"Lea, bisakah kau datang ke rumah? Kita akan bicara pada Kakek mengenai keamanan untuk cabang RL di Madripoor.""Baiklah, aku akan segera ke sana, tapi apakah aku boleh mengajak Aurel? Ia sangat ingin bertemu dengan Austin," balas Lea di seberang telpon."Terserah kau saja asalkan anakmu tak mengganggu pekerjaan kita," balas Kenny.Kenny menelpon sambil terus berjalan menuju mobilnya, hingga Austin lebih dulu keluar agar tak ketahuan oleh Kenny jika ia mengikutinya. Kenny mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang, meski pengawal Robert terus membuntutinya, tapi mereka tak melakukan hal yang dapat membahayakan Kenny."Beruntung mereka tak membahayakan Kenny, sepertinya mereka mencari pria yang sudah melukai Wilson," gumam Austin.Kenny dan Austin pulang dengan selamat, ia masuk melalui pintu belakang dan duduk dengan santai di ruang keluarga. Austin tersenyum melihat kedatangan Kenny, hingga Kenny merasakan keanehan dari senyum yang diberikan Austin."Kenapa kau tersenyum seperti itu?
"A-aku hanya memberinya saran biasa Kek. Dulu aku pernah ke negara itu, aku melihat peluang besar di bidang fashion," balas Austin. Austin tak menyangka jika Tuan Thomson akan menanyainya masalah pendirian cabang RL di Madripoor City. Ia berharap Tuan Thomson tak menanyakan hal lain lagi meyangkut usulnya itu karena ia tak ingin rahasia yang ia miliki diketahui oleh Tuan Thomson. "Ah sudahlah, Yang kau katakan itu memang benar. Selama ini belum ada perusahaan asing yang berani mendirikan perusahaan di negara itu. Kau ikutlah denganku, besok kita akan ke North City untuk menemui temanku, Clark," pinta Tuan Thomson. "Apakah Tuan Clark yang kau maksud bisa melawan kekuasaan keluarga Jacob, Kek?" tanya Austin penasaran. "Tentu saja, apakah kau tak tahu siapa Clark Arthur?" Austin menggelengkan kepala, ia memang tak tahu perkembangan negara luar. Ia hanya mengetahui perkembangan negaranya saja, juga perusahaan yang dikelola keluarga Jacob. "Clark Arthur adalah penguasa seluruh dunia,
"Bukan ... Ibuku Caroline, bukan Ava, dan aku bukan keluaga Jacob," balas Austin berbohong. Austin tak menyangka pria tua yang ada di hadapannya bisa menanyakan pertanyaan itu, jantungnya berdetak tak menentu, kedua tangan meremas menyalurkan kekhawatiran. Austin tak berbohong dengan nama ibunya, nama ibunya benar Caroline, tapi ia juga tak mengakui jika ia berasal dari keluarga Jacob. Mata menoleh, menatap Tuan Thomson yang juga sedang mengerenyitkan kening, merasa heran dengan pertanyaan sang sahabat. "Kenapa kau bisa menanyakan hal itu? Cucu menantuku bukan berasal dari keluarga Jacob," timpal Tuan Thomson. Tuan Arthur menggaruk tengkuknya merasa ada yang aneh dalam pandangan Austin. Ia terus menatap Austin dengan seksama dan ia sangat yakin karena wajah Austin mirip dengan putrinya. Terlebih lagi tanda api yang ada di balik telinga Austin, tanda yang hanya bisa dimiliki keturunan Arthur. "Mungkin aku salah orang," balas Tuan Arthur. Austin bernapas lega saat Tuan Arthur tak
"Sudahlah tak usah dibahas, apakah kau akan bermalam di sini? Aku masih merindukan masa pertemanan kita," tanya Tuan Arthur tanpa menjawab pertanyaan Tuan Thomson. "Tidak, aku harus pulang. Kasihan istriku di rumah, lagi pula masih ada pekerjaan di kantor. Kenny juga ingin mendirikan cabang di Madripoor City, aku harap kau berkenan untuk membatuku," balas Tuan Thomson. Austin terekejut saat tahu Kenny juga akan mengembangkan Thomson Company di Madripoor city. Selama ini Austin dan Kenny tak pernah terlibat pembicaraan mendalam seperti membahas keseharian mereka, apalagi soal perusahaan. "Kenapa kau terkejut seperti itu? Apakah kau tak tahu jika Thomson Company akan melebarkan sayap ke Madripoor city?" tanya Tuan Arthur penasaran. "Tidak Tuan, selama ini Kenny tak menceritakan prihal perusahaan kepadaku. Mungkin ia merasa aku tak perlu tahu karena aku tak mungkin bisa membantunya," balas Austin. Sedikit kesedihan terbesit di dalam hati saat ia tak mengetahui apapun tentang istriny
"Proyek pembangunan hotel di kota Sanla mengalami kekacauan Kek. Material bangunan yang harusnya sudah tiba hilang di jalan. Pembangunan tertunda, bahkan yang membuat parah, para pekerja di sana mengundurkan diri tanpa alasan. Sedangkan klien kita mengharuskan pembangunan itu selesai tiga bulan lagi. Jika seperti ini bagaimana aku harus menghadapi klien dan mencari pekerja baru dalam waktu dekat?" balas Kenny berusaha tegar. Austin melihat kesedihan itu, ia ingin menenangkan Kenny tapi tak ada keberanian dalam diri. Tangan sudah menggantung di udara untuk mengelus rambut sanag istri, tapi tangan itu terkepal, lalu luruh ke bawah. "Apakah kau sudah tau siapa dalangnya?" tanya Tuan Thomson. Kenny menggelengkan kepala. "Aku tak tahu Kek. Rombongan pembawa material semua hilang, tak ada yang bisa dihubungi." Kebingungan hinggap di hati Tuan Thomson, hotel yang sedang dibangun adalah hotel kelas atas. Klien yang bekerja sama dengannya pun adalah orang yang memiliki kekuasaan sama seper
"Nanti akan aku jelaskan, apakah kau bisa membantuku Tuan? Aku membutuhkan setidaknya 500 pekerja konstruksi," balas Austin. "Kau datang di waktu yang tepat. Hari ini adalah hari terakhir pekerjaanku di sini. Besok aku dan tim tak akan bekerja di sini lagi, hanya pekerja resmi saja yang tinggal menyelesaikan pekerjaan di sini. Baiklah, aku akan membantumu, tapi pekerja di timku tidak sebanyak itu, paling hanya 200 pekerja," balas Tuan Jack. "Tak apa Tuan, nanti kita cari lagi kurangnya. Aku pun akan membantumu di sana," ucap Austin. Austin sudah bertekad untuk membantu Kenny dengan kemampuan yang ia miliki. Peter yang sedang berjalan ke arahnya merasa bingung dengan pembicaraan Austin dan Tuan Jack, terlihat serius sekali. "Hai bro, apa kabar?" sapa Peter. "Kabarku baik," balas Austin. "Oh iya, apakah Peter akan ikut bersama dengan kita?" sambung Austin. "Ya, dia akan bersama dengan tim kita," balas Tuan Jack. "Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Peter bingung. Austin dan T
"Kenapa kau bisa sakit seperti ini? Apakah masalah itu yang membuat kau seperti ini?" gumam Austin sambil membawa Kenny ke kamarnya.Kenny terus bergerak di dalam gendongan itu, hingga Austin mempercepat langkahnya menuju kamar. Suhu tubuh Kenny pun sangat terasa di kulit Austin. "Kau tunggu di sini, aku carikan obat demammu dulu," gumam Austin sambil membaringkan Kenny secara perlahan.***Pagi hari."Mau ke mana kau sudah rapi seperti itu?" tanya Kenny begitu ia bangun."Aku mau ke Sanla bersama Kakek, aku akan mengurus semua masalahmu," balas Austin percaya diri sambil mengenakan Jaketnya.Kenny mengerenyitkan kening menatap suaminya, ia tak percaya begitu saja jika Austin mampu mencari banyak pekerja dalam waktu yang sangat singkat. "Apakah kau sudah mendapatkan pekerjanya?" tanya Kenny penasaran.Austin mengangguk sambil tersenyum, kepercayaan diri hari dalam jiwa. Ia sangat semangat sekali ingin membantu kesulitan yang sedang dialami oleh istrinya. "Yasudah, kalau begitu aku
"Barang yang kita kirim hilang lagi di jalan, ini sudah yang kedua kalinya," ucap Peter."Ya, aku rasa memang ada yang sengaja mempersulit pembangunan ini. Jika seperti ini sebaiknya kita sendiri yang mengirim barang, aku juga penasaran siapa yang sudah berani merampas bahan material?" balas Austin.Sudah dua kali material pembangunan hilang di pertengahan jalan, bahkan mobil dan supir tak bisa ditemukan. Austin ingin memeriksa sendiri siapa dalang di balik hilangnya material. Kerugian akan Thomson Company alami jika keadaan terus seperti ini. Bukan hanya satu atau dua mobil besar yang mengirim material pembangunan, melainkan ada sepuluh dan itu hilang semua tanpa jejak."Aku rasa juga begitu, aku yakin pasti ada yang sengaja membuat proyek ini batal dan Thomson Compay yang akan menjadi kambing hitamnya," timpal Jack."Baiklah, Tuan. Sepertinya aku sendiri saja yang mengirim material dari pabrik, akan aku tangkap siapa dalang di balik ini semua. Kau rincikan saja muatan material untuk