"Apakah pria bodoh itu sudah pergi?" tanya Tuan Arthur pada asistennya."Sudah Tuan. Dia tak menyadari jika kita sedang menjebaknya," balas Ramon, asisten kepercayaan Tuan Arthur."Biarkan saja, aku ingin bermain-main dengannya dulu, kau terus awasi pergerakannya. Aku yakin jika ia mengetahui Austin masih hidup pasti ia akan membuat rencana lainnya untuk membinasakannya."***"Kenapa kau terlihat senang sekali?" tanya Lois saat mengunjungi kediaman Jacob."Tentu saja aku senang, aku baru saja menandatangani perjanjianku dengan Arthur Company. Sebentar lagi Jacob Company akan melebarkan sayap dan menjadi penguasa prekonimian di dunia," balas Robert sambil tertawa bahagia."Bodoh! Sudah berapa kali aku bilang jangan berurusan dengannya, kau tak tahu siapa Arthur sebenarnya, kau sedang dalam bahaya," ucap Lois cemas."Kau salah, justru ia memberikanku banyak keuntungan. Aku tak percaya jika pria berwibawa sepertinya mampu menipuku. Lagi pula untuk apa dia menipuku? Aku tak pernah memilik
"Tidak mungkin mereka seperti itu, Kek." Kenny terkejut saat mendengar ucapan Tuan Thomson tentang rencana kerabat yang akan menjatuhkannya dari kursi kepemimpinan. "Kakek juga tak menyangka, Kakek harap kau bisa bekerjasama dengan kami. Setelah ini kami akan membawa Austin ke kediaman Arthur, kau tidak keberatan bukan?" tanya Tuan Thomson.Kenny terdiam sejenak. "Baiklah, jika itu yang terbaik aku akan bekerjasama dengan kalian.""Bagus kalau begitu, Kakek pastikan saat rapat dewan direksi Austin akan pulih dan menampakkan dirinya lagi."Kebingungan hadir dalam benak Kenny, sebenarnya ia masih belum mengerti apa hubungan Austin dan masalah perusahaan yang akan terjadi nanti."Tunggu, Kek. Apa hubungannya Austin dengan masalah perusahaan kita? Bukankah semua ini tak ada sangkut paut dengannya?" Kenny pun menanyakan kebingungan yang ia rasakan."Jika sudah saatnya kau pun akan tahu, Austin yang akan menarikmu keluar dari masalah itu," balas Tuan Thomson tanpa menjelaskan detailnya.Ke
"Nyonya, proyek Sanla mengalami masalah lagi. Ada berita yang beredar jika kau menggunakan uang proyek itu untuk keuntungan dirimu sendiri. Para pemegang saham mempertanyakan itu semua padaku hari ini," ucap asisten Kenny begitu ia sampai di ruang kerjanya.Kenny mengambil laporan keuangan yang ada di tangan asistennya, ia melihat begitu banyak pengeluaran yang tak semestinya dan masuk ke dalam rekening pribadinya. Kenny terkejut dengan apa yang ia lihat, sontak ia bergegas mengecek mutasi rekening miliknya."Mengapa bisa seperti ini? Bagaimana cara mereka melakukannya?" gumam Kenny.Hal yang tak biasa terjadi padanya, Dora dan sang Ibu memanipulasi berkas perjanjian yang Kenny dan Antonio tanda tangani. Antonio adalah rekan bisnis Kenny dalam pembangunan proyeek di Sanla. Tanpa Kenny ketahui Dora dan ibunya sudah membuat rencana sematang mungkin demi menjebaknya.Bantuan yang diberikan Robert pun membuahkan hasil. Para pemegang saham mempertanyakan bukti transfer yang mengarah pada r
"Kalau aku bagian dari mereka untuk apa aku membantumu keluar dari masalah itu? Tentu saja aku tak akan menghancurkanmu," balas Wilson. Kenny mengerutkan kening, menatap penuh tanya niat Wilson yang sebenarnya. Wilson pun tersenyum saat melihat ketidak percayaan Kenny pada ucapannya. "Kenapa kau memandangku seperti itu? Apakah kau tak percaya denganku?" tanya Wilson. "Bukan aku tak percaya, kau tahu sendiri masalahku cukup rumit. Aku tak yakin kau bisa membantuku," balas Kenny. "Keluargaku bisa membantumu dengan satu syarat yang sangat mudah." "Keluarga?" "Ya, aku Wilson Jacob, pewaris Jacob Company di Madripoor City. Kau pasti mengenal nama keluargaku." Wilson menyebutkan nama Jacob dengan penuh kebanggaan. Kenny pun terkejut dengan apa yang ia dengar. Keluarga besar seperti Jacob memang bisa membantunya keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Tapi ia ragu untuk menerima bantuan Wilson dengan persyaratan yang tak ia ketahui. "Apa syaratnya?" tanya Kenny memecah rasa penasar
"A-apa yang kau katakan?" ucap Kenny terkejut dengan apa yang Austin katakan."Seperti yang kalian dengar barusan, pria ini yang tak lain suami Kenny adalah pemilik saham terbesar di Thomson Company," timpal Tuan Thomson.Semua mata memandang tak percaya pada perkataan Tuan Thomson, terlebih lagi Austin datang dengan menggunakan pakaian casual. Mata para anggota dewan memandang lekat wajah pria yang katanya pemegang saham terbesar."B-bagaimana mungkin, Kek? Bukankah pria miskin ini sudah meninggal? Dan bagaimana mungkin pria yang baru saja dipungut Nenek menjadi pemegang saham terbesar? Bahkan lebih besar dari saham yang keluarga kita miliki," balas Dora yang tak percaya dengan kenyataan."Tentu saja mungkin, semula saham itu adalah milikku dan aku memberikan seluruh saham Thomson yang aku miliki untuknya, apakah ada yang keberatan?" Tuan Arthur masuk dan mengeluarkan kebenaran, ia memang telah memberikan hak penuh atas saham yang ia miliki untuk Austin. Kenny pun menatap Austin dan
"Baiklah jika kau lupa apa saja perbuatan buruk yang kau lakukan. Aku akan membantumu mengingatnya," ucap Asutin.Tubuh Dora bergetar hebat saat mendengar ucapan Austin, ia duduk dengan gelisah sambil meremas pena yang ada di tangannya. Tatapannya pun penuh rasa penasaran, bagaimana cara Austin membongkar perlakuan buruknya pada Kenny?"A-apa yang ingin kau lakukan?" tanya Dora tergugup.Kenny pun merasa bingung dengan apa yang akan Austin lakukan, tak hanya Kenny, para anggota dewan yang lain pun menatap Austin dengan penuh rasa penasaran. Austin tersenyum saat melihat kegugupan Dora juga kebingungan anggota dewan."Masuk!" teriak Austin tanpa mengalihkan pandangannya pada Dora.Dua pria dengan wajah yang sudah dipenuhi luka masuk ke dalam ruang rapat, tangannya masih diamankan oleh para pengawal agar mereka tak membuat kekacauan. Sontak Dora mengerenyit heran dengan apa yang ia lihat, ia tak mengenal kedua pria yang sedang memasuki ruang rapat."Apakah kau mengenal mereka?" tanya Au
"Bukan apa-apa Kek. Mungkin Kenny lelah jadi berbicara sembarangan. Tidak mungkin aku memiliki kekuatan," timpal Austin menjawab pertanyaan Tuan Thomson. Kenny ingin membuka suara menjawab pertanyaan Tuan Thomson, tapi Austin lebih dulu merangkul pundaknya. Austin pun menekan sedikit pundak Kenny sebagai tanda agar Kenny tak melanjutkan ucapannya. Tentu Kenny paham maksud pergerakan Austin."M-maksudku kekuatan untuk mencari tahu kecurangan yang dilakukan Dora, Kek," balas Kenny."Aku pikir kau benar memiliki kekuatan. Yasudah, lebih baik kita pulang dan beristirahat," ucap Tuan Thomson.Mereka pun pulang menuju rumah, Tuan Arthur pun mengikuti mereka untuk berkunjung ke rumah Thomson. Ia ingin menghabiskan waktu dengan cucu kesayangan yang masih dirahasiakannya. Begitu sampai di rumah, Mandy, Ibu Dora sudah menghadang mereka dengan wajah mengeras. "Apa yang kalian lakukan dengan putriku? Apakah kalian sudah tak menganggap kami keluarga lagi?" tanya Mandy sambil berteriak."Kau haru
"Tidak, Tuan. Yang aku katakan adalah kebenaran. Aku pun tak mengerti bagaimana pria tak berguna itu menjaadi pemilik saham terbesar. Aku mohon, bantu aku membebaskan putriku, Tuan," mohon Mandy sambil berlutut."Kau keluarlah dulu, aku akan mencoba membebaskan putrimu," balas Robert.Jawaban Robert membuat Mandy merasa lega, ia keluar sambil memegangi dadanya. "Kau akan keluar sayang, dan kita akan membalaskan dendam ini pada mereka," gumam Mandy sambil keluar dari ruangan Robert.Robert merasa usahanya untuk membunuh Austin menjadi sia-sia. Dengan bodoh ia menelpon bawahannya untuk membebaskan Dora dari balik jeruji besi. Ia melupakan perjanjiannya dengan Tuan Arthur untuk tak menyentuh dan mencampuri urusan Thomson."Bebaskan Dora dari penjara Racoon City!" perintahnya pada sang bawahan.Ia melanjutkan pekerjaannya tanpa memikirkan masalah Dora dan ibunya. Baginya membebaskan orang dari penjara bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Ia tak memikirkan bagaimana cara menghadapi Tua
"Semoga dia sudah tiada, aku ingin hidup dengan damai bersamamu dan juga putra kita," ucap Kenny penuh harap. Kenny membiarkan suaminya untuk beristirahat, sedangkan ia menunggu dengan tenang di dalam ruangan itu. Edward mulai membantu para pengawal untuk merapikan kota. Begitu juga dengan Tuan Arthur dan Peter. Meski kerusakan terlalu parah di Madripoor city, tapi mereka bisa mengendalikannya. Belum lagi kekayaan Nick yang sudah terendus oleh Tuan Arthur dan juga Peter. Keduanya mengambil alih semua perusahaan juga aset, lalu menjualnya atas persetujuan pemerintah setempat. Selama ini Nick dan juga putranya bersembunyi di perbatasan kota dengan penyamaran. Bahkan perusahaan besar atas nama Palmer bisa berdiri dengan megah tanpa terendus oleh Tuan Arthur dan pengawalnya. Keduanya menjadikan kekayaan Nick untuk memperbaiki kota, memberikan santunan pada para keluarga yang terluka juga berduka. Membangun kembali tata kota yang telah dihancurkan oleh Nick Perneco. "Pantas saja dia bi
"Tenanglah sayang, suamimu pasti akan selamat. Tuhan pasti akan membantunya," ucap Julie. Julie meraih tubuh anaknya dan menuntunnya ke bangku panjang di depan ruang tindakan. Kenny masih saja menangis dan terisak di dalam dekapan sang Ibu. Membuat Tuan Edward pun merasakan kesedihannya. Hingga tak berselang waktu lama Nyonya Aldrik keluar dengan tersenyum. Ia menghampiri Kenny dan memeluknya. "Tenanglah sayang, suamimu baik-baik saja. Dia hanya pingsan karena energinya terkuras habis. Lebih baik kita bawa suamimu ke ruang rawat sekarang," ucap Nyonya Aldrik menenangkan Kenny. "Benarkah Nyonya?" tanya Kenny sambil menghapus air matanya. "Untuk apa aku berbohong, sekarang para perawat sedang bersiap untuk membawa suamimu ke ruang rawat. Mintalah para pengawalmu untuk mengambil pakaian ganti," balas Nyonya Aldrik yang membuat hati Kenny, Julie juga Tuan Edward merasa lega. "Syukurlah, tidak ada yang harus kita cemaskan. Aku sudah panik saat melihatnya mengeluarkan banyak darah. Ak
"Sudah saatnya kau menyusul putramu," ucap Austin. "Kau membunuh putraku?! Berengsek!" maki Nick dengan tatapan penuh amarah. "Mungkin sekarang dia sudah merengang nyawa karena kekejaman pasukanku," ucap Austin sambil menyeringai. "Berengsek! Kau yang harus mati lebih dulu!" Nick langsung berdiri, memusatkan perhatiannya pada Austin lalu mengeluarkan tembakan api yang sangat luar biasa. Austin yang sudah memokuskan kekuatan juga pikirannya melompat tinggi ke udara untuk menghindari serangan Nick. Tanpa menunggu lama Austin langsung menggerakkan tongkat naga di tangannya. Serangannya tepat sasaran, kekuatan yang ia keluarkan membuat Nick tak berkutik. Belenggu darah yang ia keluarkan sama deperti Palmer saat ia menangkapnya. "Berengsek! Kekuatan apa ini?" tanya Nick terkejut dan terus berusaha melepas belenggu benang darah yang melilit tubuhnya. "Bergeraklah terus dan kau akan menyusul kematian putramu," balas Austin terkekeh. "Tapi tenang saja, aku tak akan memberimu kematian y
"Bersiaga!" perintah Austin saat melihat rombongan Perneco mulai memasuki hutan. Tuan Edwar memberikan keamanan CCTV di dekat markasnya. Semua itu untuk berjaga jika ada penyusup datang, bahkan alarm pendeteksi pun telah ia pasang untuk memberikan peringatan pada pasaukannya untuk bersiap. "Terima kasih karena kau telah mengantar nyawamu sendiri ke sini," gumam Austin sambil melihat layar yang ada di hadapannya. Pria tampan nan gagah itu turun dan menunggu Nick di gerbang markas. Ia tak akan membiarkan Nick dan pasukannya memasuki markas, apalagi menghancurkannya. Niatnya hanya menggiring Nick ke padang gersang dan membunuhnya tanpa menumbulkan kekacauan lebih. "Dad, lebih baik siagakan pasukan di depan markas. Sisakan untuk berjaga di dalam. Aku akan memastikan untuk menggiring Nick ke padang gersang," pinta Austin. "Kau tenang saja, pasukanku akan menahan mereka di sini. Kau fokus saja dengan misimu, habisi pria berengsek itu agar tak menjadi racun di kehidupan Max nanti," bala
"Apa maksudmu?" tanya Palmer takut.Ia menatap ngeri pada Austin yang kini sudah ada di hadapannya. Austin menyeringai puas melihat ketakutan Palmer, ia menjulurkan tangannya hendak meraih wajah Palmer. Tapi pria itu lebih dulu meludahi wajah Austin, hingga tanpa sadar Austin mencekik dan membuat kekuatannya keluar begitu saja."Aaa!...." erangan kesakitan terdengar di pendengaran yang lain. Hingga Austin melepaskan tangannya, karena kekesalannya itu leher Palmer terbakar. Pria itu tak kuasa menahan rasa sakitnya, bahkan tangan tak sanggup bergerak untuk menyentuh area leher."Berengsek!" maki Palmer di tengah erangannya.Austin menatap Palmer dengan penuh kebencian, ia keluar dan membasuh wajahnya yang terkena air liur pria di dalam sana. "Siksa dia semau kalian! Bersenang-senanglah dengan tubuhnya," perintah Austin pada anak buah Tuan Edward. "Baik Tuan," balas mereka."Ingat, jangan berikan kematian yang mudah padanya. Buat dia memohon kehidupannya," ucap Austin lagi memperingati
"Cepat masuk! Jangan banyak bicara!" bentak penjaga penjara. Pria bertubuh kekar itu mendorong tubuh Plamer dengan senjata laras panjang di tangannya. Austin menyeringai saat tubuh Palmer dipenjarakan di penjara khusus. "Sejak kapan Daddy memiliki penjara khusus seperti itu?" tanya Austin melihat oenjara yang hampir sama seperti penjara buatan Robert dulu. "Sudah lama, biasanya penjara itu dipakai untuk penjahat kelas tinggi. Semua itu untuk menghalaunya mencapatkan signal dan meminta bantuan dari kerabatnya," balas Tuan Edward. "Apakah penjara itu juga tahan api?" tanya Austin lagi. "Sepertinya begitu, aku membuatnya khusus menggunakan besi tebal. Agar mereka tak bisa menghancurkannya. Bahkan lantainya pun terbuat dari besi yang sama agar mereka tak bisa mengelabui kami," balas Tuan Edward. "Kau sungguh luar biasa Dad," puji Austin."Ayo kita ke lantai atas. Lebih baik kita bersantai di sana sejenak sebelum kembali ke kota," ajak Tuan Edward. Austin dan Tuan Arthur menganggukk
"Dad, kau punya markas?" tanya Kenny terkejut. Tuan Edward menganggukkan kepalanya pada Kenny. Ia tak ingin menutupi apa pun dari sang putri. "Benar, Daddy punya pasukan sendiri di sini yang dikhususkan untuk menjaga kekuarga kita. Semua itu Daddy buat untuk melindungi kalian. Tak bisa dipungkiri jika perusahaan Thomson mengundang banyak orang untuk melakukan kejahatan. Bahkan dulu ada banyak orang yang mengincarmu," balas Tuan Edward. Julie yang berada di sana pun tercengang, ia tak menyangka jika suami yang selama ini ia hinakan juga memiliki kekuatan di belakangnya. Rasa bersalah itu menyelimuti hatinya, Julie tertunduk malu dengan sikap yang ia berikan dulu pada suaminya. "Aku masih tak menyangka, kalian para pria terlalu banyak rahasia," gumam Kenny sambil menggelengkan kepalanya. "Semua itu untuk melindungi keluarga yang dikasihi. Sekarang kalian masuklah ke dalam, kami ingin ke markas daddymu," perintah Tuan Arthur pada Kenny dan Julie. Keduanya mengangagguk, Kenny membaw
"Tunggulah kehancuranmu," gumam Austin saat mengendarai mobilnya. Ia memilih untuk mengendarai mobilnya sendiri, melesat dengan para mengawalnya di belakang. Bahkan tak ada satu kendaraan pun yang bisa menghalau perjalanannya menuju kediaman Dora. Perumahan mewah dengan pengaman ketat bahkan tak mampu menghentikan rombongan Austin. Mereka tunduk saat tahu siapa yang memasuki kawasannya. "Bodoh sekali, bersembunyi di tempat seperti ini," maki Austin begitu melihat banyak penjagaan di depan rumah Dora. "Lumpuhkan mereka semua dalam diam," perintah Austin karena tak ingin membuat kegaduhan di lingukungan itu. Tapi sayang, kedatangan rombongannya sudah terendus oleh pengawal Palmer. Mereka sudah bersiaga di depan rumah dengan senjata di tangannya. Berbeda dengan Palmer yang saat ini sedang bermain gila dengan Dora. Mereka masih memacu kenikmatan sampai suara tembakan mengalihkan kegiatan mereka. "Berengsek! Apa yang terjadi?" maki Plamer tanpa menghentikan kenikmatannya. Gerakanny
"Benarkah mereka mengikuti kita sampai ke sini?" tanya Kenny cemas ambil membekap Max yang masih menatap ke arah jendela. Austin mengangguk, tak menutupi apa yang baru saja ia lihat. Pria itu langsung keluar melompati jendela dan melihat penyusup yang baru saja meregang nyawa. Austin melihat pergelangan tangan mereka, dan benar saja, inisial P ada di sana. "Perneco tidak main-main dengan dendamnya," gumam Austin. "Pengawal!" teriak Austin memanggil pengawalnya yang berjaga. Paraengawal berlarian ke arahnya, lalu tercengang melihat dua musuh yang sudah tak memiliki nyawa. Mereka menunduk, meminta maaf pada sang Tuan karena kelalaian yang mereka lakukan. "Maafkan kami Tuan, kami sangat ceroboh," ucapnya memohon ampunan. Mereka masih menundukkan wajah sebelum Austin memberikan pengampunanya. "Berjagalah, Perneco pasti akan datang lagi, bereskan mayat ini. Beruntung anakku menyadari kedatangannya," balas Austin lalu pergi dari hadapan mereka. "Baik, Tuan," balas mereka bersamaan.