Share

34. Mengerjai Arzen

Penulis: Yenika Koesrini
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-08 14:53:36

"Dari mana saja malam begini baru pulang?"

Aku tertegun. Arzen menegur dengan kedua tangan di saku.

Aku menata hati dengan menarik napas panjang. "Aku baru saja pulang kerja. Kenapa?" tanyaku tenang.

"Kerja apa sampai selarut ini baru pulang?" tanya Arzen dingin.

"Kenapa? Masalah? Haruskah aku ingatkan tentang kesepakatan kita?" tantangku dengan seringai kecil, "jangan pernah saling mengurusi. Bukankah kamu tidak ingin kalah dariku?" tanyaku sambil mendongak menatapnya.

Arzen tampak terperangah. Ia mengatupkan rahang. "Arghhh!" Dia mengerang, "aku gak bakalan kalah dari kamu, Naf. Oke ... terserah kamu mau ngapain. Terserah!" teriaknya keki. Setelah itu dia melangkah cepat menuju kamarnya di lantai dua.

Aku sendiri tersenyum simpul melihat aksinya. Arzen yang dingin. Bicara saja denganku kadang malas, malam ini uring-uringan tidak jelas.

"Stooop!"

Kaki yang tengah melangkah terpaksa kuhentikan. Mata ini mendongak. Kamar Arzen masih saja tertutup, jadi siapa yang dia suruh untuk berhen
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   35. Tukang Adu

    "Halo ... Naf." Suara Diaz terdengar hangat di seberang."Ya, Yaz." Aku membalas malas. Moodku hilang karena perlakuan Arzen barusan. "Ada apa nih?" tanyaku sambil merebahkan tubuh kembali."Kok lesu gitu? Emang belum baikan dengan Arzen ya?""Maksudnya?""Aku tahu kamu lagi marahan sama Arzen. Makanya malam ini aku sengaja pulang," tutur Diaz pelan, "aku sengaja naruh kecoa di kamar atas biar Arzen pindah bareng kamu."Aku menghela napas. Diaz selalu perhatian padaku. Dia benar-benar tulus. Baginya senyumku adalah kebahagiaannya juga."Hallo ... Naf? Kamu masih ada di situ?"Aku tersadar dari renungan. "Iya, Yaz, aku masih ada di sini.""Jika ada masalah bicaralah! Aku siap mendengarkan dan membantu," tutur Diaz terdengar tulus. Dapat kubayangkan dia pasti tengah menatapku peduli."Pasti.""Jujurlah juga jika Arzen menyakiti hatimu. Aku tidak akan segan-segan menegurnya." Diaz memerintah lagi, "bagaimana pun juga aku lebih tua lima bulan darinya, sedikit banyak Arzen pasti mendengark

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   36. Mengaku Kalah

    Kuantar Ibu dan anak itu sampai masuk mobil. Pak Eko, ayahnya Diaz mengangguk ramah padaku. Setelah mengucapkan salam perpisahan, mobil sedan itu melaju pergi.Ketika akan masuk aku dibuat tercekat. Arzen menyilangkan tangan di pintu. Seolah menghalangi aku untuk masuk."Minggir, Mas! Aku mau buka sate ayam yang mama bawa," kataku datar.Arzen menurunkan tangannya. "Nanti malam aku akan berangkat sendiri. Malas ngajakin kamu," ujarnya seolah tengah memancing emosiku."Terserah," sahutku tidak peduli, "aku juga bukan wanita penggila pesta," tambahku berlalu meninggalkan Arzen.Arzen meraih pundakku. Memaksaku kembali menghadapnya. "Yakin?" Matanya meremehkan, "tar Ngadu lagi kalo gak diajakin aku."Aku tergelak. "Di sini yang tukang ngadu siapa?" sindirku dengan mengejek, "gak malu tadi ngadu gak dapat jatah dari istrinya pada sang mama? Ha ... ha ... ha." Dengan masih terbahak aku meninggalkan Arzen."Sial!" Terdengar Arzen mengumpat.*Hari ini baik aku maupun Arzen tidak ada yang p

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   37. Mari Saling Jatuh Cinta

    "Kamu apa-apaan sih, Mas?" protesku begitu Arzen menutup pintu."Kita pulang!" sahutnya dingin. Dia mulai menyalakan mesin."Sadar kelakuan ini menunjukkan kalo kamu--""Ya ... aku memang kalah, Nafia!" potong Arzen cepat."Ka-kamu ....""Aku cemburu kamu jalan dengan Deva," tutur Arzen pelan. Tidak disangka lelaki itu meraih tengkukku, lalu mulai melumat bibirku lembut.Akulah yang terbaik untukmu"Terima ... terima!""Cie ... Nafia yang ditembak lagi sama Koko.""Naf?"Aku tergagap. Kuedarkan pandangan. Ini masih di tempat karaoke. Bahkan Deva masih berlutut dan memegang tanganku.Ternyata tadi cuma halusinasi. Tidak ada Arzen di sini. Tidak ada juga sentuhan lembut dari bibirnya. Tetapi, hanya berupa kecupan tipis dari Deva pada punggung tangan ini.Apakah itu artinya aku merindukan dia? Tidak mungkin!"Lu kenapa?" Mata Deva yang sudah sipit kian mengecil karena memincing. Pemuda itu sudah bangkit dari berlututnya. Tina dan pacarnya pun menatapku heran."Kayaknya aku mesti balik d

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-09
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   38. Hanya Perhatian Bukan Cinta

    "Besok kita ke rumah sakit.""Apah?""Kita ke dokter ortopedi." Arzen menghentikan langkah. Masih mengendong, dia menoleh, "kamu harus segera dioperasi biar bisa kembali normal jalannya."Aku ternganga mendengarnya. "Sungguh kah?"Arzen hanya mengangguk. Rambutnya yang basah menerpa wajahku."Terima kasih, Mas," ucapku haru.Arzen hanya melengkungkan bibir. "Iya, biar kamu gak merepotkan."Seketika rasa haru ini hancur. Tangan ini gemas mencubit lengan atasnya."Ha ... Ha ... Ha." Arzen terbahak. Tawa yang baru pertama kulihat.Hujan kian menderas. Padahal jarak rumah masih cukup jauh. Kalau begini aku merasa menyesal. Seharusnya hanya butuh waktu sekitar tujuh menit untuk sampai ke rumah. Namun, karena keinginan konyolku, kami harus memutari banyak blok."Capek, Mas?" tanyaku merasa iba saat Arzen berhenti. Napasnya tersengal. Sementara kulit kami serasa tertusuk ribuan duri dari langit sana. "Turunkan aku, Mas, kalo kamu kecapekan," pintaku tahu diri.Arzen menoleh. "Lelet nanti,"

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   39. Kejutan

    "Sebenarnya di mana suamiku, Yaz. Kenapa di hari menegangkan ini dia justru gak kelihatan?" cecarku bingung dan murung."Eum ... Arzen ... dia ...." Diaz mengatur napas. "Ah ... sudahlah! Rilekskan pikiranmu, Naf. Ada aku yang setia menunggu," tuturnya memegang bahuku lembut."Tapi, aku butuh dia, Yaz." Aku merengek.Mungkin terdengar seperti anak kecil. Peduli setan! Arzen memang belum mengungkapkan isi hati. Namun, perhatiannya selama beberapa hari terakhir menunjukkan jika selain peduli, ada juga sedikit sayang darinya untukku. Walau mungkin itu baru sekelumit."Arzen sibuk, Naf." Diaz menjelaskan, "ada salah satu cabang gerainya yang bermasalah. Seseorang mengkhianatinya. Dia harus turun langsung untuk meninjau. Dan aku ditugaskan untuk menemanimu," terang Diaz panjang.Aku terdiam. Diaz tidak pernah berbohong. Baiklah ... aku harus percaya."Bisakah aku menelepon dia? Aku ingin mendengar suaranya. Meminta doa agar operasi ini berjalan lancar." Kembali aku merengek pada Diaz.Diaz

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-11
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   40. Lelah

    "Selamat malam, Nafia." Aliya yang kalem menyapa.Saat tersenyum entah mengapa di mataku terlihat dia sedang menyeringai sinis. Seperti tengah mengejek."Naf!" Aku lumayan tersentak saat telapak tangan absen meremas pundak ini. "Kok bengong? Aliya nyapa tuh," tegur Arzen. Namun, aku tidak terkesan.Aku tersenyum gusar. "Eum ... kabar baik, Al. Kamu sendiri?" Aku ikut berbasa-basi."Aku baik," jawab Aliya dengan mengulum senyum. Tidak kusangka dia meraih tanganku. Mengecup punggung tangan. Laksana adik ke pada kakak kandungnya.Ini apa maksudnya?"Boleh aku masuk, Naf?" izin Aliya masih gemulai. Bibirnya terus melukis senyum."Eum ... tentu. Masuklah!" Tanganku mempersilahkan. "Kebetulan aku masak banyak makanan," imbuhku pelan."Terima kasih," sahut Aliya santun.Dia melangkah masuk. Arzen di belakang. Kugiring keduanya ke meja makan.Aliya menarik kursi tepat di hadapan Arzen. Ketika kusodorkan piring berisi dia mengucap terima kasih kembali. Lalu mulai mengambil lauknya sendiri."Ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-12
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   41. Curahan Hati Arzen

    (POV Arzen)Nafia. Sudah empat bulan aku hidup seatap dengan wanita itu. Menjalani kehidupan bersama dalam dalam biduk rumah tangga yang terasa hambar ini.Disebut demikian, karena memang apa yang aku jalani ini hanya sebatas pelaksanaan kewajiban. Konsekuensi dari ikrar yang telah terucap di depan penghulu.Berbeda dengan diriku, Nafia justru menjalani kehidupan pernikahan ini sebagai ajang ibadah terpanjangnya. Saat kutanya bagaimana perasaannya di awal pernikahan, dengan gamblang Nafia menjelaskan jika dia akan berbakti. Sepenuhnya mengabdikan seluruh hidupnya sebagai istri yang baik.Nafia tidak mengada-ada. Ia menjalani peran sebagai istri, menantu, dan ipar yang baik. Walau pun tidak mendapat respon yang hangat dariku, tidak pernah terlihat dia mengeluh.Nafia juga bersabar menghadapi sikap pedas mama. Perjuangannya berakhir indah. Ketulusan dia saat menolong Mama yang tengah sekarat karena kambuhnya asma, menjadi titik balik bagi hubungan antara mertua dan menantu itu.Kebencia

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   42. Kepergian Nafia

    Diaz menghela napas dalam-dalam. "Tadinya dokter bilang stress, makanya maag-nya sering kambuh. Tapi, saat Aliya mengeluh kesakitan yang luar biasa, dokter nyuruh buat CT. Dan kemarin hasilnya menunjukkan jika ada yang tidak beres di perutnya." Diaz menjeda perkataannya untuk menghirup udara, "ada cancer di ususnya."Aku terperangah mendengarnya. Bagai petir yang menyambar di siang yang terik. Aliya yang selalu tampak tenang ternyata menyimpan lara.Ketika masih bercakap dengan Diaz, Aliya terjaga. Aku langsung bergegas masuk menemui. Ibu Aliya yang pengertian sengaja keluar untuk memberikan kebebasan agar leluasa bicara dengan putrinya."Aku sakit, Zen. Aku akan mati." Tidak kusangka di balik senyum kalemnya, jiwa Aliya ternyata rapuh. "Jangan bicara seperti itu, Al. Semua penyakit pasti ada obatnya. Beruntung sakitmu terdeteksi secara dini. Jadi masih ada kesempatan," tuturku memberikan semangat.Aliya menggeleng lemah. "Percuma sembuh toh gak yang membuat hidupku bahagia sekarang

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13

Bab terbaru

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   67. Bulan Madu

    Ditemani Arzen dan Diaz keesokan harinya, aku pulang ke rumah Bapak Ibu. Kami pamit pada mereka. Tangan Arzen yang masih sakit tidak memungkinkan dia untuk menyetir sendiri."Jaga Fia baik-baik ya," pesan Bapak sambil menepuk pundak Arzen, "dia sudah kuanggap seperti putri kandungku sendiri.""Insya Allah, Pak." Arzen membalas kalem, "dan saya sangat berterima kasih karena selama Nafia pergi dari rumah, Bapak dan Ibu telah merawatnya dengan baik.""Maaf, Ya Nak Arzen, kami sempat pernah berbohong dengan mengatakan tidak tahu keberadaan Fia," timpal Ibu."Gak papa, Bu. Itu kan memang kemauannya Nafia sendiri," jawab Arzen bijak.Setelah pamit dari rumah Bapak Aminuddin, aku mengajak Arzen berkunjung ke rumah Paman Santosa. Pada dirinya juga kami meminta doa restu."Pesan saya masih sama, Dek Arzen. Tolong jaga dan cintai Nafia dengan baik," ucap Paman kalem."Insya Allah, Paman." Arzen mengangguk ramah, "dan tolong jangan sungkan menegur jika saya lalai seperti kemarin," lanjutnya tulu

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   66. Kembali Bersatu

    "Aku masih mencintai kamu, Zen. Masih." Tangan ini terus melingkari erat perutnya. Agar Arzen percaya jika aku memang benar-benar tidak menginginkan dia pergi.Arzen mengurai pelukan. Kami saling bertatapan. Maniknya menelisik mataku lekat. Seakan tengah mencari kejujurannya di dalamnya."Naf, aku tahu kamu tersiksa dengan pernikahan ini, makanya aku sadar diri dengan menjauh dari kamu," tutur Arzen lembut. Belum pernah kudengar dia selembut ini berbicara. "Jika perpisahan mampu memberimu kebahagiaan, aku rela pergi." Aku kembali menggeleng. "Tolong jangan katakan itu," mohonku seraya menempelkan telunjuk di bibir Arzen. "Karena kebahagiaanku adalah ketika kamu mencintai aku," tuturku serius.Arzen meraih jemariku. Dia mengecupnya lembut. "Aku mencintai kamu, Naf. Dan aku berjanji mulai detik ini akan selalu membuatmu bahagia."Aku tersenyum haru. Tanpa malu kupeluk pria ini lagi. "Kita rajut kembali mahligai rumah tangga yang sempat terkoyak kemarin.""Iya." Arzen balas mendekapku

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   65. Kesungguhan

    "Aaa!" Aku menjerit histeris. Takut tertimpa benda puluhan kilogram itu."Nafiaaa ... Awaaas!" Terdengar teriakan banyak orang dengan lantang.Semua terjadi dengan begitu cepat. Seseorang menarik tubuhku menjauh.PRAAANK!Aku membuka mata. Dadaku masih berdetak kencang. Ketika tengadah ternyata aku berada dalam pelukan Arzen. Lelaki itu pun tengah terpejam dengan napas tersengal-sengal. Di seberang sana Deva melakukan hal yang sama pada Aliya.Mata ini terbelalak melihat lampu gantung kepunyaan Deva hancur berantakan. Lampu gantung dengan materi kristal dan besi emas yang berbentuk kubah yang begitu indah itu sudah tidak berbentuk lagi. Kini hanya meninggalkan serpihan beling yang berserakan di lantai.Tiba-tiba aku merasa merinding. Ngeri membayangkan lampu dengan berat lima puluh kilogram itu menghantam tubuhku.Aku menatap Arzen kembali. Tubuh kami yang saling menempel membuat detak jantungnya juga terdengar jelas."Kamu gak papa?" Arzen bertanya lirih. Dia balas memindaiku. Namun,

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   64. Galau

    "Aaa!" Aku menjerit histeris. Takut tertimpa benda puluhan kilogram itu."Nafiaaa ... Awaaas!" Terdengar teriakan banyak orang dengan lantang.Semua terjadi dengan begitu cepat. Seseorang menarik tubuhku menjauh.PRAAANK!Aku membuka mata. Dadaku masih berdetak kencang. Ketika tengadah ternyata aku berada dalam pelukan Arzen. Lelaki itu pun tengah terpejam dengan napas tersengal-sengal. Di seberang sana Deva melakukan hal yang sama pada Aliya.Mata ini terbelalak melihat lampu gantung kepunyaan Deva hancur berantakan. Lampu gantung dengan materi kristal dan besi emas yang berbentuk kubah yang begitu indah itu sudah tidak berbentuk lagi. Kini hanya meninggalkan serpihan beling yang berserakan di lantai.Tiba-tiba aku merasa merinding. Ngeri membayangkan lampu dengan berat lima puluh kilogram itu menghantam tubuhku.Aku menatap Arzen kembali. Tubuh kami yang saling menempel membuat detak jantungnya juga terdengar jelas."Kamu gak papa?" Arzen bertanya lirih. Dia balas memindaiku. Namun,

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   63. Pesta Ulang Tahun Deva

    Aku melepas pegangan Arzen. "Aku mau telpon Diaz buat jemput kamu."Ketika hendak berdiri, Arzen mencegah. "Jangan bohongi diri kamu, Naf.""Aku gak bohongi hati sendiri, Zen." Aku menjawab datar, "tapi, saat ini aku sudah mati rasa sama kamu. Entah besok atau lusa. Yang pasti saat ini, aku sedang tidak mau bersama kamu."Kutingalkan Arzen segera. Aku tidak mau terlarut akan bujuk rayuannya. Seperti niat sebelumnya Diaz pun kuhubungi. Dan sekitar setengah jam pemuda itu sudah menampakan diri."Kamu boleh saja marah sama Arzen, tapi jangan berlarut-larut. Karena itu sama saja kamu memelihara dendam. Percuma kamu beribadah jika masih saja mengikuti napsu setan itu," nasihat Diaz dengan tenang dan serius. "Arzen tidak pernah kasar sana kamu. Dia tidak pernah KDRT. Dia hanya masih terjebak kisah masa lalu, tapi kini dia sudah menyadari kekeliruannya. Jadi tolong jangan buat setan tertawa menang karena berhasil memisahkan kalian."Aku termangu. Wejangan Diaz terdengar begitu panjang. Aku

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   62. Nasihat-nasihat

    Arzen akan menginap di sini," kata Bapak Aminuddin tenang."Tapi, Pak." Aku menyela tidak rela."Kasihan jika suamimu harus tidur di luar."Tanpa menunggu jawabanku, Bapak Aminuddin berlalu."Zennnn, kamu ...."Hachiii!Aku mendesah. Ingin rasanya berteriak, tapi kutahan. Walaupun Bapak Ibu sudah menganggap layaknya anak kandung, tetap saja aku harus bersikap sopan.Dengan menahan gondok, kubuka pintu lebar-lebar."Makasih." Arzen mengulum senyum.Lelaki itu memasuki kamar. Matanya menatap sekeliling. Aku sendiri berjalan tenang menuju lemari. Kuraih sebuah selimut."Ini udah ada selimut lho, Naf. Ha-hachiii." Arzen memberi tahu disertai bersin.Aku tidak membalas. Kini bantal pada ranjang pun aku ambil. Arzen mengernyit bingung karenanya."Lho ... kamu mau tidur di mana?" tegur Arzen begitu melihatku keluar kamar. Beberapa kali dia menggosok hidungnya yang merah. Bersinnya pun masih kerap menyerang."Aku tidur di sofa ruang keluarga saja," balasku kalem. "Biar kamu yang tidur di kama

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   61. Pantang Mundur

    Aku kembali ke rumah Bapak Aminuddin. Kembali tidur di kamar yang dulu. Seperti yang sudah-sudah kedua orang tua ini begitu menyayangi aku. Segala kebutuhanku tercukupi di sini.Waktu berjalan begitu cepatnya. Tidak terasa sudah sepuluh hari aku tinggal di rumah Bapak Aminuddin ini. Setiap hari Arzen datang berkunjung. Kadang pagi sebelum berangkat kerja. Kadang malam hari setelah pulang kerja.Pernah juga dia datang ke sini seorang diri. Tujuannya tidak lain adalah membujuk aku untuk pulang. Ibu Sita dan sang suami juga tidak mau ketinggalan. Keduanya beberapa kali mampir dengan maksud membawaku kembali.Lama-lama bosan menghadapi rayuan Arzen yang terus saja meminta kembali. Akhirnya kedatangan dia aku abaikan. Namun, Arzen tidak kenal menyerah. Bahkan ketika hujan turun dengan derasnya, lelaki itu tetap berdiri di teras depan menungguku."Temui suamimu, Nafia. Kasihan dia kedinginan di luar," suruh Ibunya Mas Ibnu memohon."Biarin aja, Bu. Salah sendiri ngeyel," balasku malas. "Sud

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   60. Usaha Arzen

    Kejadian itu begitu cepat. Setelah tiga bulan dalam persembunyian, akhirnya Arzen dan Diaz mampu menemukan aku. Sayangnya aku yang panik justru melakukan kecerobohan.Keegoisan mengalahkan kewarasan. Sudah tahu tengah mengandung kenapa aku mesti melarikan diri. Jika tidak ingin menjumpai Arzen, harusnya aku bicara baik-baik saja. Kenapa membahayakan diri sendiri dan kandungan ini?Bodoh! Aku pun menyesali kecerobohan kemarin. Tapi, aku lebih menyesali saat terbangun dari pingsan perut ini sudah kembali rata. Gerakan di dalam sana tidak lagi kurasakan.Aku telah kehilangan permata hati. Penantian selama lima bulan ini sia-sia sudah. Hidupku serasa hancur saat ini. Ketika Arzen datang, rasa benciku padanya bangkit lagi. Walaupun hati kecil ini menyalakan kecerobohan sendiri. Namun, Arzen juga turut andil atas kematian calon bayi kami.Aku yang masih berduka tidak menginginkan kedatangan Arzen. Ketika pria itu menampakan diri, sontak aku mengusirnya. Tidak peduli dia berkali mengucap ka

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   59. Aliya yang Sesungguhnya

    Sudah empat hari Nafia dirawat. Keadaannya berangsur-angsur membaik. Namun, hingga sekarang wanita itu belum sudi dikunjungi olehku. Padahal ketika Aliya datang, Nafia menerima kedatangan gadis itu dengan baik. Walau pedih, tapi kuterima. Konsekuensi dari berbagai kesalahanku padanya.Namun, ada yang mengganjal hati. Sudah lebih dari sekali aku melihat Aliya datang menjenguk Nafia pasti bersama Deva. Aku tahu mereka berteman. Tetapi, cara pandang Aliya tampak berbeda pada Deva."Aku lihat-lihat, sekarang lengket banget sama bosnya Nafia," sindirku suatu sore. Aku sengaja main ke rumahnya. Masalahnya aku tidak bisa langsung menegurnya di rumah sakit. Itu karena Aliya tidak mau lepas dari Deva. Sementara aku, masalah berdebat lagi dengan pemuda beganjulan itu."Memangnya kenapa?" Aliya membalas tenang. "Kami sama-sama single," imbuhnya santai."Oh ... jadi sekarang kamu sudah ikhlas jika aku lepas?" Walau emosi, tetapi kuikuti permainannya. Tenang."Zen, sadar dong! Kamu baru saja ken

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status