"A-aku sebenarnya, sebenarnya...."Austin masih menggantung ucapannya, ia tak berani mengatakan pada Kenny bahwa ia memiliki kekuatan di dalam tubuh. Rasa takut kehilangan begitu mendominan di hati, hingga lidah keluh untuk melanjutkan ucapannya."Sebenarnya apa? Siapa kau?" tanya Kenny lagi dengan perasaan takut yang luar biasa.Kenny pun menangkap kegugupan Austin hingga ia berdiri dan siap pergi dari hadapan Austin. Pergerakan Kenny membuat Austin merasa bingung, ia bimbang dengan apa yang ingin ia lakukan. Austin mendekati Kenny, tapi Kenny mendorong tubuh Austin agar menjauh darinya. Kenny keluar dari kamar dengan berlari, tangannya pun setia memegangi lengan yang baru saja Austin obati. Austin melihat ketakutan itu, ia mengembuskan napas melihat kepergian Kenny. "Sepertinya aku harus bersiap pergi dari rumah ini," gumamnya putus asa.Austin pun keluar kamar mencari keberadaan Kenny. Deru mesin mobil mengema di telingan hingga ia berlari hendak menahan kepergian Kenny. Austin a
"Ya, aku masih hiduP! Kau gagal membunuhku," balas Austin.Austin masuk ke dalam gedung terbengkalai, ia melihat Kenny terikat di kursi dengan mata yang sudah ditutup, juga mulut yang sudah disumpal dengan kain agar tak bersuara. Tatapanya tajam menghunus lawan bak pedang. Tangan mengepal menahan amarah karena perlakuannya pada Kenny."Monster sepetimu ternyata sulit sekali dihabisi," ucap Robert.Ya, yang menculik Kenny adalah Robert, pamannya sendiri. Tak ada kasih di hati sang paman, yang ada hanyalah kebencian dan dendam yang tak akan pernah habis."Lepaskan dia, atau kau tahu sendiri apa yang mampu aku lakukan pada kalian!" pinta Austin.Robert tertawa terbahak-bahak mendengar ancaman yang dikeluarkan bibir Austin. "Lakukan saja, kita mati bersama di sini bersama dengan istrimu."Tak ada pergerakan di tubuh Kenny hingga Austin menaruh curiga pada Robert. "Kau apakan istriku?""Tenang saja, ia sudah aku berikan obat tidur, aku pun tak ingin wanita sialan ini tahu kalau kau keturun
"Kalian bawa wanita itu ke rumah sakit," ucap Tuan Arthur.Tuan Arthur sengaja datang ke kediaman Thomson karena ada hal yang ingin ia bahas dengan Tuan Thomson. Tapi ia mendapatkan kabar buruk dan bergegas menyelematkan Kenny Juga Austin.Ledakan yang barusan terjadi adalah ulah Tuan Arthur, ia melindungi Austin dari ledakan itu dengan pusaran angin yang mengelilinginya hingga api tak mengenai mereka.Austin mendapat dua tembakan di bagian lengan dan dadanya. Kesadarannya telah hilang, dan membuat Tuan Arthur merasa cemas. Beruntung Tuan Arthur datang sebelum kekuatan Austin keluar, jika kekuatannya keluar maka Austin tak akan bisa menyelamatkan dirinya sendiri.Robert sengaja menjebak Austin ke gedung penyimpanan minyak, ia paham dengan kekuatan Austin. Kenny yang berada di luar berteriak histeris saat mengetahui Austin berada dalam bahaya. Kesadarannya pun hilang dan tubuh tergeletak di samping mobil Austin."Baik, Tuan," balas salah satu pengawal Arthur.Mereka membawa Austin dan
"Bagaimana dengan keadaan Austin?" tanya Kenny begitu ia sadarkan diri. "Dia masih di ruang operasi, kau sebaiknya tak usah memikirkan dia, pria pembawa sial sepertinya tak perlu kau khawatirkan," balas Julie yang masih tak menyukai Austin. Kenny tak mendengarkan perkataan ibunya, ia melepas jarum infus di tangan dan berjalan keluar mencari keberadaan Austin. Rasa cemas melingkupi hati, ia tak memperdulikan tubuh lemahnya, ia sangat mengkhawatiran keadaan Austin. "Mengapa kau berlari seperti itu?" Tanya Tuan Thomson saat melihat sang cucu berlari medekatinya. "Bagaimana keadaannya, Kek?" tanya Kenny cemas. "Masih belum ada kabar, ia masih di dalam. Lebih baik kau kembali ke kamarmu, biar kami yang menunggunya di sini," balas Tuan Thomson. Kenny menggelengkan kepala tak ingin menuruti perintah sang Kakek, ia ingin menunggu Austin dan mendengar sendiri bagaimana keadaannya. Austin terluka karena menolongnya, hatinya tersentuh dengan apa yang Austin lakukan padanya. Tak ada yang
"Maaf, aku tak sengaja," ucap Kenny sambil menarik tangannya.Austin tersenyum dan memunim air yang ada di tangannya, Kenny pun merasa salah tingkah berhadapan dengan Austin. Tanpa mereka sadari Tuan Thomson dan Tuan Arthur melihat interaksi mereka dari luar jendela, mereka terkekeh melihat tingkah lucu para cucunya."Mereka mengingatkanku saat muda dulu," ucap Tuan Arthur.Tuan Thomson terkekeh. "Baru kali ini aku melihat mereka bersikap aneh, semoga sudah ada cinta di hati mereka dan memberikan cucu untukku," ucap Tuan Thomson."Aku perhatikan wajahmu terlihat lelah sekali, apakah ada hal buruk yang terjadi?" tanya Tuan Arthur."Hanya masalah perusahaan biasa, bukan masalah besar," balas Tuan Thomson."Jika kau mengalami kesulitan kabari aku, aku akan dengan senang hati membantumu." Tuan Arthur merangkul pundak Tuan Thomson.Belum ada seminggu Austin sudah dua kali masuk rumah sakit, dan itu membuat Tuan Arthur memutuskan tinggal di Racoon City untuk sementara waktu. Ia menginap di
"Apakah aku harus mengenalmu?" tanya Tuan Arthur sambil tertawa.Ia merasa Robert sangatt bodoh karena tak menyadari situasinya saat ini. Tuan Arthur menggenggam nyawa Robert di tangannya, ia sudah mengunci semua pergerakan Robert, baik kehidupan pribadi maupun perusahaannya."Apa yang kau inginkan?" tanya Robert tanpa berbasa-basi."Aku tertarik untuk bekerjasama denganmu, aku yakin kau pasti tak akan menolaknya," ucap Tuan Arthur sambil memandang remeh Robert."Wah ... Bagus sekali caramu mengajak kerjasama denganku! Kau pikir kau siapa bisa mengacaukan perusahaanku?!" Robert tak terima dengan apa yang dilakukan Tuan Arthur."Kau sungguh tak mengenalku?" tanya Tuan Arthur sambil menghampiri Robert dan merangkul pundaknya.Sontak tubuh Robert bergetar karena aura yang dikeluarkan Tuan Arthur. Ia sungguh tak mengenal siapa Tuan Arthur karena memang beliau tak pernah menampakkan wajahnya pada media. Robert pun tak mengikuti perkembangan berita, ia sibuk mengurusi Austin dengan niat mem
"Apakah pria bodoh itu sudah pergi?" tanya Tuan Arthur pada asistennya."Sudah Tuan. Dia tak menyadari jika kita sedang menjebaknya," balas Ramon, asisten kepercayaan Tuan Arthur."Biarkan saja, aku ingin bermain-main dengannya dulu, kau terus awasi pergerakannya. Aku yakin jika ia mengetahui Austin masih hidup pasti ia akan membuat rencana lainnya untuk membinasakannya."***"Kenapa kau terlihat senang sekali?" tanya Lois saat mengunjungi kediaman Jacob."Tentu saja aku senang, aku baru saja menandatangani perjanjianku dengan Arthur Company. Sebentar lagi Jacob Company akan melebarkan sayap dan menjadi penguasa prekonimian di dunia," balas Robert sambil tertawa bahagia."Bodoh! Sudah berapa kali aku bilang jangan berurusan dengannya, kau tak tahu siapa Arthur sebenarnya, kau sedang dalam bahaya," ucap Lois cemas."Kau salah, justru ia memberikanku banyak keuntungan. Aku tak percaya jika pria berwibawa sepertinya mampu menipuku. Lagi pula untuk apa dia menipuku? Aku tak pernah memilik
"Tidak mungkin mereka seperti itu, Kek." Kenny terkejut saat mendengar ucapan Tuan Thomson tentang rencana kerabat yang akan menjatuhkannya dari kursi kepemimpinan. "Kakek juga tak menyangka, Kakek harap kau bisa bekerjasama dengan kami. Setelah ini kami akan membawa Austin ke kediaman Arthur, kau tidak keberatan bukan?" tanya Tuan Thomson.Kenny terdiam sejenak. "Baiklah, jika itu yang terbaik aku akan bekerjasama dengan kalian.""Bagus kalau begitu, Kakek pastikan saat rapat dewan direksi Austin akan pulih dan menampakkan dirinya lagi."Kebingungan hadir dalam benak Kenny, sebenarnya ia masih belum mengerti apa hubungan Austin dan masalah perusahaan yang akan terjadi nanti."Tunggu, Kek. Apa hubungannya Austin dengan masalah perusahaan kita? Bukankah semua ini tak ada sangkut paut dengannya?" Kenny pun menanyakan kebingungan yang ia rasakan."Jika sudah saatnya kau pun akan tahu, Austin yang akan menarikmu keluar dari masalah itu," balas Tuan Thomson tanpa menjelaskan detailnya.Ke