bertanya, "Tuan John, sepertinya Anda salah. Dia hanyalah seorang menantu pecundang dari Keluarga Basagita.""Herkules, kamu ingin mati, ya? Di matanya, kamu dan aku hanyalah rumput liar yang tak berguna. Dia bisa membunuh kita dengan mudah.""Tuan John ... ini ...."Setelah mendengarnya, Herkules mulai berkeringat dingin."Aku ingatkan terakhir kali, dia adalah s
"Ck." Saking marahnya, Tina pun tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, aku ingin melihatnya. Nggak perlu yang terlalu jauh, apakah kamu tahu hari ini Tuan Muda Tony mengajak mereka makan di mana?""Lantai tiga Restoran Gatotkaca! Tempat yang selamanya nggak mungkin dimasuki oleh pecundang sepertimu."Ketika mendengarnya, kedua mata Desi tampak berbinar. Dia lalu berkata, "Lantai tiga Restoran Gatotkaca? Tempat itu hanya bisa dipesan oleh anggota emas."Di Kota Banyuli, Restoran Gatotkaca termasuk restoran kelas atas. Orang yang menghabiskan puluhan miliar baru bisa mendapatkan kartu anggota emas. Di Keluarga Basagita, hanya Tuan Besar Basagita seorang yang memiliki kartu anggota emas.Adapun lantai tiga ke atas, biaya yang perlu dihabiskan oleh anggota bahkan lebih mengejutkan.Tina menoleh ke arah Ardika, lalu tersenyum sambil berkata, "Ardika, itulah perbedaan antara kamu dan Tuan Muda Tony. Aku nggak tahu kenapa kamu masih percaya diri untuk berada di sisi Luna.""Tina, nggak usah pe
"Bukankah bosnya Kak Herkules itu Tuan John?"Tina tidak bisa menahan tawanya, lalu berkata, "Ardika, apakah kamu tahu siapa Tuan John? Dia adalah orang penting yang sangat berkuasa. Seorang bos preman yang bahkan harus dihormati oleh Ayahku. Beraninya kamu bilang Tuan John datang meminta maaf? Kamu ingin mati, ya?""Tina, kalau kamu nggak percaya, kamu boleh ikut ke atas," jawab Ardika dengan santai. Namun, Tina malah memelototinya.Setelah sadar kembali dari keterkejutan, Tony pun berkata sambil tersenyum, "Aku rasa dia melihat mobil Tuan John di depan pintu, jadi sengaja berkata seperti itu. Untung saja nggak ada orang luar di sini. Kalau sampai Tuan John mendengar ucapannya, kita semua akan mati."Semua orang langsung terkejut."Aku benar-benar nggak tahan lagi!" bentak Desi dengan kesal sambil menepuk meja. "Tiap hari hanya bisa bersikap bodoh seperti itu, memalukan saja! Cepat pergi, kalau nggak, aku akan menghajarmu.""Ardika, kamu pergi dulu .... Aku akan pulang setelah makan."
Ardika mengerutkan keningnya. Naik kereta api cepat saja bisa menghadapi masalah membosankan seperti ini, benar-benar membuatnya tidak bisa berkata-kata saja.Namun, dia sudah janjian dengan Sutandi, Sutandi juga sudah mengirim orang ke stasiun kereta untuk menjemputnya. Dia benar-benar tidak ingin membuang-buang waktu.Ardika melirik Gijran sekilas, dia tahu sumber permasalahan ada pada orang tersebut.Ardika mengeluarkan ponselnya, mengirimkan sebuah pesan pada Levin, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Alasanmu menyuruhku untuk meminta maaf tanpa membedakan siapa yang benar dan siapa salah, bahkan ingin menangkapku, pasti karena dia adalah sosok tokoh besar di matamu, bukan?""Kamu menjilatnya, mencoba untuk menyenangkan hatinya, berharap mungkin saja kamu bisa dilirik oleh tokoh besar, maka kamu bisa mendapatkan banyak keuntungan. Contohnya saja, hanya dengan satu kalimat sepele, kamu sudah bisa naik jabatan beberapa level di perusahaan kereta api, mengurangi waktu bekerja keras se
"Karena Pak Hafa sudah berbicara demikian, maka aku akan memanggil petugas keamanan kereta ke sini."Gijran tersenyum, dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah staf kereta yang kebetulan datang untuk memeriksa situasi. Dia mengulurkan lengannya menunjuk orang tersebut, lalu berkata dengan dingin, "Kamu, cepat panggil kepala staf kalian dan petugas keamanan kemari!"Para staf kereta sudah mendapatkan instruksi sejak awal. Mereka tahu gerbong bisnis kereta ini hari ini, sudah dipesan oleh sekelompok tokoh besar yang melakukan inspeksi di luar kota dan hendak kembali ke ibu kota provinsi.Saat ini, begitu melihat Gijran, staf tersebut langsung mengenali dia adalah tamu kehormatan di gerbong bisnis. Saat itu juga, jantung staf itu berdebar dengan kencang.Staf tersebut segera membungkukkan badannya dan berkata, "Tuan, harap tunggu sebentar!"Selesai berbicara, dia langsung mengaktifkan walki-talki di dadanya, lalu memanggil kepala staf dan petugas keamanan kereta.Tanpa butuh waktu la
"Tapi, tampaknya murid Pak Hafa sedang menghadapi masalah, apa butuh bantuan?"Gijran mengalihkan pandangannya ke arah Abbil sambil tersenyum.Hafa juga menoleh, lalu bertanya sambil mengerutkan keningnya, "Sebenarnya apa yang terjadi?"Sambil menutupi wajahnya, Abbil menunjuk Ardika yang tengah duduk di tempat duduk sendiri dengan ekspresi tajam dan berkata, "Pak Hafa, aku mengeluarkan uang untuk menukar tempat duduk dengan bocah ini, tapi dia malah langsung memukulku, bahkan memukul pacarku!""Pak Hafa, lihatlah ...."Saat berbicara, Abbil menunjukkan bekas tamparan di wajahnya dan di wajah pacarnya pada Hafa.Mendengar ucapannya, ekspresi Hafa langsung berubah menjadi muram. Dia mendengus dingin dan berkata, "Aku mau lihat siapa yang berani memukul muridku!"Sambil berbicara, dia menoleh, mengalihkan pandangannya ke arah Ardika.Saat dia melihat Ardika sedang menundukkan kepalanya, dia mengerutkan keningnya dan menegur dengan marah, "Kenapa? Berani berbuat, nggak berani bertanggung
Suasana di gerbong langsung berubah menjadi sangat hening.Tidak ada yang menyangka ketenangan yang ditunjukkan oleh Ardika sebelumnya adalah awal dari penyerangannya.Di hadapan Ardika, pria botak bertubuh kekar dengan ekspresi ganas itu, sangat lemah bagaikan seekor anak ayam, yang bisa dikendalikan olehnya sesuka hatinya.Di tengah suasana hening ini, Ardika menyeret pria botak itu ke arah pintu gerbong tanpa ekspresi, lalu membalikkan tubuh pria itu."Bawa semua uang ini dan kembali ke gerbong tigamu."Setelah melontarkan satu kalimat ini dengan sangat tenang, Ardika langsung mengangkat kakinya dan melayangkan satu tendangan ke bokong pria botak tersebut."Bam!"Pria botak itu langsung menerjang masuk ke gerbong tiga, memicu teriakan terkejut.Sementara itu, di gerbong sini, di bawah tatapan kagum maupun ketakutan semua orang, Ardika berjalan kembali ke tempat duduknya dengan tenang."Permisi."Wanita cantik itu tengah tercengang menatap Ardika. Tiba-tiba saja, dia disadarkan oleh
Panggilan telepon dengan Sutandi ini, membuat perasaan mengganggu yang menyelimuti hati Ardika karena Grup Mitsun, langsung berkurang banyak."Plak ...."Tepat pada saat Ardika hendak memejamkan mata untuk beristirahat sejenak, tiba-tiba saja pundaknya dipukul oleh seseorang.Telapak tangan itu sangat besar, juga sangat kuat, langsung memberikan orang sensasi tekanan yang besar.Namun, Ardika jelas tidak merasakan gejolak emosi apa pun akibat sensasi tekanan besar seperti itu. Begitu dia membuka matanya, dia melihat seorang pria botak bertubuh kekar dengan ekspresi sedikit ganas tengah berdiri di sampingnya. Tangan besar pria itu ditempatkan di bahunya."Sobat, boleh tukar tempat duduk?"Pria botak itu bertanya dengan santai. Dia menunjuk tempat duduk di samping Ardika dan berkata, "Aku bersama pacarku, tapi nggak berhasil mendapatkan tempat duduk yang berdampingan."Di belakangnya, seorang wanita muda yang sangat cantik, berpakaian menunjukkan pinggangnya, sedang memainkan ponsel tanp
Jorgo sudah resmi ditunjuk sebagai Wali Kota Banyuli, besok dia sudah akan menjalani upacara pengangkatan.Saat Hongkem didaftarkan dan memasuki pasar, Jorgo dan istrinya, Violet, muncul di lokasi, menunjukkan mereka memberikan dukungan pada Ardika.Tentu saja Ardika juga membalas kebaikan mereka. Tanpa banyak bicara, dia langsung menghubungi Jigo, tetua kabinet.Terlebih lagi, CV Jorgo menunjukkan pria paruh baya itu paling cocok untuk menjabat sebagai Wali Kota Banyuli.Dengan pria itu mengambil alih kepemimpinan Kota Banyuli, perencanaan-perencanaan Ardika sebelumnya baru bisa dipastikan bisa berlanjut, tidak akan menimbulkan pergolakan apa pun.Ditambah lagi, Jorgo adalah menantu Keluarga Bangsawan Dienga Supham, latar belakangnya sangat kuat, jadi bisa memastikan saat dia mengelola Kota Banyuli, dia bisa mengendalikan kota ini dengan baik berdasarkan gagasan dan pemikiran sendiri, tidak akan menjadi boneka pihak-pihak tertentu dan diserang oleh orang-orang tersebut begitu saja."B
Ardika tahu jadwal kepergiannya ke ibu kota provinsi sudah harus dimajukan.Dia harus mengambil kembali dana amal sebesar 40 triliun itu.Grup Mitsun harus menerima hukuman.Namun, dia harus menangani masalah ini dengan hati-hati, tidak boleh sampai memengaruhi sumber mata pencaharian puluhan ribu orang, hingga menimbulkan kericuhan besar.Setelah berpikir sejenak, Ardika berkata pada Levin, "Kamu berangkat ke ibu kota provinsi sekarang juga, selidiki dengan jelas detail kejadian kali ini. Adapun mengenai anak buahmu yang dilempar ke danau itu, aku pasti akan menegakkan keadilan untuknya.""Baik, Kak Ardika!"Levin segera menangkupkan tangannya.Ardika berkata, "Satu hal lagi, bawa Tina bersamamu. Sebelumnya, dia selalu berencana untuk pergi ke ibu kota provinsi untuk merebut wilayah kekuasaan. Karena dalam kejadian kali ini ada kekuatan dunia preman yang terlibat, maka setelah orang-orang itu disingkirkan, juga jangan sampai menguntungkan pihak lain."Terlepas dari apa identitas dan s
"Kamu nggak perlu terburu-buru mengakui kesalahan."Ardika melambaikan tangannya, lalu bertanya dengan suara dalam, "Sebenarnya apa yang terjadi? Apa uang itu sudah digelapkan?"Dia sudah memerintahkan dana sebesar 40 triliun dari aset Keluarga Citora dan Keluarga Dougli, semuanya digunakan untuk kegiatan amal.Sekarang berani-beraninya ada orang yang menyentuh uang tersebut, tentu saja hal ini membuat ekspresi Ardika berubah menjadi agak muram."Kalau hanya penggelapan dana, masih muda diatasi."Levin berkata dengan ekspresi masam, "Orang-orang Keluarga Dougli luar negeri menyepakati penggantian aset dengan Grup Mitsun Negara Jepara, aset Grup Mitsun di Erom dialihkan kepada Keluarga Dougli luar negeri tersebut.""Sementara itu, aset di Negara Nusantara yang bernilai 40 triliun itu, dikuasai oleh Grup Mitsun.""Sebelumnya, aku mengirimkan orang-orang dari Keluarga Septio untuk mengambil alih aset-aset ini. Tapi kemarin, kekuatan dunia preman ibu kota provinsi tiba-tiba muncul dan meng
"Hahaha, ternyata memang benar kamu! Kenapa? Apa kamu bahkan sudah melupakanku? Aku sudah meneleponmu cukup lama, kamu baru menjawab panggilan teleponku!"Pria di ujung telepon berpura-pura tidak senang, tetapi suara tawa riangnya telah menunjukkan suasana hatinya saat ini.Ardika langsung tertawa dan berkata, "Melupakan siapa pun, aku juga nggak akan berani melupakan Pak Sutandi. Pak Sutandi, bagaimana kondisi tubuh Bapak? Sudah bertahun-tahun berlalu, paling nggak Bapak pasti sudah menjadi kepala sekolah, 'kan?"Sutandi Yasin, wali kelas Ardika saat dia bersekolah di ibu kota provinsi.Saat itu, dia diabaikan oleh Keluarga Mahasura, ditindas oleh anak-anak Keluarga Mahasura yang lain. Jadi, sering kali dia tidak bersedia pulang ke rumah.Di saat-saat inilah, Sutandi selalu membawa Ardika pulang ke rumahnya, meminta istrinya untuk membuatkan masakan lezat untuk Ardika, serta memberi Ardika bimbingan belajar.Tentu saja Ardika masih mengingat hal-hal ini.Hanya saja, setelah dirinya te