Share

Bab 70. Sepuluh tahun?

Penulis: Any Anthika
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-20 19:52:53

Nasi sudah menjadi bubur! Tidak bisa berharap untuk menjadi nasi utuh kembali.

Benar kata orang jika penyesalan itu adanya di belakang. Jika ada di depan, itu namanya pendaftaran.

Keputusan sidang ini bukan hanya meluluh-lantakkan hidup Alex sendiri dengan sekejap, namun juga menghancurkan perasaan keluarganya yang ada kampung.

Bapak yang mendapatkan langsung kabar ini dari Komandan Kepolisian di Lapas Tahanan dimana Alex dipenjara, hanya bisa pasrah. Bagaimanapun juga dia tidak dapat menolong Putranya. Alex bersalah.

Sementara Dinda, dia menjerit-jerit histeris dan menangis meraung-raung.

Semalaman dia berdoa. Dia tahu pasti jika suaminya telah keliru dan bersalah, tidak akan mungkin dibebaskan dengan begitu mudah. Tapi Dinda Masih berharap jika Hukuman Alex akan sedikit ringan atau minimal dua atau tiga tahunan saja.

Sepuluh tahun? Yang benar saja?

Sepuluh tahun adalah masa yang sangat panjang bagi Dinda. Bahkan dia tidak bisa membayangkan nasib dirinya untuk hari-hari kedepannya a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 71. Dikasih hati, segera minta jantung.

    "Ya ampun! Bukan begitu juga! Siapa yang menyuruhmu korupsi? Mau dipenjara? Nanti aku menikah lagi, malas amat aku menunggu orang dipenjara! Kurang kerjaan. Maksudnya, cari kerja sampingan! Kalau pulang ngantor itu, ngojek atau kuli panggul di pasar. Kan dapat sampingan. Seperti sekarang ini, kamu kan lagi cuti, coba pergi ke pasar cari seseran. Kan lumayan."Farhan menggaruk kepalanya, tetap dia yang salah ujung-ujungnya."Kamu tidak malu ya, kalau suamimu yang kerja kantoran ini jadi kuli panggul? Biasanya kamu gengsian orangnya." Sindir Farhan."Malu sih. Tapi mau bagaimana lagi. Kepepet. Benar kata orang, menuruti rasa malu, lapar!"Mereka pada akhirnya tertawa dengan obrolan random Silvia dan suaminya.Ini adalah pertama kalinya Mia tertawa di tengah-tengah keluarganya."Ya sudah. Kalau begitu ibu mau memasak dulu ya, buat makan siang. Sekalian Mia makan siang dulu disini.""Biar aku bantu ya, Bu. Aku sudah lama tidak masak."Ibu langsung mencegah. "Jangan Mia! Kalau Gara tahu, d

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 72. Memastikan istrinya.

    "Iya, itu Gara." Sahut Mia.Semua orang langsung sibuk membenahi diri dan makanan diatas meja yang berantakan."Astaga! Tuan Gara datang kemari, bagaimana ini? Dapur kita berantakan!" Silvia cepat-cepat membetulkan piring-piring makanan yang belum-belum memang sudah berantakan."Cepat susul suamimu, Mia!" Wibowo menoleh pada Mia.Mia segera bangun dan berlari kecil ke depan."Ya Ampun.. Bagaimana ini?" Rita juga terlihat kebingungan, segera menata perkakas kotor yang masih berserakan di ujung sana."Malunya kalau Gara melihat dapur berantakan begini.""Halah! Ibu, lebay! Bukannya Gara sudah sering masuk ke dapur ini? Duduk disini juga." Sindir Silvia."Lebay kepalamu itu! Masalahnya yang dulu dulu dan yang sekarang beda! Cepat bantuin, malah ngoceh!""Eh, iya iya. Ini bos besar yang datang!" Silvia pun bangun segera membantu ibunya merapikan perkakas.Sementara Mia menyambut Gara. Dia tidak menyangka kalau Gara akan menyusulnya kemari. Tadi Mia meminta izin kesini dan diantar oleh sop

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 73. Sindiran para ibu-ibu.

    Fiah melongokkan kepalanya ke dalam kamar Dinda. Dia melihatnya Dinda sedang duduk bersandar dengan santainya.Dinda menoleh ketika melihat kepala Fiah muncul di pintu."Mana air dinginnya, Fiah?""Kaki Mbak Dinda sakit ya?" Fiah bertanya.Dinda melongo. “Tidak kok!" Jawabnya."Kalau begitu ambil sendiri! Kecuali kalau kaki dan tangan Mbak Dinda itu sudah nggak berfungsi, baru teriak!" Sahut Fiah, dan kemudian langsung ngeloyor pergi."Dasar! Bilang saja malas disuruh!" Dinda membalas berteriak.Fiah tidak mau lagi mendengar teriakan nenek lampir."Mendingan main saja! Daripada ngeladenin orang seperti ratu kesasar!" Gumam Fiah.Dinda menghentakkan kakinya. Dengan sangat malas dia melangkah juga ke dapur untuk mengambil air dingin."Dinda.." Ibu menegur dari belakang. Dinda hanya melirik saja."Jangan sering minum air es, Nak. Kamu itu sedang hamil. Itu tidak bagus. Bisa kembar air kalau kata kami orang kampung." Ujar Ibu sekedar untuk memperingatkan Dinda.(Kembar air itu istilah ora

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 74. Malangnya nasib kita.

    "Gimana mau beli daging. Dia itukan udah bangkrut. Lebih parahnya, suaminya dipenjara karena ketahuan korupsi.""Masa sih? Kok aku gak dengar?" Satunya menyahut."Ya ampun…. Ketinggalan informasi yang lagi tren kamu ini, ya? Si Alex itu dapat uang banyak untuk beli ini itu tuh, rupanya dari korupsi. Jadi sekarang di penjara.""Ya Ampun! Yang benar? Kasihan banget istrinya. Mana lagi hamil muda. Gimana itu nasibnya?" Yang lain kembali menyahut.Seketika darah Dinda mendidih, tetapi wajahnya menunduk. Dia begitu malu dan buru-buru masuk ke dalam rumah."Siapa coba yang bocorin tentang Mas Alex dipenjara? Pasti ini kelakuan ibu kalau nggak Fiah. Apa sih maksud mereka? Mau bikin aku nggak betah disini?"Dinda melempar sayuran di atas meja begitu saja dan langsung menangis di dalam kamar.Rasanya begitu sesak. "Aku memang nggak betah disini. Tapi mau dimana coba?" Dia sesenggukan. Dinda mengintip dari celah jendela. Samar-samar masih bisa mendengar, ibu-ibu diluar sana masih saja membahas

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 75. Mulai beradaptasi.

    "Mohon maaf. Waktu saudara Alex sudah habis. Saya harus menutup panggilan." Dinda hanya bisa menangis kuat sambil menggenggam ponselnya. "Kenapa bisa seperti ini, Mas… Jika tahu akan begini, lebih baik aku hidup sederhana saja asal kita jangan berpisah dengan cara seperti ini." Lagi-lagi dia hanya dapat terisak, pandangannya menatap kosong ke depan. Fiah melongok, ingin sekali mengucapkan kata "Rasain Lo!" tapi Fiah bukanlah anak sejahat itu. Dia menarik mundur kakinya perlahan kemudian ke dapur. Membuka sebuah kantong plastik yang sedari tadi ada di tangannya sebelum mengintip kakak iparnya. Anak itu mengambil mangkuk, menuangkan bubur kacang hijau yang baru saja dibelinya dari uang pemberian budenya. Kemudian melangkah memasuki kamar Dinda lagi. "Mbak.. Mau bubur kacang hijau?" Dinda terkejut dan buru-buru mengusap air matanya. Dia hanya melirik Fiah tanpa merespon. Fiah meletakkan mangkuk di atas meja. "Kalau mau, dimakan. Kalau nggak mau, jangan dibuang! Bisa buat

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 76. Rumah ibu disita.

    Hari ini adalah hari libur, Gara sudah berjanji akan mengantar Mia untuk pulang ke rumah ibunya.Tidak seperti biasanya, Mia terlihat sangat bahagia. Wajahnya begitu ceria. Dia sangat senang saat hendak bertemu dengan Ibu Ayah dan juga kak Silvia-nya. Sekarang dia sedang bersiap-siap.Gara sampai merasa sedikit aneh. Biasanya Mia malah terlihat malas jika akan bertemu dengan keluarganya.Apa mungkin karena sekarang mereka sudah semakin dekat? Apa karena sekarang Keluarga Mia sudah menerimanya dengan baik?Mia sendiri memang mulai merasa nyaman dengan Ibu dan Silvia. Jika dulu dia paling tidak suka jika harus bertemu dengan mereka, sekarang dia justru sering merindukan mereka.Itu wajar saja, mungkin karena Mia baru saja akur dengan mereka. Baru saja bisa mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari dua wanita yang seharusnya penting dalam hidupnya.Ketika di perjalanan, Mia sempat menyuruh Gara untuk berhenti mampir di sebuah toko dulu. Mia membeli oleh-oleh untuk Ibu dan Kakaknya .Seb

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 77. Penyesalan Mia.

    "Ya Allah… Kenapa aku sampai tidak tahu masalah ini? Padahal kemarin aku kesini, ibu tidak bilang apa-apa. Aku memang melihat kulkasnya tidak ada. Tapi kata ibu, kulkasnya rusak. Makanya aku membelikan kulkas baru untuk mereka. Aku pikir itu benar-benar rusak. Aku tidak berpikir sampai kesana!" Mia benar-benar menyesal tidak tahu apa yang terjadi pada keluarganya.Sekarang, dia harus mencari mereka kemana? Tidak ada yang tahu dan tidak ada petunjuk sedikit pun."Mia, bagaimana kalau kita mencari mas Farhan di kantornya. Siapa tahu dia lembur. Atau kita bisa bertanya kepada rekan kerjanya." Tiba-tiba Gara punya pendapat seperti itu.Mia sudah sedikit lega, tetapi kembali bersedih ketika Bu Desi mengatakan jika sebelum mereka pergi ini, Farhan telah dipecat."Mas Farhan dipecat? Kenapa lagi, Bu Desi?" Mia kembali bertanya penuh khawatir."Sebenarnya bukan dipecat. Tetapi katanya karena perusahaan tempatnya bekerjanya bangkrut. Jadi banyak karyawan yang di PHK. Bukan Farhan sendiri, kep

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 78. Mulai introspeksi diri.

    Mia menoleh. "Iya, aku tahu maksud mereka. Tapi aku sangat sedih. Ibu sampai harus kehilangan rumah warisan nenek.""Jadi itu rumah warisan nenek?" Tanya Gara."Iya , Gara. Warisan kedua orang tua ibu."Gara sekarang menepuk-nepuk halus kepalanya. "Sudah. Tidurlah, semua akan baik-baik saja."Mia mengangguk, tapi dia kembali bicara, "Gara, boleh aku meminta sesuatu?”Gara tersenyum. "Tentu saja. Apapun yang ingin kamu pinta, katakan saja. Memangnya Kamu mau minta apa?""Kalau keluargaku sudah ditemukan, bolehkah kita menebus sertifikat rumah ibu lagi?"Gara mengangguk. "Ya. Kita akan melakukan itu. Dan masalah Kak Farhan,"Ucapan gara terputus karena dipotong oleh Mia. "Jangan berpikir untuk mengajak dia bekerja di perusahaan." Gara menyerngitkan dahinya, "Kenapa? Aku sudah berpikir demikian.""Aku trauma kejadian Alex. Aku tidak mau terjadi lagi pada suami Kak Silvia.""Tapi tidak semua orang seperti itu, Mia.""Iya aku tahu. Tidak semua orang seperti Alex. Tapi alangkah baiknya

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24

Bab terbaru

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 405. Akhirnya Mereka Sah Juga

    Tidak ada tetangga yang datang karena mereka sengaja, lamaran malam ini dengan sederhana saja. Tidak ada yang dibawa oleh Dodi karena memang mereka sudah berunding untuk tidak memaksakan diri dan tidak membawa apapun. Ini adalah pesan Gita, jadi Dodi datang hanya membawa ucapan niat dan cincin seberat 2 gram saja sebagai tanda pengikat antara mereka. Acara lamaran berlangsung sederhana namun penuh keseriusan dari kedua belah pihak. Pakde Gita tak banyak bicara, sebab di sini ia hanya menjadi saksi, bukan untuk dimintai pendapat. Sebelumnya, Bu Mila sudah berpesan demikian. Sebelum lamaran ini, Pakde sempat menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pernikahan Gita dengan Dodi. Alasannya, masa depan Dodi kurang cerah dan hanya akan membebani Gita, terlebih Gita kini sudah sukses. Pakde khawatir banyak orang berbiat buruk, lalu menjadikan alasan ingin menikahi Gita. Bu Mila menegaskan untuk tidak perlu ikut campur urusan mereka . Dodi memandang Heru dengan mata terbelalak, seperti kura

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 404. Memberi Solusi

    Sebagai orang tua, mereka hanya perlu menyetujui, memberi restu, dan dukungan. Meski tak suka, Pakde tak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan.Mungkin ia sadar bahwa selama ini ia tak pernah membantu atau ikut memberi makan Gita dan Anisa sejak mereka lahir, lalu mereka ditinggal orang tua mereka, dan kini telah tumbuh dewasa.Acara lamaran selesai, disambung dengan obrolan ringan, basa-basi sebelum waktunya pulang.Tidak ada yang istimewa di acara malam ini, tetapi bagi Gita dan Dodi, acara ini sangat spesial dan membekas di hati. Karena malam ini, mereka resmi menjadi sepasang tunangan dan berencana menikah bulan depan. Awalnya, ketika ditanya oleh Pak De kapan mereka akan menikah, Dodi masih ragu untuk menjawab. Bukan karena ragu, tetapi dia ingin benar-benar siap. Namun, Gita yang langsung menjawab, "Rencana kami adalah bulan depan, Pak De. Setelah bulan ini habis, kami akan berunding lagi untuk menentukan hari yang tepat."Dodi tidak bisa berkomentar karena takut Gita tersinggu

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 403. Benar-benar Datang Ke rumah

    Dodi menarik nafas resah. Tadinya, dia sudah cukup senang, khayalannya melambung tinggi, menikahi Gita dan hidup bahagia penuh cinta. Namun, setelah obrolan dengan ibunya, perasaannya berubah menjadi kacau.Jika nanti dia menikah, bagaimana mungkin dia bisa tinggal bersama Gita? Bagaimana dengan ibu dan dik-adiknya? Tapi jika dia mengajak Gita untuk tinggal bersamanya, tentu saja itu juga tidak mungkin. Dia tidak bisa membawa Gita untuk tinggal di pondok mereka dan mengurus keluarganya.Tiba-tiba, sebuah pesan singkat dari Gita masuk. "Dodi, sedang apa? Apa kamu sudah pulang kerja?""Iya, Gita. Aku sudah pulang dari tadi." Mulai hari ini dan seterusnya, Dodi memang sudah mau belajar untuk memanggil Gita dengan nama saja. Mereka sudah sepakat."Bisa gak nanti malam ke rumah? Ada hal yang ingin aku bicarakan."Karena Dodi juga ingin membicarakan suatu hal dengan Gita, dia pun setuju. "Iya, aku akan ke sana nanti malam."Gita tersenyum, selain memang ada sesuatu yang ingin dibicarakan se

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 402. Akan melamarnya l

    Yang di sana menutup mulutnya dengan satu tangan menahan agar tidak tertawa keras karena saking senangnya.Ya ampun… Ternyata Dodi romantis juga ya?Akhirnya sepanjang malam ini mereka sama-sama begadang, melanjutkan chat mesra dan rencana untuk kedepannya nanti. Sampai terlupa, ketiduran tanpa sengaja. Ponsel masing-masing terjatuh dari tangan dan paginya ponsel mereka sama-sama ngedrop!Dodi merasa sangat kesal karena tidak bisa mengirimi pesan atau melihat pesan chat dari Gita. Akhirnya berangkat kerja tanpa membawa ponsel.Gita juga demikian, terpaksa pergi mengajar meninggalkan ponselnya di rumah untuk dicas.Di tempat kerja, mereka tidak konsen.Saling memikirkan satu sama lain. Andai saja tadi ponsel bisa dibawa, setidaknya bisa berkirim chat, menanyakan kabar. Lagi ngapain? Udah makan belum?Duh, kasmaran!Sayangnya semalam lupa , seharusnya sambil di cas saja. Kan tidak sampai ngedrop?Saat Dodi pulang dari kerja, di jalan melihat kecelakaan. Sebuah mobil sedan menabrak seora

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 401. Kasmaran

    Anisa mengusir mereka dengan bercanda, "Sudah, jalan sana, nanti keburu magrib."Gita dan Dodi akhirnya berangkat menggunakan motor Anisa. Mereka berboncengan, menarik perhatian orang-orang di jalan karena penampilan mereka yang berbeda dari biasanya. Beberapa mencibir, tapi banyak juga yang memuji kecocokan mereka.Sesampainya di acara, suara musik orgen tunggal menyambut. Mereka disambut oleh tim penyambut tamu, dan beberapa orang langsung mengenali mereka, "Mbak Gita sama Mas Dodi? Wah, cocok banget!”Gita dan Dodi hanya tersenyum malu mendengar godaan-godaan itu. Setelah mengambil makanan, mereka duduk bersama dan menikmati hidangan. Sesekali mereka melirik satu sama lain dan tersenyum, tapi tidak bisa fokus karena hati mereka sama-sama berdebar.Setelah makan, Dodi mengajak Gita untuk memberikan amplop kepada pasangan pengantin. "Cepat menyusul kami ya!" ucap mempelai wanita, membuat Gita semakin tersipu."Kenapa semua orang berpikir kita pacaran?" tanya Gita saat mereka kembali

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 400. Ke Pesta Bersama

    Penjelasan Gita diterima, dan beberapa siswa bahkan membuka platform novel online untuk memeriksa kebenarannya. Mereka akhirnya paham bahwa kehidupan Gita dan Anisa telah berubah berkat kerja keras Gita.Sejak saat itu, tak ada lagi yang menuduh atau membicarakan Anisa dan keluarganya. Kabar tentang Gita yang menjadi penulis menyebar, dan kehidupan mereka menjadi lebih damai. Tidak ada lagi tuduhan atau hinaan dari Cindy dan teman-temannya.Hari itu, Gita merasa sangat lelah setelah seharian membersihkan rumah bersama Anisa. Malam harinya, ia mengalami sakit kepala yang parah. Anisa khawatir melihat suhu tubuh kakaknya yang sangat panas."Mbak Gita sakit, ya? Badannya panas sekali!" seru Anisa.Gita mengeluh, "Kepala Mbak sakit, tubuh juga rasanya ngilu-ngilu."Anisa segera memberi tahu Bu Mila, yang panik. "Tunggu sebentar, Anisa. Biar nenek menemui Mbak Nita.""Biar Anisa saja, Nek. Nenek tungguin Mbak Gita," ujar Anisa, langsung berlari ke rumah Nita. Mendengar kabar itu, Nita dan

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 399. Di Bully

    "Udah, jangan dilihat terus. Besok langsung dicoba aja," goda Nita, sambil tersenyum melihat Anisa yang terus memandangi motor barunya.Anisa tertawa kecil, benar-benar tidak menyangka dirinya bisa mendapatkan motor sebagus itu. Dia menoleh pada Gita, "Mbak Gita, terima kasih ya. Pasti mahal banget."Gita tersenyum dan menepuk tangan Anisa lembut, "Yang penting kamu senang, Anisa. Harga motor ini nggak ada apa-apanya dibanding kebahagiaan kamu.""Ya ampun, Mbak Gita! I love you deh!" Anisa memeluk kakaknya dengan rasa terima kasih."Makanya, jangan bandel. Kamu nggak kerja tapi dibeliin motor sama HP baru. Semangat belajar dan bantu-bantu di rumah, ya," Bu Mila mengingatkan."Siap, Nek! Anisa makin semangat," jawab Anisa riang, disambut tawa seluruh keluarga.Heru lalu berdiri, "Maaf, aku harus pulang. Toko nggak ada yang jaga lama-lama.""Aku juga pulang, nih," kata Nita sambil mengeluarkan kado kecil dari sakunya.Heru melihat kado itu dan tertawa, "Ya ampun, kado kamu kecil banget,

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 398. Kejutan

    Karena Anisa memang adik yang pengertian, meskipun hatinya sedikit terluka oleh ucapan kakaknya, dia tidak berani menjawab. Anisa mencoba mengerti, mungkin kakaknya sedang banyak pikiran atau lelah, jadi dia memilih untuk diam saja.Kemudian, Anisa beranjak dari kamar Gita untuk mencari neneknya, tetapi tidak menemukannya. Dia lalu pergi ke dapur dan membuka tudung saji. Ternyata tidak ada makanan apapun di meja. Bahkan di magic com pun tidak ada nasi. Anisa mendengus kesal, lalu kembali ke kamar Gita."Mbak, nenek nggak masak ya? Nenek pergi kemana?" tanya Anisa lagi.Kakaknya terlihat kesal, lalu melemparkan guling ke arah Anisa."Kamu itu manja banget sih! Kamu kan bisa masak sendiri, masak mie, ceplok telor, atau apa gitu. Nggak usah terus ngandelin nenek. Nenek lagi pergi ke rumah Bude dari tadi pagi, jadi nggak sempat masak. Kamu aja yang masak nasi, sana!” ujar kakaknya.Anisa merasa sedih melihat perubahan kakaknya yang tiba-tiba menjadi pemarah. Namun, dia tidak berani memban

  • Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan   Bab 397. Kenapa Kak Gita tiba-tiba berubah?

    “Ya Allah, ternyata ini pekerjaan Mbak Gita yang jarang diketahui orang. Pantas saja Mbak bisa membeli ini itu dan mengubah ekonomi keluarga. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Mbak bisa sehebat ini.”Gita mengangguk kemudian tersenyum kecil sambil melanjutkan untuk memberitahu Dodi tentang aplikasi-aplikasi novel miliknya.“Mungkin beberapa orang di kampung banyak yang membicarakan aku, tapi aku tidak mau peduli. Karena mereka juga tidak tahu apa yang aku lakukan sebenarnya. Yang terpenting bagiku adalah aku mencari pekerjaan secara halal dan ini merupakan anugerah serta rezeki dari Allah yang diberikan padaku. Aku telah diberi jalan untuk bisa mengubah ekonomi keluargaku.”Dodi mendongak, "Mungkin sebagian orang membicarakan keluarga Mbak karena mereka tidak tahu yang sebenarnya. Tapi benar kata Mbak, tidak usah dipedulikan. Bukankah Mbak tidak merugikan siapa-siapa? Mbak menulis dengan ide sendiri tanpa mengganggu orang lain.""Itulah yang sering dikatakan oleh Mbak Nita. Makany

DMCA.com Protection Status