"Semua keturunan Arthur akan mati termasuk anak yang ada di dalam kandungan." Austin mengambil kertas yang dijatuhkan Kenny dan membacanya dengan suara lantang. Sontak Tuan Arthur dan Tuan Jacob terkejut saat mendengarnya, lebih terkejutnya lagi drone itu masuk begitu saja padahal kedua tetua sudah memberikan keamanan ketat di mansion itu. Austin langsung meraih tubuh Kenny yang kini bergetar hebat, ia memeluknya, memberikan ketenangan pada sang istri. "A-apakah itu benar? Apakah kita semua akan mati?" tanya Kenny dengan suara bergetar. "Tidak, tidak akan ada yang bisa menyentuh kita. Kau tenang saja, lebih baik kalian ke kamar, biar aku yang mencari tahu siapa yang mengirim drone ini ke sini," balas Tuan Arthur sambil meremas drone yang kini ada di cenkeramannya. "Tenanglah, ada kami di sini, kau dan anak kita akan baik-baik saja," timpal Austin sambil mengelus punggung istrinya. Kenny menganggukkan kepalanya, ia mengikuti langkah Austin menuju kamar. Dalam langkah itu terdapa
"Baik, Tuan," balas pengawal Arthur. Para wartawan berhamburan, mencari tempat berlindung dari tembakan yang terus mengarah ke arah mereka. Entah siapa pelaku yang ada di balik penembakan itu, yang pasti hanya ada satu orang yang terus memuntahkan peluru dari jarak jauh. "Tuan, ada sniper di gedung seberang." tunjuk pengawal Arthur saat melihat satu sniper tengah membidik Austin yang masih berada di ruangan itu.Tuan Arthur memokuskan penglihaatannya, lalu menunjuk dengan satu jari ke arah sniper itu. Bagai laser yang mematikan, garis cahaya biru meluncur mengarah ke tubuh sniper. Bidikan Tuan Arthur tepat mengenai kening sniper tersebut. Para hadirin dan para reporter terperangah dengan kekuatan Tuan Arthur yang diperlihatkan di hadapan publik. Sayangnya tak ada satupun reporter yang merekam aksi tuan Arthur, semua tertegun tanpa bergerak layaknya patung. "Ambil jasadnya, dan bawa padaku," perintah Tuan Arthur. Austin pun tak kalah takjub dengan kekuatan yang dimiliki kakeknya.
"Tak usah kau pikirkan, lebih baik kau kembali ke perusahaan. Hari ini ada pertemuan dengan klien baru, kita akan bekerjasama dengan mereka," ucap Tuan Arthur. "Baiklah, aku titip Kenny," balas Austin. Austin kembali ke perusahaan, tuan Arthur memberikan pengawalan ketat di mansion juga pada Austin, cucu kesayangannya. Pria muda itu kembali ke perusahaan hendak menghadiri rapat pertemuan dengan klien baru yang akan bekerjasama dengannya. Sampai saat ini Tuan Arthur tak memberitahu siapa klien itu, bahkan pria tua itu hanya mengetahui namanya saja, tidak dengan wajah klien yang akan ditemui Austin. Klien misterius yang selama ini tak pernah menunjukkan wajahnya di hadapan publik, kekayaan yang dimilikinya hampir setara dengan kekayaan Tuan Arthur. "Apakah Tuan Palmer sudah datang?" tanya Austin pada Peter. Peter yang bertugas menjadi asisten pribadi sudah memegang semua jadwal pekerjaan yang akan Austin lakukan. Bahkan Peter sendiri yang berkomunikasi pada asisten klien mereka. "
"Daddy!... aku sangat merindukanmu... apakah kau tak merindukanku?" tanya Aurel sambil berlari ke arah Austin. Lea hanya menatap anaknya saja, tak mengentikan langka kecilnya. Wanita itu sengaja datang karena sang anak terus merengek meminta untuk bertemu Austin. Terlebih ia tahu jika hari ini Austin berada di perusahaannya. "Ya... aku merindukanmu," balas Austin dengan wajah datar. Ia ingin menolak kedatangan anak kecil itu, tapi hati tak sanggup menyakiti seorang anak yang tak tahu menahu permasalahan orang dewasa. Austin hanya ingin menjauh agar Kenny tak berpikir buruk pada hubungannya dan Lea. Tanpa mereka sadari, Kenny yang merasa bosan sedang dalam perjalanan menuju perusahaan. Wanita itu sangat mencemaskan suaminya, bahkan ia meminta Tuan Arthur untuk mengantarnya. Tentu Tuan Arthur tak menolak permintaan Ibu hamil itu. "Maaf Nyonya, anda tidak diperbolehkan masuk," ucap karyawan yang duduk di depan ruangan Austin. Kenny mengerenyitkan keningnya, ia hanya berjalan sendir
"Seperti yang kalian lihat, hanya kekuatan otot biasa," balas Tuan Palmer. Austin tak percaya dengan perkataan Tuan Palmer, ia merasa Tuan Palmer memiliki kekuatan yang sangat luar biasa di tubuhnya. Tak sembarang orang yang mampu menghentikan mobil begitu saja, bahkan hanya dengan satu tangan. "Sekali lagi aku berterima kasih padamu," ucap Austin lagi. "Tunggu!... Kalian akan datang ke pesta ulang tahun adikku kan? Aku akan sangat berterima kasih jika kalian berkenan datang ke Gotham malam ini," tanya Tian Palmer. Madripoor City dan Gotham City hanya berjarak beberapa ratus kilometer saja. Kedua kota itu bertetanggaan, bahkan bisa ditempuh dengan menggunakan mobil. "Baiklah, akan aku usahakan datang malam ini," balas Austin. Pria itu berniat tak akan datang ke acara pesta yang menurutnya tak penting, tapi aksi Tuan Palmer membuatnya merasa berhutang budi. Kenny yang ada di samping Austin hanya mendengarkan saja. Ia menundukkan tubuhnya pada tuan Palmer saat Austin membawanya m
"Apa yang terjadi?" tanya Austin saat melihat wajah kesal Kenny. "Apakah kau tak ingin mengklarifikasi siapa diriku di hadapan mereka? Mereka menganggapku simpananmu," tanya Kenny dengan wajah kesal. Austin mengembuskan napasnya, entah kesialan apa yang ia dapatkan, hingga Lea dan anaknya menghadiri acara ulang tahun adik Tuan Palmer. Terlihat Lea sedang berbincang dengan tamu lainya, bahkan tak sedikit tamu wanita menatap sinis ke arah Kenny. Keributan di kantor tadi membuat banyak karyawan yang berasumsi dengan pemikirannya sendiri. Bahkan tak sedikit dari mereka yang bergosip, dan memberikan berita tak akurat pada wartawan. "Selamat datang, Tuan Arthob. Senang melihatmu di sini," sapa salah satu tamu pria dengan pakaian perlente. "Ya... terima kasih," balas Austin. "Siapa wanita cantik di sebelah anda? Bolehkan kita berkenalan?" tanya pria itu mengulurkan tangannya pada Kenny. "Dia istriku!" timpal Austin menarik pinggang Kenny ke arahnya. "Istri? Bukankah dia istri dan ana
"Pembangunan hotelmu mengalami kekacauan, aku akan ke sana, kau tunggulah di sini," ucap Austin saat Kenny keluar dari kamar mandi.Kenny mengerenyitkan kening dan menghentikan pergerakan tangan yang sedang mengeringkan rambutnya. "Apa yang terjadi? Kekacauan apa?" tanya Kenny penasaran."Pembangunan gedung B mengalami kegagalan, Tuan Jack baru saja menelponku. Aku akan ke sana membantu para korban yang tertimbun.""Aku ikut!" ucapnya cepat."Tidak! Kau tunggu di sini. Di sana bahaya," tolak Austin.Mau tak mau Kenny mematuhi larangan sang suami, Austin hanya ingin Kenny dan anak yang ada di dalam kandungan sang istri baik-baik saja. Austin menarik pinggang Kenny dan mengecup keningnya sebelum meninggalkan Royal Gold hotel.Austin menuju pembangunan hotel Thomson dengan mobil yang telah disediakan hotel, bahkan ia mengemudikan mobil itu sendiri. Sepanjang perjalanan tak hentinya ia memantau perkembangan di lokasi memalui ponsel yang terhubung dengan Tuan Jack.Tak membutuhkan waktu la
"Tak ada hal lain yang bisa kita lakukan, aku akan menggunakan kekuatanku saat kita mendarat nanti," balas Austin.Tanpa memberi aba-aba, Austin langsung terjun ke bawah bersama dengan tubuh sang istri dipelukannya. Kenny terus berteriak saat tubuh berada di udara sambil memejamkan mata. Tangannya pun tak kalah erat membalas pelukan sang suami, ketakutan kian menguasai hatinya."Buka matamu, nikmati pemandangan ini," ucap Austin saat sang istri diliputi kecemasan yang sangat luar biasa. "Kau gila! Aku takut!" balas Kenny dengan berteriak.Austin menyunggingkan senyumnya, ia berhasil menekan gravitasi dengan kekuatan angin yang ia miliki. Saat ini Austin memilih mendarat di salah satu batang pohon besar di hutan itu. Pohon tertinggi yang dapat melihat keindahan kota Madripoor dari atas ketinggian."Bukalah matamu, aku akan menjagamu," pinta Austin lagi.Kenny memberanikan diri membuka matanya, ia tercengang saat diri sudah berada di atas batang pohon besar yang mampu menopang tubuh me