Share

49. Kedatangan Paman Santosa

Penulis: Yenika Koesrini
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-17 18:36:26

(Arzen)

Hampa. Sunyi. Ada yang hilang di dalam sana saat mendapati rumah kosong tanpa Nafia.

Ini gila! Nafia mampu menjungkir balikkan hidupku. Kami hanya tinggal seatap tidak lebih dari empat bulan. Kenapa harus sekosong ini hidup tanpa dia?

Apalagi setiap hari Diaz selalu saja menyalahkan aku atas kepergian Nafia. Perangai Diaz juga berubah. Pemuda itu jadi sedikit membangkang.

"Kamu itu laki-laki bodoh, Zen!" Kecamannya malam itu tidak pernah terlupa. "Tidak bisa bersyukur. Istri sebaik dia kamu sia-siakan. Tidak pernah aku mendengar Nafia mengeluh atas perangai dinginmu. Di depan semua orang dia mampu berpura-pura bahagia. Tidak pernah juga aku mendengar dia meminta dan menuntut macam-macam. Aku masih ingat, Nafia cuma minta dianggap seperti istri pada umumnya, Zen. Bukan sekedar teman tidur saja."

Kekecewaan yang dilontarkan Diaz membuatku makin stres. Belum lagi menghadapi pertanyaan dari Mama, Arsy, ataupun Paman Santosa dan istrinya atas tidak aktifnya nomor ponsel Nafia. Baik
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   50. Derita Arzen

    Sudah hampir sebulan Nafia gak pernah main, Bu," balas Paman Santosa memberi tahu, "dia juga gak pernah nelpon. Ketika saya hubungi nomernya mati," tuturnya tenang. Sang istri manggut-manggut membenarkan. "Saat saya hubungi nomer Mas Arzen gak pernah bisa. Ada saja alasan, makanya kami berinisiatif langsung datang kemari."Kini Mama dan Arsy yang saling bertukar pandang."Zen, Mama tanya, apa yang sedang kamu sembunyikan?" Pandangan Mama tampak begitu menyeramkan. Matanya lurus menatapku tajam."Eum ... e-e-e--""Kenapa gugup gitu?" cecar Mama dengan nada dingin. Tangannya terlipat di dada dengan pandangan yang tidak terlepas padaku."Maaf kalau saya lancang." Paman Santosa menginterupsi. "Sebenarnya apa yang sedang terjadi?" Seperti Mama, dia pun bertanya serius."Jujur saya juga merasa Mas Arzen seolah tengah menyembunyikan Nafia. Selalu saja Mas Arzen melarang jika kami akan berkunjung atau mengobrol dengan Naf dengan berbagai alasan.""Eum ... silahkan duduk dulu. Saya akan buatk

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-17
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   51. Aku dan Tekadku

    ( Nafia)"Selamat ya, Pak. Istri Anda telat," ucap dokter muda berwajah ramah itu menyalami Deva."Telat?" Deva mengernyit, "maksudnya Nafia sakit karena selalu telat makan?"Dokter itu tersenyum. Aku sendiri masih mencerna ucapannya."Bukan begitu maksud saya, Pak.""Lantas?" Deva kian penasaran."Istri Anda telat datang bulan. Istri Anda tengah mengandung.""Apaaah ... hamil?!" Bagai sehati aku dan Deva kompak berseru. Lalu saling bersitatap."Sa-saya hamil, Dok?" Karena tidak percaya, aku mengulangi pernyataan dokter di hadapan.Dokter mengangguk dan tersenyum. "Benar, Ibu. Umur kandungannya baru sembilan minggu. Yahhh ... dua bulan lebih sedikit, Bu."Aku menatap Deva. Pemuda itu mengendikan bahu. Masa bodoh."Kalau boleh tahu apa keluhan Ibu sekarang?" Dokter bertanya lagi dengan santun."Akhir-akhir ini memang sering mengeluh pusing dan cepat lelah, Dok.""Tidak mengalami mual-mual?""Kadang, tapi tidak sering," jawabku jujur, "saya pikir mual itu akibat saya masuk angin karena

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-19
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   52. Bertemu Deva

    Setelah mengetahui sedang hamil, anehnya morning sick itu mulai menyerang setiap pagi. Padahal kemarin-kemarin tidak. Hanya pusing dan sedikit mual.Beruntung napsu makanku tidak mengalami penurunan. Hanya sekarang jadi tidak suka nasi. Tapi, justru suka makan-makan yang dulu dibenci. Kata orang aku sedang ngidam.Ternyata lumayan menyiksa juga ngidam ini. Belum lagi kadang tiba-tiba terbesit keinginan yang sedikit aneh, semisal ingin melihat pasar malam di siang hari. Pernah juga mendadak ingin makan bakso rasa strawberry. Padahal dari kecil tidak suka karena rasanya terlalu masam. Tapi, sekarang mendadak jadi tergila-gila pada buah tersebut.Merasa mustahil terwujud, aku kreatif buat sendiri. Daging baksonya aku ganti dengan buah merah asam itu."Kok ... akhir-akhir ini Mbak Naf aneh ya? Kayak orang lagi ngidam," tegur Lina suatu siang. Lina adalah tetangga kontrakan yang menjadi pegawaiku."Saya memang sedang hamil, Lin," jujurku sambil menikmati bakso strawberry ini. Buatan sendi

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-19
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   53. Semua Menyalahkan

    (Arzen)"Arzen, sekali lagi papa tanya, apa keputusanmu sekarang?" cecar Papa tenang, tetapi juga dingin.Sebulan setelah terbongkarnya rahasia kepergian Nafia, aku menemui Papa di rumahnya. Sebenarnya sudah dari kemarin-kemarin pria itu memanggil, tetapi tidak kuhiraukan. Aku masih belum bisa mengambil keputusan.Mungkin karena sudah kehilangan kesabaran, Papa memaksa untuk berbicara. Dan aku tidak bisa mengelak lagi.Suasana terasa mencekam. Bagai tengah diinterogasi, aku menghadap Papa yang menatap tajam. Di sampingnya duduk Mama dengan ekspresi yang tidak kalah menyeramkan."Aku akan terus mencari Nafia. Tapi, janji pada Aliya tetap juga akan kupenuhi, yaitu mengawalnya hingga sembuh," jawabku datar. Tidak perlu meledak-ledak menghadapi sikap dingin Papa. Tidak akan menang."Tidak jadi menikahi dia?" Dahi Papa terlipat."Janji bagi seorang laki-laki adalah harga diri," sahutku tenang, "aku siap memenuhi janji itu jika Aliya mendesak."Papa dan Mama saling bersitatap. Ekspresi kece

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   54. Bertengkar Dengan Aliya

    Aku menggeleng lemah. "Sudahlah, Yaz, aku dewasa. Aku sudah bisa membuat keputusan sendiri," putusku bulat.Diaz mendengkus. Dia meraup kasar wajahnya. "Semoga aku bisa cepat segera menemukan Nafia. Dan semoga saja dia masih sudi memaafkanmu.""Kita memang harus menemukan Nafia. Aku ingin Nafia tahu, bahwa kaburnya dia membuat semua orang menjadi susah."Diaz bergeming. Dia tidak menyahut lagi. Dirinya hanya berlalu menuju kamarnya tanpa bersuara. Aku pun melakukan hal yang sama. Kutuju kamar untuk mengambil barang-barang dan baju.Aku dan Diaz keluar kamar pada waktu yang sama. Kami sama-sama menggendong ransel. Tanpa bicara kami menuju taksi. Di dalam mobil Diaz menyebut alamat rumahnya.Lima belas menit kemudian, kami telah tiba di rumahnya. Di teras Bapak Eko dan istrinya menyambut kami dengan heran."Ini serius Mas Arzen mau tinggal di sini?" tanya ibu Diaz.Aku agak tersinggung mendengarnya. Kelihatannya mereka tidak menghendaki aku tinggal di sini."Untuk sementara, Bu. Nanti k

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   55. Deva dan Aliya

    (Arzen)Tiga hari sudah aku meninggalkan rumah. Tidak ada yang bisa dikerjakan di rumah Diaz selain mengurung diri di kamar. Keluarga Diaz mengurusku dengan baik. Diaz bahkan terus berusaha mencari keberadaan Nafia tanpa sepengetahuanku.Hanya Aliya yang berubah. Semenjak perdebatan waktu lalu, gadis itu belum lagi menemui. Ketika kutanyakan pada Diaz, pemuda itu menjawab jika Aliya sudah kembali bekerja."Ya mungkin dia sibuk," jelas Diaz santai.Jenuh berdiam terus di rumah, aku berinisiatif untuk menjemput Aliya. Demi Aliya, aku sudah kehilangan Nafia. Maka mengalah adalah satu-satunya jalan agar hubungan kami tidak kandas.Berbekal motor pinjaman punya Diaz, kubelah jalan ibu kota. Di sebuah mini market, aku berhenti. Dua batang cokelat almond kubeli untuk gadis itu.Motor kulajukan lagi. Bibir ini melukis senyum. Aliya pasti suka aku datang menjemput sambil memberinya cokelat.Namun, kenyataan tidak seindah ekspetasi. Di tempat Aliya bekerja aku mendapati gadis itu tengah berbinc

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-21
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   56. Pencarian

    "Ck, Arzen! Kenapa kamu gak nyegah kepergian Deva sih?!" omel Aliya terlihat geram."Untuk apa?" Aku membalas dengan kesal. Kenapa Aliya sampai segitu marahnya ditinggal Deva. "Kamu milih pulang dianter cowok itu yang pake mobil dari pada bareng aku?"Aliya ternganga, lalu dia menggeleng pelan. "Aku kecewa sama piciknya pikiran kamu, Zen.""Picik gimana? Emang kenyataannya begitu." Aku menyergah kesal, "kamu menjauh saat tahu aku miskin.""Stop!" sentak Aliya tajam. "Kamu tahu? Aku tadi itu sedang ngorek keterangan dari Deva tentang keberadaannya Nafia.""Apaaah?""Dengar! Aku tuh curiga jika Deva tahu keberadaan Nafia." Aliya menjelaskan. "Tadi Deva datang dan berkonsultasi tentang obat yang ia beli "Aku masih melongo karena tidak paham."Deva bertanya obat flu yang tepat untuk orang hamil. Dan aku yakin itu pasti Nafia.""Kenapa ... kenapa ka-kamu bicara seperti itu?""Deva itu tidak punya saudara perempuan. Kamu tadi lihat kan dia beli susu hamil? Gak mungkin itu buat mamanya.""A

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-21
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   56. Musibah

    "Nafiaaa!" jeritku saat melihat tubuh Nafia terguling-guling pada tangga jalan itu. Jantungku berhenti berdetak saat melihat ada banyak darah yang keluar dari pahanya.Seketika gemparlah seisi mal. Para wanita menjerit ngeri melihat keadaan Nafia. Ada juga yang sigap mendekati wanita malang itu. Begitu juga dengan Deva. Secepatnya dia berlari menuruni tangga jalan. "Nafia, bertahanlah," dukungnya sambil menggenggam erat tangan Nafia. "Cepat tolong telepon ambulans!" teriak Deva pada orang-orang.Seorang sekuriti yang mendekat gegas mematuhi perintah Deva. Dia langsung mengambil ponselnya."Ayo kita tolong Nafia!"Aku tersadar dari bengong ini saat Diaz menyenggol lengan. Dia bergegas turun. Aku pun mengikuti."Aghhhh!" Nafia meringis. Matanya terpejam. Sementara wajahnya telah basah oleh air mata dan keringat. "Sa-kiiit, Dev." Dia merintih sambil menyembunyikan parasnya pada dada Deva."Bertahanlah," bisik Deva lembut."Aku ... aku takut. Takut anak ini ... ti-tidak selamat," isaknya

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22

Bab terbaru

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   67. Bulan Madu

    Ditemani Arzen dan Diaz keesokan harinya, aku pulang ke rumah Bapak Ibu. Kami pamit pada mereka. Tangan Arzen yang masih sakit tidak memungkinkan dia untuk menyetir sendiri."Jaga Fia baik-baik ya," pesan Bapak sambil menepuk pundak Arzen, "dia sudah kuanggap seperti putri kandungku sendiri.""Insya Allah, Pak." Arzen membalas kalem, "dan saya sangat berterima kasih karena selama Nafia pergi dari rumah, Bapak dan Ibu telah merawatnya dengan baik.""Maaf, Ya Nak Arzen, kami sempat pernah berbohong dengan mengatakan tidak tahu keberadaan Fia," timpal Ibu."Gak papa, Bu. Itu kan memang kemauannya Nafia sendiri," jawab Arzen bijak.Setelah pamit dari rumah Bapak Aminuddin, aku mengajak Arzen berkunjung ke rumah Paman Santosa. Pada dirinya juga kami meminta doa restu."Pesan saya masih sama, Dek Arzen. Tolong jaga dan cintai Nafia dengan baik," ucap Paman kalem."Insya Allah, Paman." Arzen mengangguk ramah, "dan tolong jangan sungkan menegur jika saya lalai seperti kemarin," lanjutnya tulu

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   66. Kembali Bersatu

    "Aku masih mencintai kamu, Zen. Masih." Tangan ini terus melingkari erat perutnya. Agar Arzen percaya jika aku memang benar-benar tidak menginginkan dia pergi.Arzen mengurai pelukan. Kami saling bertatapan. Maniknya menelisik mataku lekat. Seakan tengah mencari kejujurannya di dalamnya."Naf, aku tahu kamu tersiksa dengan pernikahan ini, makanya aku sadar diri dengan menjauh dari kamu," tutur Arzen lembut. Belum pernah kudengar dia selembut ini berbicara. "Jika perpisahan mampu memberimu kebahagiaan, aku rela pergi." Aku kembali menggeleng. "Tolong jangan katakan itu," mohonku seraya menempelkan telunjuk di bibir Arzen. "Karena kebahagiaanku adalah ketika kamu mencintai aku," tuturku serius.Arzen meraih jemariku. Dia mengecupnya lembut. "Aku mencintai kamu, Naf. Dan aku berjanji mulai detik ini akan selalu membuatmu bahagia."Aku tersenyum haru. Tanpa malu kupeluk pria ini lagi. "Kita rajut kembali mahligai rumah tangga yang sempat terkoyak kemarin.""Iya." Arzen balas mendekapku

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   65. Kesungguhan

    "Aaa!" Aku menjerit histeris. Takut tertimpa benda puluhan kilogram itu."Nafiaaa ... Awaaas!" Terdengar teriakan banyak orang dengan lantang.Semua terjadi dengan begitu cepat. Seseorang menarik tubuhku menjauh.PRAAANK!Aku membuka mata. Dadaku masih berdetak kencang. Ketika tengadah ternyata aku berada dalam pelukan Arzen. Lelaki itu pun tengah terpejam dengan napas tersengal-sengal. Di seberang sana Deva melakukan hal yang sama pada Aliya.Mata ini terbelalak melihat lampu gantung kepunyaan Deva hancur berantakan. Lampu gantung dengan materi kristal dan besi emas yang berbentuk kubah yang begitu indah itu sudah tidak berbentuk lagi. Kini hanya meninggalkan serpihan beling yang berserakan di lantai.Tiba-tiba aku merasa merinding. Ngeri membayangkan lampu dengan berat lima puluh kilogram itu menghantam tubuhku.Aku menatap Arzen kembali. Tubuh kami yang saling menempel membuat detak jantungnya juga terdengar jelas."Kamu gak papa?" Arzen bertanya lirih. Dia balas memindaiku. Namun,

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   64. Galau

    "Aaa!" Aku menjerit histeris. Takut tertimpa benda puluhan kilogram itu."Nafiaaa ... Awaaas!" Terdengar teriakan banyak orang dengan lantang.Semua terjadi dengan begitu cepat. Seseorang menarik tubuhku menjauh.PRAAANK!Aku membuka mata. Dadaku masih berdetak kencang. Ketika tengadah ternyata aku berada dalam pelukan Arzen. Lelaki itu pun tengah terpejam dengan napas tersengal-sengal. Di seberang sana Deva melakukan hal yang sama pada Aliya.Mata ini terbelalak melihat lampu gantung kepunyaan Deva hancur berantakan. Lampu gantung dengan materi kristal dan besi emas yang berbentuk kubah yang begitu indah itu sudah tidak berbentuk lagi. Kini hanya meninggalkan serpihan beling yang berserakan di lantai.Tiba-tiba aku merasa merinding. Ngeri membayangkan lampu dengan berat lima puluh kilogram itu menghantam tubuhku.Aku menatap Arzen kembali. Tubuh kami yang saling menempel membuat detak jantungnya juga terdengar jelas."Kamu gak papa?" Arzen bertanya lirih. Dia balas memindaiku. Namun,

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   63. Pesta Ulang Tahun Deva

    Aku melepas pegangan Arzen. "Aku mau telpon Diaz buat jemput kamu."Ketika hendak berdiri, Arzen mencegah. "Jangan bohongi diri kamu, Naf.""Aku gak bohongi hati sendiri, Zen." Aku menjawab datar, "tapi, saat ini aku sudah mati rasa sama kamu. Entah besok atau lusa. Yang pasti saat ini, aku sedang tidak mau bersama kamu."Kutingalkan Arzen segera. Aku tidak mau terlarut akan bujuk rayuannya. Seperti niat sebelumnya Diaz pun kuhubungi. Dan sekitar setengah jam pemuda itu sudah menampakan diri."Kamu boleh saja marah sama Arzen, tapi jangan berlarut-larut. Karena itu sama saja kamu memelihara dendam. Percuma kamu beribadah jika masih saja mengikuti napsu setan itu," nasihat Diaz dengan tenang dan serius. "Arzen tidak pernah kasar sana kamu. Dia tidak pernah KDRT. Dia hanya masih terjebak kisah masa lalu, tapi kini dia sudah menyadari kekeliruannya. Jadi tolong jangan buat setan tertawa menang karena berhasil memisahkan kalian."Aku termangu. Wejangan Diaz terdengar begitu panjang. Aku

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   62. Nasihat-nasihat

    Arzen akan menginap di sini," kata Bapak Aminuddin tenang."Tapi, Pak." Aku menyela tidak rela."Kasihan jika suamimu harus tidur di luar."Tanpa menunggu jawabanku, Bapak Aminuddin berlalu."Zennnn, kamu ...."Hachiii!Aku mendesah. Ingin rasanya berteriak, tapi kutahan. Walaupun Bapak Ibu sudah menganggap layaknya anak kandung, tetap saja aku harus bersikap sopan.Dengan menahan gondok, kubuka pintu lebar-lebar."Makasih." Arzen mengulum senyum.Lelaki itu memasuki kamar. Matanya menatap sekeliling. Aku sendiri berjalan tenang menuju lemari. Kuraih sebuah selimut."Ini udah ada selimut lho, Naf. Ha-hachiii." Arzen memberi tahu disertai bersin.Aku tidak membalas. Kini bantal pada ranjang pun aku ambil. Arzen mengernyit bingung karenanya."Lho ... kamu mau tidur di mana?" tegur Arzen begitu melihatku keluar kamar. Beberapa kali dia menggosok hidungnya yang merah. Bersinnya pun masih kerap menyerang."Aku tidur di sofa ruang keluarga saja," balasku kalem. "Biar kamu yang tidur di kama

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   61. Pantang Mundur

    Aku kembali ke rumah Bapak Aminuddin. Kembali tidur di kamar yang dulu. Seperti yang sudah-sudah kedua orang tua ini begitu menyayangi aku. Segala kebutuhanku tercukupi di sini.Waktu berjalan begitu cepatnya. Tidak terasa sudah sepuluh hari aku tinggal di rumah Bapak Aminuddin ini. Setiap hari Arzen datang berkunjung. Kadang pagi sebelum berangkat kerja. Kadang malam hari setelah pulang kerja.Pernah juga dia datang ke sini seorang diri. Tujuannya tidak lain adalah membujuk aku untuk pulang. Ibu Sita dan sang suami juga tidak mau ketinggalan. Keduanya beberapa kali mampir dengan maksud membawaku kembali.Lama-lama bosan menghadapi rayuan Arzen yang terus saja meminta kembali. Akhirnya kedatangan dia aku abaikan. Namun, Arzen tidak kenal menyerah. Bahkan ketika hujan turun dengan derasnya, lelaki itu tetap berdiri di teras depan menungguku."Temui suamimu, Nafia. Kasihan dia kedinginan di luar," suruh Ibunya Mas Ibnu memohon."Biarin aja, Bu. Salah sendiri ngeyel," balasku malas. "Sud

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   60. Usaha Arzen

    Kejadian itu begitu cepat. Setelah tiga bulan dalam persembunyian, akhirnya Arzen dan Diaz mampu menemukan aku. Sayangnya aku yang panik justru melakukan kecerobohan.Keegoisan mengalahkan kewarasan. Sudah tahu tengah mengandung kenapa aku mesti melarikan diri. Jika tidak ingin menjumpai Arzen, harusnya aku bicara baik-baik saja. Kenapa membahayakan diri sendiri dan kandungan ini?Bodoh! Aku pun menyesali kecerobohan kemarin. Tapi, aku lebih menyesali saat terbangun dari pingsan perut ini sudah kembali rata. Gerakan di dalam sana tidak lagi kurasakan.Aku telah kehilangan permata hati. Penantian selama lima bulan ini sia-sia sudah. Hidupku serasa hancur saat ini. Ketika Arzen datang, rasa benciku padanya bangkit lagi. Walaupun hati kecil ini menyalakan kecerobohan sendiri. Namun, Arzen juga turut andil atas kematian calon bayi kami.Aku yang masih berduka tidak menginginkan kedatangan Arzen. Ketika pria itu menampakan diri, sontak aku mengusirnya. Tidak peduli dia berkali mengucap ka

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   59. Aliya yang Sesungguhnya

    Sudah empat hari Nafia dirawat. Keadaannya berangsur-angsur membaik. Namun, hingga sekarang wanita itu belum sudi dikunjungi olehku. Padahal ketika Aliya datang, Nafia menerima kedatangan gadis itu dengan baik. Walau pedih, tapi kuterima. Konsekuensi dari berbagai kesalahanku padanya.Namun, ada yang mengganjal hati. Sudah lebih dari sekali aku melihat Aliya datang menjenguk Nafia pasti bersama Deva. Aku tahu mereka berteman. Tetapi, cara pandang Aliya tampak berbeda pada Deva."Aku lihat-lihat, sekarang lengket banget sama bosnya Nafia," sindirku suatu sore. Aku sengaja main ke rumahnya. Masalahnya aku tidak bisa langsung menegurnya di rumah sakit. Itu karena Aliya tidak mau lepas dari Deva. Sementara aku, masalah berdebat lagi dengan pemuda beganjulan itu."Memangnya kenapa?" Aliya membalas tenang. "Kami sama-sama single," imbuhnya santai."Oh ... jadi sekarang kamu sudah ikhlas jika aku lepas?" Walau emosi, tetapi kuikuti permainannya. Tenang."Zen, sadar dong! Kamu baru saja ken

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status