"Tak ada hal lain yang bisa kita lakukan, aku akan menggunakan kekuatanku saat kita mendarat nanti," balas Austin.Tanpa memberi aba-aba, Austin langsung terjun ke bawah bersama dengan tubuh sang istri dipelukannya. Kenny terus berteriak saat tubuh berada di udara sambil memejamkan mata. Tangannya pun tak kalah erat membalas pelukan sang suami, ketakutan kian menguasai hatinya."Buka matamu, nikmati pemandangan ini," ucap Austin saat sang istri diliputi kecemasan yang sangat luar biasa. "Kau gila! Aku takut!" balas Kenny dengan berteriak.Austin menyunggingkan senyumnya, ia berhasil menekan gravitasi dengan kekuatan angin yang ia miliki. Saat ini Austin memilih mendarat di salah satu batang pohon besar di hutan itu. Pohon tertinggi yang dapat melihat keindahan kota Madripoor dari atas ketinggian."Bukalah matamu, aku akan menjagamu," pinta Austin lagi.Kenny memberanikan diri membuka matanya, ia tercengang saat diri sudah berada di atas batang pohon besar yang mampu menopang tubuh me
"Apakah kita akan mati di sini?" gumam Kenny takut."Tidak akan, kau tetap berada di dekatku," pinta Austin.Austin menajamkan penglihatnya di dalam goa yang penerangannya sangat minim. Lalu ia mengangkat telapak tangan dan mengeluarkan api untuk membantunya melihat sekitar. Matanya membola takjub saat melihat puluhan singa duduk dengan rapi begitu api telah menyala. Bahkan singa yang mengejarnya pun tak berkutik, hanya duduk sambil memandangi Austin."A-apa yang terjadi?" tanya kenny tak percaya dengan penglihatannya.Padahal belum lama ini para singa mengaum, menunjukkan taring dan menganggap mereka mangsa. Tak berbeda jauh dengan Austin, Kenny pun merasa bingung dengan situasi yang kini dihadapinya. Austin memberanikan diri mendekati singa bertubuh besar, masih dengan api yang menyala di tangannya. Singa pertubuh besar itupun bangkit dari posisinya, ia bejalan perlahan mengahampiri Austin dan Kenny yang kian mendekat. Tanpa diduga singa besar itu bersikap manja di bawah kaki Austi
"Sekte mereka sudah hancur karena peperangan, kemudian mereka yang selamat membentuk satu organisasi bernama Perneco. Tapi organisasi itupun sudah dilumpuhkan oleh Tuan Arthur karena membahayakan keselamatan dunia. Bahkan desa kami sempat mendapat pembataian dari organisasi itu, beruntung Tuan Arthur mau membantu kami," balas Tuan Aldrik. "Ternyata organisasi yang sama seperti yang Kakek ceritakan, apakah masih ada keturunan dari organisasi itu yang masih hidup?" tanya Austin. "Sepertinya tidak ada karena Tuan Arthur dan aku sendiri yang membinasakan semua keturunan mereka agar tak menjadi ancaman di masa depan," balas Tuan Aldrik yakin. "Semoga saja, aku jadi penasaran siapa dalang di balik kecelakaan kami. Jika bukan organisasi Perneco, maka siapa yang menaruh dendam pada kami?" gumam Austin masih bisa didengar Tuan Aldrik. "Apakah kalian sedang mengalami kesulitan? Kami bisa membantu jika diperlukan," ucap Tuan Aldrik. "Tidak ada, mungkin hanya kebetulan saja ada yang tak meny
"Baiklah, akan kupertimbangkan. Tapi aku masih belum paham dengan bencana yang anda katakan tadi, bisakah diperjelas?" tanya Autsin."Aku pun tak mengetahui siapa yang akan menjadi penyebab kehancuran itu, yang aku tahu hanya sebuah bencana dengan kekuatan besar yang akan memporak-porandakan bumi ini. Akupun yakin jika dirimulah yang bisa menyelematkan kami," balas Tuan Aldrik."Kenapa anda begitu yakin sekali?" tanya Austin masih dalam kebingungan. "Tanda dilehermu bersinar lebih terang dari tanda yang dimiliki Tuan Arthur. Karena itulah aku sangat yakin dengan dirimu, potensi kekuatan yang ada di dalam dirimu sungguh besar. Mungkin kau belum menyadarinya, tapi dengan menyempurnakan kekuatanmu di sini maka kau akan mengetahui sebesar apa kemampuanmu," balas Tuan Aldrik meyakinkan.Austin menganggukkan kepalanya saat mendengar penjelasan yang diberikan Tuan Aldrik. Ia pun paham apa yang di maksud pria tua yang ada di hadapannya. Tapi ia masih tak yakin dengan kemampuannya, belum lama
"Coba dulu, aku yakin jika istrimu akan mengerti," balas Tuan Arthur dengan keyakinanya.Keduanya masih setia menunggu bersama dengan kedua singa di sampingnya. Dua singa itu terlihat sangat patuh saat para keluarga Arthur membelai kepalanya. Bahkan singa betina yang berada di samping Tuan Arthur menunjukkan sikap manjanya."Kenapa juga dulu kalian tak ingin ikut denganku?" gumam Tuan Arthur dengan kesal."Mungkin karena kau tak setampan diriku, Kek," balas Austin sambil terkekeh."Kau bisa saja, aku akui jika wajahmu lebih tampan dariku," puji Tuan Arthur tanpa tersinggung dengan perkataan cucunya."Aku jadi tidak sabar melihat keturunanku yang lain, semoga dia tumbuh dengan baik di rahim ibunya," sambungnya lagi sengan doa kabaikan untuk penerusnya."Amien... Aku pun selalu berdoa untuk anakku," balas Austin.Groaar... Groaaar....Para singa mengaum dengan mengangkat wajahnya ke langit, rupanya para singa itu menunjukkan pada Austin dan Tuan Arthur bahwa ada tiga helikopeter yang be
"Kita harus ke rumah sakit sekarang, kau harus bertahan," ucap Austin dengan segala kepanikannya."Aku tidak kuat, rasanya ada yang membakar isi perutku!" teriak Kenny masih dengan kesakitannya.Tak menunggu waktu lama, Austin langsung mengangkat tubuh sang istri dan berlari ke luar kamar. Saat berada di dalam perjalanan menuju mobilnya, ia berpapasan dengan Tuan Jacob yang sedang bersantai di ruang keluarga."Apa yang terjadi?" tanya Tuan Jacob tak kalah panik dengan sang cucu."Entahlah, Kek, Perut Kenny seperti sedang terbakar. Aku harus cepat membawanya ke rumah sakit," balas Austin tanpa menghentikan langkahnya."Tunggu!" ucap Tuan Jacob menghentikan langkah Austin."Ada apa, Kek?" tanya Austin sedikit kesal Ia berpikir sang Kakek tak memahami kesulitannya saat ini."Kau bawa Kenny ke kolam renang, rendam tubuhnya di sana," perintah Tuan Jacob."Jangan bercanda, Kek! Mana mungkin aku mengabaikan rasa sakitnya dan membiarkannya berendam begitu saja di kolam renang," balas Austin k
"Dad-" ucapan Aurel terpotong karena dekapan dari tangan Lea di mulutnya. "Tuan," ucap Aurel meralat panggilannya pada Austin.Keceriaan yang tadi ia tampakkan kini berubah menjadi kesedihan, hal itu sangat ketara di wajah mungilnya. Lea tersenyum manis ke arah Austin, mengabaikan Kenny yang berada di sampingnya."Ayo kita pergi, aku sangat mengkhawatirkan keadaan Cloe," ucap Kenny sambil menarik tangan suaminya.Rasa iba pada Aurel karena kesedihan anak itu tergantikan karena sikap menyebalkan yang diampakkan oleh Lea. Austin mengikuti langkah sang istri, tapi langkah itu terhenti begitu saja karena pertanyaan yang keluar dari mulut Lea."Siapa Cloe?" "Peliharaan baruku," jawab Kenny ketus."Apakah aku boleh melihatnya juga? Aku sangat penasaran hewan seperti apa yang kau pelihara. Seingatku kau sangat tak menyukai hewan," ucap Lea lagi sambil bersedekap dada."Ikutlah, jika kau macam-macam aku akan menyuruh Cloe memangsamu," balas Kenny dengan nada kesal.Austin merasa serba salah
"Baiklah, aku yang salah. Lebih baik kita urus kepulangan mereka," ucap Austin mengalah pada istrinya.Kenny masih enggan beranjak dari posisinya, hingga akhirnya Austin meminta salah satu pengawalnya untuk mengurus segala keperluan para singa. Tak membutuhkan waktu lama, hingga akhirnya mereka pulang dengan iringan mobil yang membuat seisi kota Madripoor heboh.Bagaimana tidak? Mereka sangat terkagum-kagum dengan hewan buas yang ada di mobil khusus. Tubuh besar mereka terpampang nyata begitu saja di depan khalayak umum."Aku heran, mengapa tubuh Cloe bisa sebesar itu? Tidak seperti singa pada umumnya," tanya Kenny penasaran."Entah, aku juga tidak tahu. Mungkin dia adalah ras khusus," balas Austin."Rasanya aku ingin ke desa Tuan Aldrik lagi, di sana terasa asri dan nyaman," ucap Kenny sambil membayangkan kesejukan yang ia dapatkan dari desa tersebut. "Sebanarnya ada yang ingin aku sampaikan padamu, tapi aku ragu untuk mengatakannya," balas Austin bimbang.Sebenarnya ia tak ingin me