"Bagaimana dengan keadaan Austin?" tanya Kenny begitu ia sadarkan diri. "Dia masih di ruang operasi, kau sebaiknya tak usah memikirkan dia, pria pembawa sial sepertinya tak perlu kau khawatirkan," balas Julie yang masih tak menyukai Austin. Kenny tak mendengarkan perkataan ibunya, ia melepas jarum infus di tangan dan berjalan keluar mencari keberadaan Austin. Rasa cemas melingkupi hati, ia tak memperdulikan tubuh lemahnya, ia sangat mengkhawatiran keadaan Austin. "Mengapa kau berlari seperti itu?" Tanya Tuan Thomson saat melihat sang cucu berlari medekatinya. "Bagaimana keadaannya, Kek?" tanya Kenny cemas. "Masih belum ada kabar, ia masih di dalam. Lebih baik kau kembali ke kamarmu, biar kami yang menunggunya di sini," balas Tuan Thomson. Kenny menggelengkan kepala tak ingin menuruti perintah sang Kakek, ia ingin menunggu Austin dan mendengar sendiri bagaimana keadaannya. Austin terluka karena menolongnya, hatinya tersentuh dengan apa yang Austin lakukan padanya. Tak ada yang
"Maaf, aku tak sengaja," ucap Kenny sambil menarik tangannya.Austin tersenyum dan memunim air yang ada di tangannya, Kenny pun merasa salah tingkah berhadapan dengan Austin. Tanpa mereka sadari Tuan Thomson dan Tuan Arthur melihat interaksi mereka dari luar jendela, mereka terkekeh melihat tingkah lucu para cucunya."Mereka mengingatkanku saat muda dulu," ucap Tuan Arthur.Tuan Thomson terkekeh. "Baru kali ini aku melihat mereka bersikap aneh, semoga sudah ada cinta di hati mereka dan memberikan cucu untukku," ucap Tuan Thomson."Aku perhatikan wajahmu terlihat lelah sekali, apakah ada hal buruk yang terjadi?" tanya Tuan Arthur."Hanya masalah perusahaan biasa, bukan masalah besar," balas Tuan Thomson."Jika kau mengalami kesulitan kabari aku, aku akan dengan senang hati membantumu." Tuan Arthur merangkul pundak Tuan Thomson.Belum ada seminggu Austin sudah dua kali masuk rumah sakit, dan itu membuat Tuan Arthur memutuskan tinggal di Racoon City untuk sementara waktu. Ia menginap di
"Apakah aku harus mengenalmu?" tanya Tuan Arthur sambil tertawa.Ia merasa Robert sangatt bodoh karena tak menyadari situasinya saat ini. Tuan Arthur menggenggam nyawa Robert di tangannya, ia sudah mengunci semua pergerakan Robert, baik kehidupan pribadi maupun perusahaannya."Apa yang kau inginkan?" tanya Robert tanpa berbasa-basi."Aku tertarik untuk bekerjasama denganmu, aku yakin kau pasti tak akan menolaknya," ucap Tuan Arthur sambil memandang remeh Robert."Wah ... Bagus sekali caramu mengajak kerjasama denganku! Kau pikir kau siapa bisa mengacaukan perusahaanku?!" Robert tak terima dengan apa yang dilakukan Tuan Arthur."Kau sungguh tak mengenalku?" tanya Tuan Arthur sambil menghampiri Robert dan merangkul pundaknya.Sontak tubuh Robert bergetar karena aura yang dikeluarkan Tuan Arthur. Ia sungguh tak mengenal siapa Tuan Arthur karena memang beliau tak pernah menampakkan wajahnya pada media. Robert pun tak mengikuti perkembangan berita, ia sibuk mengurusi Austin dengan niat mem
"Apakah pria bodoh itu sudah pergi?" tanya Tuan Arthur pada asistennya."Sudah Tuan. Dia tak menyadari jika kita sedang menjebaknya," balas Ramon, asisten kepercayaan Tuan Arthur."Biarkan saja, aku ingin bermain-main dengannya dulu, kau terus awasi pergerakannya. Aku yakin jika ia mengetahui Austin masih hidup pasti ia akan membuat rencana lainnya untuk membinasakannya."***"Kenapa kau terlihat senang sekali?" tanya Lois saat mengunjungi kediaman Jacob."Tentu saja aku senang, aku baru saja menandatangani perjanjianku dengan Arthur Company. Sebentar lagi Jacob Company akan melebarkan sayap dan menjadi penguasa prekonimian di dunia," balas Robert sambil tertawa bahagia."Bodoh! Sudah berapa kali aku bilang jangan berurusan dengannya, kau tak tahu siapa Arthur sebenarnya, kau sedang dalam bahaya," ucap Lois cemas."Kau salah, justru ia memberikanku banyak keuntungan. Aku tak percaya jika pria berwibawa sepertinya mampu menipuku. Lagi pula untuk apa dia menipuku? Aku tak pernah memilik
"Tidak mungkin mereka seperti itu, Kek." Kenny terkejut saat mendengar ucapan Tuan Thomson tentang rencana kerabat yang akan menjatuhkannya dari kursi kepemimpinan. "Kakek juga tak menyangka, Kakek harap kau bisa bekerjasama dengan kami. Setelah ini kami akan membawa Austin ke kediaman Arthur, kau tidak keberatan bukan?" tanya Tuan Thomson.Kenny terdiam sejenak. "Baiklah, jika itu yang terbaik aku akan bekerjasama dengan kalian.""Bagus kalau begitu, Kakek pastikan saat rapat dewan direksi Austin akan pulih dan menampakkan dirinya lagi."Kebingungan hadir dalam benak Kenny, sebenarnya ia masih belum mengerti apa hubungan Austin dan masalah perusahaan yang akan terjadi nanti."Tunggu, Kek. Apa hubungannya Austin dengan masalah perusahaan kita? Bukankah semua ini tak ada sangkut paut dengannya?" Kenny pun menanyakan kebingungan yang ia rasakan."Jika sudah saatnya kau pun akan tahu, Austin yang akan menarikmu keluar dari masalah itu," balas Tuan Thomson tanpa menjelaskan detailnya.Ke
"Nyonya, proyek Sanla mengalami masalah lagi. Ada berita yang beredar jika kau menggunakan uang proyek itu untuk keuntungan dirimu sendiri. Para pemegang saham mempertanyakan itu semua padaku hari ini," ucap asisten Kenny begitu ia sampai di ruang kerjanya.Kenny mengambil laporan keuangan yang ada di tangan asistennya, ia melihat begitu banyak pengeluaran yang tak semestinya dan masuk ke dalam rekening pribadinya. Kenny terkejut dengan apa yang ia lihat, sontak ia bergegas mengecek mutasi rekening miliknya."Mengapa bisa seperti ini? Bagaimana cara mereka melakukannya?" gumam Kenny.Hal yang tak biasa terjadi padanya, Dora dan sang Ibu memanipulasi berkas perjanjian yang Kenny dan Antonio tanda tangani. Antonio adalah rekan bisnis Kenny dalam pembangunan proyeek di Sanla. Tanpa Kenny ketahui Dora dan ibunya sudah membuat rencana sematang mungkin demi menjebaknya.Bantuan yang diberikan Robert pun membuahkan hasil. Para pemegang saham mempertanyakan bukti transfer yang mengarah pada r
"Kalau aku bagian dari mereka untuk apa aku membantumu keluar dari masalah itu? Tentu saja aku tak akan menghancurkanmu," balas Wilson. Kenny mengerutkan kening, menatap penuh tanya niat Wilson yang sebenarnya. Wilson pun tersenyum saat melihat ketidak percayaan Kenny pada ucapannya. "Kenapa kau memandangku seperti itu? Apakah kau tak percaya denganku?" tanya Wilson. "Bukan aku tak percaya, kau tahu sendiri masalahku cukup rumit. Aku tak yakin kau bisa membantuku," balas Kenny. "Keluargaku bisa membantumu dengan satu syarat yang sangat mudah." "Keluarga?" "Ya, aku Wilson Jacob, pewaris Jacob Company di Madripoor City. Kau pasti mengenal nama keluargaku." Wilson menyebutkan nama Jacob dengan penuh kebanggaan. Kenny pun terkejut dengan apa yang ia dengar. Keluarga besar seperti Jacob memang bisa membantunya keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Tapi ia ragu untuk menerima bantuan Wilson dengan persyaratan yang tak ia ketahui. "Apa syaratnya?" tanya Kenny memecah rasa penasar
"A-apa yang kau katakan?" ucap Kenny terkejut dengan apa yang Austin katakan."Seperti yang kalian dengar barusan, pria ini yang tak lain suami Kenny adalah pemilik saham terbesar di Thomson Company," timpal Tuan Thomson.Semua mata memandang tak percaya pada perkataan Tuan Thomson, terlebih lagi Austin datang dengan menggunakan pakaian casual. Mata para anggota dewan memandang lekat wajah pria yang katanya pemegang saham terbesar."B-bagaimana mungkin, Kek? Bukankah pria miskin ini sudah meninggal? Dan bagaimana mungkin pria yang baru saja dipungut Nenek menjadi pemegang saham terbesar? Bahkan lebih besar dari saham yang keluarga kita miliki," balas Dora yang tak percaya dengan kenyataan."Tentu saja mungkin, semula saham itu adalah milikku dan aku memberikan seluruh saham Thomson yang aku miliki untuknya, apakah ada yang keberatan?" Tuan Arthur masuk dan mengeluarkan kebenaran, ia memang telah memberikan hak penuh atas saham yang ia miliki untuk Austin. Kenny pun menatap Austin dan