Share

27. Pernyataan Cinta Diaz

last update Last Updated: 2022-09-03 14:15:07
"Naf, kita pulang saja, yuk!"

"Eh!" Aku terheran ketika tiba-tiba Arzen menarik lenganku. Wajahnya mendadak menjadi merah. "Tapi, pesanan kita belum datang, Mas." Aku mencoba menolak.

"Kita batalin saja," balas Arzen dengan pandangan lurus ke depan.

"Tapi, aku mau makan steik."

"Lain kali saja, Naf." Arzen terus menarik lenganku agar mau bangkit dari duduk. "Tiba-tiba kepalaku pusing banget nih," katanya sambil meringis seolah menahan sakit. Namun, matanya tetap tertuju ke meja di depan kami.

Karena Arzen sudah melangkah duluan, mau tidak mau aku pun menurut. Namun, rasa penasaran membuatku mengalihkan pandangan ke arah meja depan. Tampak gadis seorang gadis tengah makan malam berdua dengan seorang pemuda.

Dahiku melipat. Aku pernah lihat gadis itu. Gadis yang menangis di acara pernikahanku dengan Arzen. Gadis yang dipeluk oleh ibunya Diaz. Dia Aliya.

"Naf!"

Aku tertegun. Arzen sudah jauh beberapa langkah dariku. Matanya kembali terpaku pada mejanya Aliya. Tampak ia menghela na
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   28. Perang Dingin

    "Aku mencintaimu kamu, Naf. Walau kamu tidak mencintaiku," ucap Diaz yakin. "Diaz?" Suara berat itu membuatku dan Diaz sontak menoleh. Arzen datang dengan tatapan aneh. "Kamu lagi ngapain?" tanya Arzen sambil menatap jemariku yang digenggam oleh Diaz. Refleks kulepas genggaman tangan Diaz. Diaz tampak gugup. Namun, dia cepat menguasai diri. "Ini baru selesai bebat kakinya Nafia biar gak bengkak." Arzen bergeming. Sepertinya dia tidak puas dengan jawaban Diaz. Namun, dia memilih diam. "Katanya mo beli makanan, kok udah pulang?" Kini Diaz yang bertanya. Dia merapikan semua alat yang dibawanya tadi. "Hape aku ketinggalan." Arzen membalas pelan, "udah deh kamu aja yang beli makanan," suruh Arzen seraya melempar kunci mobil pada Diaz. Diaz sigap menangkap. Menyimpan kunci tersebut pada saku celana. Setelah itu dia berlalu sambil membawa baskom. Tidak lama terdengar suara mesin mobil menyala. "Kayaknya kamu dekat banget sama Diaz," ujar Arzen setelah membenamkan punggungnya pada sofa

    Last Updated : 2022-09-04
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   29. Hanya Dicintai Sesaat

    Pintu rumah tidak terkunci ketika kami tiba. Sepertinya Arzen sudah pulang. Benar saja, sosok sudah ada di kamar bawah. Kamar yang kutempati. Tampak Arzen tengah mengambil baju untuk tidur. Dia hanya bertelanjang dada. Sepertinya habis mandi. Tiba-tiba aku teringat omongan Diaz di tempat tukang mie ayam tadi. Aku menghirup oksigen untuk mengumpulkan keberanian. Perlahan aku mendekat. Lalu mulai memeluknya dari belakang. Arzen tampak terpana. "Maafkan aku, Mas," bisikku lirih. Kepala ini kutempelkan pada punggungnya. "Maaf aku terlalu memaksakan kehendak," ucapku tulus. Arzen membalikkan badan. Lelaki itu memincing. "Kamu ngomong apa, Naf?" tanya Arzen tampak heran. Aku melonggarkan dekapan. Sedikit mendongak untuk balas menatapnya. "Mungkin sebagian orang akan menganggapku bucin, tapi aku hanya ingin menata kembali hubungan kita, Mas." Arzen mendengkus pelan. "Yakin kamu ingin menata ulang hubungan kita?" Matanya menatapku intens. "Tentu." Aku mengerjap disertai senyuman kecil,

    Last Updated : 2022-09-04
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   30. Aku Hanya Memiliki Raganya

    "Apakah aku boleh ikut membesuk Aliya juga?" tanyaku serius.Sontak baik Arzen maupun Diaz menatapku heran."Kita mau nengokin orang sakit, Naf. Bukan untuk main-main," balas Arzen yang menjadi pertanda jika dia keberatan."Yang bilang main-main juga siapa, Mas?" Aku memutar balikan perkataannya dengan tenang, "aku hanya ingin mengenal Aliya. Sepupu Diaz yang sekaligus mantanmu. Apakah itu gak boleh?""Boleh, tapi mau ngapain di sana?" Arzen bersikeras tidak berkenan."Sorry, Zen, ini ibu dari tadi berisik banget buat nyuruh aku ke sana." Diaz menginterupsi, "kalo kalian masih asyik debat, aku pergi sendiri aja.""Yodah pergi sekarang!" Arzen menyanggupi."Nafia bagaimana?"Ada rasa terharu saat Diaz menanyakan itu. Selalu saja lelaki itu memikirkan keadaanku.Arzen melirikku sejenak, "terserahlah," ujarnya pasrah.Aku tersenyum. "Aku ambil tas sebentar."Tergopoh aku menuju kamar. Memilih cepat pakaian rapi untuk mengganti baju rumahan ini. Setelah memberikan sentuhan tipis pada waja

    Last Updated : 2022-09-05
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   31. Kesepakatan

    "Aku maunya kamu pulang saja."Jleb!"Kenapa, Mas?" tanyaku sedih."Aku gak bisa konsentrasi kerja kalo ada kamu.""Konsentrasimu memang sudah pecah sejak ketemu Aliya tadi pagi.""Nafia!""Aku pikir percintaan panas semalam kita adalah pembuktian bahwa kamu sudah melupakan Aliya. Ternyata aku salah," tuturku sendu. "Aku sudah terlalu berharap banyak tentang semalam, Mas." Dengan mata yang berkaca-kaca aku menatapnya."Bukankah sudah kubilang, jangan ada cinta di antara kita," balas Arzen tidak peduli."Baiklah kalo begitu." Aku balas menatap Arzen lekat, "jangan pernah menyalahkan apalagi cemburu, jika aku dekat dengan pria lain," pintaku serius.Arzen tidak langsung membalas. Lelaki berahang tegas itu menatapku lekat. "Maksud kamu apa?"Aku membasahi bibir yang kering ini dengan lidah. "Aku lelah. Aku sudah cukup capek berjuang sendiri menjalankan biduk rumah tangga ini.""Gak ada yang menyuruh kamu melakukan hal itu, Naf." Arzen menyela dengan entengnya. "Seperti yang kamu tahu, ha

    Last Updated : 2022-09-05
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   32. Kerja Lagi

    "Diaaaz!" teriak Arzen yang sudah berada di luar."Baiiik!" Diaz berseru. "Aku butuh penjelasan darimu, Naf." Setelah berkata seperti itu, Diaz tergopoh menyusul Arzen.BRUGHAku terkesiap saat Diaz seolah sengaja menabrak Deva."Suami lu yang mana, Naf? Kenapa dua-duanya terlihat cemburu sama gue?" tanya Deva bingung sambil menggaruk janggutnya. Begitu mobil Arzen telah berlalu."Yang keluar duluan," jawabku lirih.Deva berjengit. "Tapi, yang terlihat jauh lebih care ke lu itu yang nabrak gue barusan," tukas Deva tampak heran. Dia menoleh lagi ke belakang, padahal baik Arzen maupun Diaz sudah tidak terlihat lagi bayangannya.Aku menipiskan bibir. "Memang begitu, yang baik dan peduli sama aku justru orang lain. Kamu contohnya, Ko," jujurku sambil menekan dada Deva dengan telunjuk. Deva pura-pura terhuyung ke belakang oleh tekanan kecil dari telunjukku. Membuat aku terkikik kecil. "Makasih ya udah ngasih tumpangan," ucapku kemudian."Buat lu semua gue jabanin, Naf." Deva berucap sambil

    Last Updated : 2022-09-07
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   33. Deva si Penolong

    Eh iya. Omongan si Koko ada benarnya." Tina menyahut, "Naf, cerita ma kita, apa yang sebenarnya terjadi dengan rumah tanggamu," suruh Tina sambil meremas pundakku pelan.Cecaran pertanyaan beruntun dari Deva membuat dada ini terasa sesak. Lalu saat mata Tina menyudutkan, akhirnya mau tidak mau aku harus bercerita."Jadi begini ...." Kuhirup oksigen sebanyak-banyaknya guna memberi asupan pada paru-paru. "Pernikahanku dengan Mas Arzen tidak sehat. Pincang. Aku berjuang sendiri agar biduk rumah tangga kami tidak karam---""Gak usah bertele-tele." Deva menyambar, "udah cerita langsung ke intinya saja!" titahnya dengan kedua tangan bersedekap.Kuturuti perintah Deva. Tanpa ada yang ditutupi kuceritakan perasaan Arzen yang masih saja mengharapkan Aliya sang mantan. Serta tentang kesepakatan antara kami."Emang lu udah siap cerai dari doi, Naf?" Deva si slengean itu bertanya serius."Jika memang kami bukan jodoh untuk apa memilih bertahan," kataku tenang. Walau sebenarnya ada denyut pedih sa

    Last Updated : 2022-09-07
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   34. Mengerjai Arzen

    "Dari mana saja malam begini baru pulang?"Aku tertegun. Arzen menegur dengan kedua tangan di saku.Aku menata hati dengan menarik napas panjang. "Aku baru saja pulang kerja. Kenapa?" tanyaku tenang."Kerja apa sampai selarut ini baru pulang?" tanya Arzen dingin."Kenapa? Masalah? Haruskah aku ingatkan tentang kesepakatan kita?" tantangku dengan seringai kecil, "jangan pernah saling mengurusi. Bukankah kamu tidak ingin kalah dariku?" tanyaku sambil mendongak menatapnya.Arzen tampak terperangah. Ia mengatupkan rahang. "Arghhh!" Dia mengerang, "aku gak bakalan kalah dari kamu, Naf. Oke ... terserah kamu mau ngapain. Terserah!" teriaknya keki. Setelah itu dia melangkah cepat menuju kamarnya di lantai dua.Aku sendiri tersenyum simpul melihat aksinya. Arzen yang dingin. Bicara saja denganku kadang malas, malam ini uring-uringan tidak jelas."Stooop!"Kaki yang tengah melangkah terpaksa kuhentikan. Mata ini mendongak. Kamar Arzen masih saja tertutup, jadi siapa yang dia suruh untuk berhen

    Last Updated : 2022-09-08
  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   35. Tukang Adu

    "Halo ... Naf." Suara Diaz terdengar hangat di seberang."Ya, Yaz." Aku membalas malas. Moodku hilang karena perlakuan Arzen barusan. "Ada apa nih?" tanyaku sambil merebahkan tubuh kembali."Kok lesu gitu? Emang belum baikan dengan Arzen ya?""Maksudnya?""Aku tahu kamu lagi marahan sama Arzen. Makanya malam ini aku sengaja pulang," tutur Diaz pelan, "aku sengaja naruh kecoa di kamar atas biar Arzen pindah bareng kamu."Aku menghela napas. Diaz selalu perhatian padaku. Dia benar-benar tulus. Baginya senyumku adalah kebahagiaannya juga."Hallo ... Naf? Kamu masih ada di situ?"Aku tersadar dari renungan. "Iya, Yaz, aku masih ada di sini.""Jika ada masalah bicaralah! Aku siap mendengarkan dan membantu," tutur Diaz terdengar tulus. Dapat kubayangkan dia pasti tengah menatapku peduli."Pasti.""Jujurlah juga jika Arzen menyakiti hatimu. Aku tidak akan segan-segan menegurnya." Diaz memerintah lagi, "bagaimana pun juga aku lebih tua lima bulan darinya, sedikit banyak Arzen pasti mendengark

    Last Updated : 2022-09-08

Latest chapter

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   67. Bulan Madu

    Ditemani Arzen dan Diaz keesokan harinya, aku pulang ke rumah Bapak Ibu. Kami pamit pada mereka. Tangan Arzen yang masih sakit tidak memungkinkan dia untuk menyetir sendiri."Jaga Fia baik-baik ya," pesan Bapak sambil menepuk pundak Arzen, "dia sudah kuanggap seperti putri kandungku sendiri.""Insya Allah, Pak." Arzen membalas kalem, "dan saya sangat berterima kasih karena selama Nafia pergi dari rumah, Bapak dan Ibu telah merawatnya dengan baik.""Maaf, Ya Nak Arzen, kami sempat pernah berbohong dengan mengatakan tidak tahu keberadaan Fia," timpal Ibu."Gak papa, Bu. Itu kan memang kemauannya Nafia sendiri," jawab Arzen bijak.Setelah pamit dari rumah Bapak Aminuddin, aku mengajak Arzen berkunjung ke rumah Paman Santosa. Pada dirinya juga kami meminta doa restu."Pesan saya masih sama, Dek Arzen. Tolong jaga dan cintai Nafia dengan baik," ucap Paman kalem."Insya Allah, Paman." Arzen mengangguk ramah, "dan tolong jangan sungkan menegur jika saya lalai seperti kemarin," lanjutnya tulu

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   66. Kembali Bersatu

    "Aku masih mencintai kamu, Zen. Masih." Tangan ini terus melingkari erat perutnya. Agar Arzen percaya jika aku memang benar-benar tidak menginginkan dia pergi.Arzen mengurai pelukan. Kami saling bertatapan. Maniknya menelisik mataku lekat. Seakan tengah mencari kejujurannya di dalamnya."Naf, aku tahu kamu tersiksa dengan pernikahan ini, makanya aku sadar diri dengan menjauh dari kamu," tutur Arzen lembut. Belum pernah kudengar dia selembut ini berbicara. "Jika perpisahan mampu memberimu kebahagiaan, aku rela pergi." Aku kembali menggeleng. "Tolong jangan katakan itu," mohonku seraya menempelkan telunjuk di bibir Arzen. "Karena kebahagiaanku adalah ketika kamu mencintai aku," tuturku serius.Arzen meraih jemariku. Dia mengecupnya lembut. "Aku mencintai kamu, Naf. Dan aku berjanji mulai detik ini akan selalu membuatmu bahagia."Aku tersenyum haru. Tanpa malu kupeluk pria ini lagi. "Kita rajut kembali mahligai rumah tangga yang sempat terkoyak kemarin.""Iya." Arzen balas mendekapku

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   65. Kesungguhan

    "Aaa!" Aku menjerit histeris. Takut tertimpa benda puluhan kilogram itu."Nafiaaa ... Awaaas!" Terdengar teriakan banyak orang dengan lantang.Semua terjadi dengan begitu cepat. Seseorang menarik tubuhku menjauh.PRAAANK!Aku membuka mata. Dadaku masih berdetak kencang. Ketika tengadah ternyata aku berada dalam pelukan Arzen. Lelaki itu pun tengah terpejam dengan napas tersengal-sengal. Di seberang sana Deva melakukan hal yang sama pada Aliya.Mata ini terbelalak melihat lampu gantung kepunyaan Deva hancur berantakan. Lampu gantung dengan materi kristal dan besi emas yang berbentuk kubah yang begitu indah itu sudah tidak berbentuk lagi. Kini hanya meninggalkan serpihan beling yang berserakan di lantai.Tiba-tiba aku merasa merinding. Ngeri membayangkan lampu dengan berat lima puluh kilogram itu menghantam tubuhku.Aku menatap Arzen kembali. Tubuh kami yang saling menempel membuat detak jantungnya juga terdengar jelas."Kamu gak papa?" Arzen bertanya lirih. Dia balas memindaiku. Namun,

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   64. Galau

    "Aaa!" Aku menjerit histeris. Takut tertimpa benda puluhan kilogram itu."Nafiaaa ... Awaaas!" Terdengar teriakan banyak orang dengan lantang.Semua terjadi dengan begitu cepat. Seseorang menarik tubuhku menjauh.PRAAANK!Aku membuka mata. Dadaku masih berdetak kencang. Ketika tengadah ternyata aku berada dalam pelukan Arzen. Lelaki itu pun tengah terpejam dengan napas tersengal-sengal. Di seberang sana Deva melakukan hal yang sama pada Aliya.Mata ini terbelalak melihat lampu gantung kepunyaan Deva hancur berantakan. Lampu gantung dengan materi kristal dan besi emas yang berbentuk kubah yang begitu indah itu sudah tidak berbentuk lagi. Kini hanya meninggalkan serpihan beling yang berserakan di lantai.Tiba-tiba aku merasa merinding. Ngeri membayangkan lampu dengan berat lima puluh kilogram itu menghantam tubuhku.Aku menatap Arzen kembali. Tubuh kami yang saling menempel membuat detak jantungnya juga terdengar jelas."Kamu gak papa?" Arzen bertanya lirih. Dia balas memindaiku. Namun,

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   63. Pesta Ulang Tahun Deva

    Aku melepas pegangan Arzen. "Aku mau telpon Diaz buat jemput kamu."Ketika hendak berdiri, Arzen mencegah. "Jangan bohongi diri kamu, Naf.""Aku gak bohongi hati sendiri, Zen." Aku menjawab datar, "tapi, saat ini aku sudah mati rasa sama kamu. Entah besok atau lusa. Yang pasti saat ini, aku sedang tidak mau bersama kamu."Kutingalkan Arzen segera. Aku tidak mau terlarut akan bujuk rayuannya. Seperti niat sebelumnya Diaz pun kuhubungi. Dan sekitar setengah jam pemuda itu sudah menampakan diri."Kamu boleh saja marah sama Arzen, tapi jangan berlarut-larut. Karena itu sama saja kamu memelihara dendam. Percuma kamu beribadah jika masih saja mengikuti napsu setan itu," nasihat Diaz dengan tenang dan serius. "Arzen tidak pernah kasar sana kamu. Dia tidak pernah KDRT. Dia hanya masih terjebak kisah masa lalu, tapi kini dia sudah menyadari kekeliruannya. Jadi tolong jangan buat setan tertawa menang karena berhasil memisahkan kalian."Aku termangu. Wejangan Diaz terdengar begitu panjang. Aku

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   62. Nasihat-nasihat

    Arzen akan menginap di sini," kata Bapak Aminuddin tenang."Tapi, Pak." Aku menyela tidak rela."Kasihan jika suamimu harus tidur di luar."Tanpa menunggu jawabanku, Bapak Aminuddin berlalu."Zennnn, kamu ...."Hachiii!Aku mendesah. Ingin rasanya berteriak, tapi kutahan. Walaupun Bapak Ibu sudah menganggap layaknya anak kandung, tetap saja aku harus bersikap sopan.Dengan menahan gondok, kubuka pintu lebar-lebar."Makasih." Arzen mengulum senyum.Lelaki itu memasuki kamar. Matanya menatap sekeliling. Aku sendiri berjalan tenang menuju lemari. Kuraih sebuah selimut."Ini udah ada selimut lho, Naf. Ha-hachiii." Arzen memberi tahu disertai bersin.Aku tidak membalas. Kini bantal pada ranjang pun aku ambil. Arzen mengernyit bingung karenanya."Lho ... kamu mau tidur di mana?" tegur Arzen begitu melihatku keluar kamar. Beberapa kali dia menggosok hidungnya yang merah. Bersinnya pun masih kerap menyerang."Aku tidur di sofa ruang keluarga saja," balasku kalem. "Biar kamu yang tidur di kama

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   61. Pantang Mundur

    Aku kembali ke rumah Bapak Aminuddin. Kembali tidur di kamar yang dulu. Seperti yang sudah-sudah kedua orang tua ini begitu menyayangi aku. Segala kebutuhanku tercukupi di sini.Waktu berjalan begitu cepatnya. Tidak terasa sudah sepuluh hari aku tinggal di rumah Bapak Aminuddin ini. Setiap hari Arzen datang berkunjung. Kadang pagi sebelum berangkat kerja. Kadang malam hari setelah pulang kerja.Pernah juga dia datang ke sini seorang diri. Tujuannya tidak lain adalah membujuk aku untuk pulang. Ibu Sita dan sang suami juga tidak mau ketinggalan. Keduanya beberapa kali mampir dengan maksud membawaku kembali.Lama-lama bosan menghadapi rayuan Arzen yang terus saja meminta kembali. Akhirnya kedatangan dia aku abaikan. Namun, Arzen tidak kenal menyerah. Bahkan ketika hujan turun dengan derasnya, lelaki itu tetap berdiri di teras depan menungguku."Temui suamimu, Nafia. Kasihan dia kedinginan di luar," suruh Ibunya Mas Ibnu memohon."Biarin aja, Bu. Salah sendiri ngeyel," balasku malas. "Sud

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   60. Usaha Arzen

    Kejadian itu begitu cepat. Setelah tiga bulan dalam persembunyian, akhirnya Arzen dan Diaz mampu menemukan aku. Sayangnya aku yang panik justru melakukan kecerobohan.Keegoisan mengalahkan kewarasan. Sudah tahu tengah mengandung kenapa aku mesti melarikan diri. Jika tidak ingin menjumpai Arzen, harusnya aku bicara baik-baik saja. Kenapa membahayakan diri sendiri dan kandungan ini?Bodoh! Aku pun menyesali kecerobohan kemarin. Tapi, aku lebih menyesali saat terbangun dari pingsan perut ini sudah kembali rata. Gerakan di dalam sana tidak lagi kurasakan.Aku telah kehilangan permata hati. Penantian selama lima bulan ini sia-sia sudah. Hidupku serasa hancur saat ini. Ketika Arzen datang, rasa benciku padanya bangkit lagi. Walaupun hati kecil ini menyalakan kecerobohan sendiri. Namun, Arzen juga turut andil atas kematian calon bayi kami.Aku yang masih berduka tidak menginginkan kedatangan Arzen. Ketika pria itu menampakan diri, sontak aku mengusirnya. Tidak peduli dia berkali mengucap ka

  • Menaklukkan Suami dan Mertua Super Dingin   59. Aliya yang Sesungguhnya

    Sudah empat hari Nafia dirawat. Keadaannya berangsur-angsur membaik. Namun, hingga sekarang wanita itu belum sudi dikunjungi olehku. Padahal ketika Aliya datang, Nafia menerima kedatangan gadis itu dengan baik. Walau pedih, tapi kuterima. Konsekuensi dari berbagai kesalahanku padanya.Namun, ada yang mengganjal hati. Sudah lebih dari sekali aku melihat Aliya datang menjenguk Nafia pasti bersama Deva. Aku tahu mereka berteman. Tetapi, cara pandang Aliya tampak berbeda pada Deva."Aku lihat-lihat, sekarang lengket banget sama bosnya Nafia," sindirku suatu sore. Aku sengaja main ke rumahnya. Masalahnya aku tidak bisa langsung menegurnya di rumah sakit. Itu karena Aliya tidak mau lepas dari Deva. Sementara aku, masalah berdebat lagi dengan pemuda beganjulan itu."Memangnya kenapa?" Aliya membalas tenang. "Kami sama-sama single," imbuhnya santai."Oh ... jadi sekarang kamu sudah ikhlas jika aku lepas?" Walau emosi, tetapi kuikuti permainannya. Tenang."Zen, sadar dong! Kamu baru saja ken

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status