Home / Fantasi / Memulai Kisah Baru / Bab 61 - Peresmian

Share

Bab 61 - Peresmian

Author: Meina H.
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

~Jonah~

Aku sangat lelah dengan perjalananku berkeliling dari satu mal ke mal lain untuk memeriksa stan kami. Tetapi semuanya terbayar begitu laporan sore tadi menunjukkan kami mendapat penyewa unit lagi. Jadi, aku bisa pulang ke rumah lebih cepat dari yang aku rencanakan.

“Tutup mulutmu, wanita sialan!” Terdengar jeritan dari dalam rumah begitu Pak Raihan membuka pintu untukku. Darah seolah berhenti mengalir ke kepalaku melihat kejadian di depan mataku. Jovita mengayunkan tangannya ke arah wajah Celeste.

Dia baru saja mengalami kejadian buruk semalam dan aku berusaha sebaik mungkin agar dia tidak mengingat hal itu lagi. Lalu berani-beraninya perempuan ini memberinya pengalaman buruk lagi di rumah di mana seharusnya dia merasa aman dan dicintai.

Istriku menangkap tangannya sebelum dia sempat menyakitinya. Lalu menepis tangannya menjauh. Aku hampir lupa bahwa gadisku bisa melindungi dirinya sendiri. Serangan dari wanita lemah itu tidak akan bis

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Memulai Kisah Baru   Bab 62 - Déjà vu

    “Karena itu aku bilang,” Jovita tersenyum dengan sinis, “kamu tidak pantas berada di tengah-tengah keluarga ini. Kamu bahkan tidak tahu apa yang lebih penting bagi keluarga Jarvis Putra daripada nyawa mereka sendiri. Reputasi. Selalu reputasi, Celeste.”“Dan bagi kamu itu adalah tanah kotor sehingga kamu injak-injak terus untuk menyakiti harga diri mereka? Keluarga dari suamimu sendiri? Seseorang yang sudah menjadi satu denganmu dalam ikatan yang suci? Itukah yang kamu pikirkan, Jovita?” tantang Celeste.“Sayang,” kataku mencoba melerai.“Kamu seharusnya berterima kasih karena keluarga yang baik ini masih mau menerima kamu menjadi menantu dan tidak menendang kamu keluar begitu kasus ayahmu ikut mencoreng nama mereka. Apa kamu harus menambah luka lagi dengan selingkuh dengan sepupu mereka sendiri?“Kamu selalu menyebut aku gadis miskin atau pelayan. Apa kamu lupa bahwa kamu lebih miskin dari aku s

  • Memulai Kisah Baru   Bab 63 - Tak Bisa Dicegah

    Tidak. Aku datang kembali ke waktu ini bukan untuk mendengar berita bahwa kakakku tidak bisa aku selamatkan. Ini tidak mungkin terjadi. Lima belas Juli. Oh, Tuhan. Mengapa aku bisa lupa dengan tanggal kematian kakakku sendiri? Aku benar-benar tidak berguna.“Ja-Jace meninggal?” tanya Jovita dengan nada tidak percaya. “Itu pasti salah, Ayah. Dia pagi tadi masih baik-baik saja. Dia tidak mungkin meninggal.”“Kita harus ke rumah sakit sekarang. Mereka menghubungi kita segera setelah mereka menemukan kartu identitasnya. Kondisi wajahnya tidak bisa dikenali lagi, makanya mereka kesulitan mencari tahu siapa dia. Mobilnya masuk ke jurang dan ….” Ayah terus saja bicara hingga aku berdiri dari tempat duduknya dan segera memegang kedua lengannya.“Bernapas, Ayah.” Keluargaku membutuhkan aku. Sekarang bukan saatnya untuk mengasihani diri. “Tarik napas yang dalam, lalu keluarkan secara perlahan.” Setelah mel

  • Memulai Kisah Baru   Bab 64 - Konfrontasi

    “Te-tenang dahulu, Jo. A-aku bisa jelaskan semuanya kepadamu.” Dia berdiri dan berjalan mundur saat aku terus melangkah mendekati dia. “Aku harus melakukan itu. Kalau aku tidak menghentikan Jace, dia akan menyakiti Vita! Dia akan membunuh istrinya sendiri, Jo!”“Jace akan menyakiti Jovita? Mengapa?” tanyaku yang tahu bahwa rencananya mengulur waktu dan meyakinkan aku tidak akan berhasil.“Karena dia curiga bahwa anak itu bukan anaknya dan dia salah duga mengenai hubungan Felix dan Vita. Tidak ada hubungan apa-apa di antara mereka, Jo. Vita tidak selingkuh dengan Felix. Dia hanya ingin Jace melihat bahwa dia wanita yang berharga yang masih diinginkan oleh banyak pria. Dia hanya ingin membuat Jace cemburu agar bisa memperbaiki hubungan mereka.”“Dan kamu percaya pada perkataan bohongnya itu?” tanyaku.“Vita tidak berbohong. Dia datang kepadaku dengan wajah ketakutan dan mengatakan bahwa Jace

  • Memulai Kisah Baru   Bab 65 - Hak Sejak Lahir

    Hal pertama yang harus aku ketahui adalah apa yang telah kami curi darinya. Aku meminta Theo untuk memeriksa setiap transaksi, perjanjian, bahkan transfer yang pernah terjadi dalam kerja sama bisnis perusahaan Ayah dan Om Mahavir.Lalu aku meminta bantuan Agam untuk memeriksa setiap hal yang aku temukan pernah dikerjakan bersama antara kedua perusahaan tersebut selama Ayah yang memimpin perusahaan ini. Sebagian lagi, aku minta untuk diperiksa oleh Pak Omar.Aku memeriksa semua dokumen itu setelah menyelesaikan pekerjaanku. Satu tumpuk dokumen yang ada di atas mejaku telah diperiksa dan aku tidak menemukan petunjuk apa pun. Pak Omar pamit pulang lebih dahulu, aku tidak menahannya.Ketika Theo mengirim dokumen yang aku butuhkan dari perusahaan Om Mahavir pada keesokan harinya, aku meminta Fabian untuk mencetaknya. Lalu untuk pertama kalinya, aku mengundang Agam untuk datang dan membantu aku memeriksa semua itu di ruang kerjaku. Dia memang bekerja untukku, tetapi a

  • Memulai Kisah Baru   Bab 66 - Perpisahan

    Acara pemakaman itu berjalan dengan lancar. Bunda memekik keras memanggil nama putranya saat tanah mulai dijatuhkan menutupi peti di mana jasadnya berada. Ayah memeluknya dengan erat. Jovita berusaha terlihat sedih, tetapi kali ini dia tidak bersandiwara semeyakinkan pada kehidupanku sebelumnya. Karena orang-orang tahu bahwa dia tidak setia kepada suaminya.Dia beberapa kali bersikap tidak tahu malu dengan mendekatkan dirinya kepadaku, mencoba untuk bersandar di tubuhku layaknya sikap seorang kakak ipar. Celeste dengan sigap berpindah posisi agar dia berdiri di antara aku dan wanita itu. Jadi, dia tidak punya kesempatan lagi untuk mendekati aku.Pada saat kami kembali ke rumah, sudah tidak ada siapa pun lagi yang mengunjungi kami. Semua orang sudah menyampaikan belasungkawanya di tempat peristirahat terakhir Jason dan langsung pulang ke rumah mereka masing-masing.Jovita menaiki tangga, langsung menuju kamarnya, ketika aku memberi sinyal kepada Ayah dan Bunda un

  • Memulai Kisah Baru   Bab 67 - Tak Ada Waktu

    “Aku punya pertanyaan,” kata Bunda saat kami kembali duduk di ruang kerja Ayah setelah anak buah Theo menyatakan tidak ada tanda-tanda kamera tersembunyi di ruangan tersebut. Aku menunggu Bunda menyampaikan pertanyaannya. “Kamu tahu bahwa Yosef adalah ayah dari anak Jovita.” Aku mengangguk. “Mengapa kamu tidak memperingatkan kami?”“Jason sudah katakan bahwa itu bukan anaknya, Bunda. Mereka sudah lama tidak tidur bersama. Aku tahu karena dia pernah datang ke kantor saat Jason sedang di luar kota. Jadi, aku menyelidiki ada hubungan apa antara dia dengan Jason, yang aku temukan justru dia sedang dekat dengan Yosef. Mereka bahkan pernah tidur bersama.” Aku sudah siap untuk menjawab pertanyaan itu.“Benar-benar perempuan gila. Apa dendamnya pada Jason?” tanya Bunda lagi. Pertanyaan itu tidak ditujukan khusus kepadaku, tetapi aku tahu bahwa hanya aku yang bisa menjawabnya.“Aku mencari tahu tentang gad

  • Memulai Kisah Baru   Bab 68 - Terjaring Umpan

    Dari rumah Om Mahavir, aku kembali ke kantor. Alangkah terkejutnya aku melihat istriku sedang berada di ruangan itu menungguku. Dia segera berdiri dan tersenyum menyambut aku. Dia tidak menjalani tes apa pun pada hari ini, lalu mengapa dia ada di sini?“Aku ingin makan siang bersamamu, jadi aku datang ke sini dengan Bunda. Ayah makan siang bersamanya, aku ingin makan siang denganmu,” katanya menjawab pertanyaan yang belum aku sampaikan. Aku mengangguk. “Jangan-jangan, kamu sudah makan siang?”“Belum.” Aku duduk di sisinya. Dia tersenyum senang, lalu memberikan sekotak nasi kepadaku. Lalu dia membuka kotak makanan lain yang berisi lauk-pauk, sayur, juga potongan buah. Walaupun aku sudah makan siang, aku tidak akan melewatkan kesempatan bisa makan bersamanya.“Apa kamu akan menunggu sampai aku selesai bekerja atau pulang ke rumah bersama Bunda?” tanyaku ingin tahu. Aku punya rencana sore ini dan aku harus mengubahnya

  • Memulai Kisah Baru   Bab 69 - Serangan Mendadak

    Lantai yang aku pijak bergetar dan kaca jendela mengeluarkan bunyi akibat ledakan tersebut. Aku yang semula berniat menyerang istriku segera berubah pikiran dengan memeluk tubuhnya dan membawanya ke balik konter dapur.Aku meletakkan tanganku di mulutnya agar dia tidak berteriak. Celeste duduk di lantai, sedangkan aku berjongkok di belakangnya. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi aku yakin bahwa bunyi itu berasal dari pintu apartemen. Istriku menoleh ke arahku dan menyentuh tanganku yang ada di depan mulutnya. Aku menurunkan tangan itu sambil meletakkan jempolku di depan bibirku. Dia mengangguk pelan.“Cepat! Cari mereka! Jangan sakiti siapa pun. Bos mau mereka ditangkap hidup-hidup!” Terdengar suara seorang pria memenuhi apartemen diikuti dengan langkah cepat mendekati kami.Istriku menatapku dengan mata membesar. Aku melihat ketakutan pada matanya. Bukan hanya dia. Aku juga merasakan ketakutan yang sama karena aku tidak sendirian di tempat ini.

Latest chapter

  • Memulai Kisah Baru   Bab 85 - Pria Dambaanku

    ~Celeste~ “Jacob Nicholas Putra!” seruku melihat anakku yang berusia sembilan tahun malah asyik memakan es krim cokelat di ruang makan. Dia mengotori pakaiannya padahal kami harus pergi sekarang. Aku menoleh ke arah suamiku yang berdiri di sisiku. “Oke. Ini salahku.” Dia menurunkan putri kami dari pelukannya dan memberikan tangannya padaku. “Ayo, Jacob, kita bersihkan tanganmu dan ganti pakaianmu.” Aku mendesah napas keras melihat mereka berjalan menuju pintu belakang. Aku hanya beberapa menit berada di kamar untuk bersiap-siap setelah membantu anak-anak berpakaian. Saat aku pikir kami sudah siap untuk pergi, selalu saja terjadi kecelakaan serupa. Jacob makan sesuatu hingga mengotori tangan, wajah, dan pakaiannya atau Jolene yang menumpahkan minuman ke bajunya. Meninggalkan anak-anak dalam pengawasan suamiku memang bukan ide yang baik, tetapi siapa lagi yang bisa aku percaya kalau bukan dia? Andai saja Ayah dan Bunda ada di sini. Mereka masih dalam pe

  • Memulai Kisah Baru   Bab 84 - Tanggung Jawab

    Aku melihat ke arah arloji pemberian istriku yang melingkari pergelangan tanganku. Tidak peduli berapa harganya, benda itu sangat berarti bagiku. Pemberian pertama darinya untukku. Meskipun dia tidak ada di sini bersamaku, aku merasakan dukungannya.Hari ini pertama kalinya aku akan menghadiri rapat pemegang saham di perusahaan Anggara. Om dan Bunda tersenyum kepadaku saat mereka melihat aku duduk di kursi yang mereka sediakan untukku. Di sisi Om Mahavir. Wajah peserta lainnya menatapku dengan rasa ingin tahu. Mereka semua sudah mendengarkan kemampuan dan beberapa prestasiku, mereka pasti tidak sabar mau mendengar langsung apakah aku seperti yang dikatakan Om.Asisten Om Mahavir menenangkan ruangan dan memimpin jalannya rapat. Dia membacakan agenda dari pertemuan kami sebelum mempersilakan direktur utama untuk menyampaikan laporannya. Aku menghela napas panjang, bersiap mengikuti diskusi panjang nanti.“Aku tidak percaya proyek ini lolos begitu mudah,&rdqu

  • Memulai Kisah Baru   Bab 83 - Beban Terakhir

    “Mengapa aku harus berpakaian seperti ini?” keluh Celeste untuk kesekian kalinya. Dia memakai gaun paling indah dan mahal yang selalu menjadi dambaan banyak wanita, tetapi dia mengeluh. Aku bahkan memberi dia gelang berlian untuk menyempurnakan penampilannya.“Kamu akan mengerti begitu kita tiba di sana.” Kali ini aku tidak menyetir dan meminta salah satu sopir keluarga kami untuk mengendarai mobilku.“Aku merasa seperti maneken yang kamu bawa ke pesta hanya untuk dipamerkan.” Dia memajukan bibirnya, menyatakan rasa tidak sukanya. Seandainya kami dalam perjalanan pulang, aku pasti akan menciumnya habis-habisan di mobil ini sampai senyuman menghiasi wajahnya. Tetapi aku tidak bisa melakukan itu sekarang, riasan wajahnya bisa rusak.“Malam ini istimewa, sayang. Aku mau mereka semua tahu bahwa meskipun aku masih muda, aku bisa mendapatkan uang yang banyak untuk membelikan istriku pakaian yang bagus dan perhiasan yang mahal.

  • Memulai Kisah Baru   Bab 82 - Kunjungan

    Aku menyerahkan dokumen terakhir yang perlu aku tanda tangani sebagai manajer pemasaran kepada Fabian. Sudah tidak ada lagi dokumen atau laporan yang aku sisakan di atas meja. Dengan begitu, orang baru yang akan menggantikan aku tidak dibebani dengan tugas yang masih menjadi tanggung jawabku.“Terima kasih atas bimbingannya selama ini, Pak. Saya ikut bangga Bapak naik ke posisi baru,” ucap Fabian dengan tulus.“Terima kasih juga padamu, Fabian. Kamu asisten terbaik yang pernah aku miliki.” Aku melirik jam tanganku. “Apa kamu ada janji malam ini Mau makan malam bersamaku?”“Saya tidak ada janji, tetapi—” jawabnya dengan segan.“Tidak ada tetapi. Ayo, aku traktir.” Aku memasukkan ponsel ke dalam saku jasku, lalu berjalan mendekati pintu. Dia mengikuti aku keluar dan bergegas menyimpan dokumen tadi di lemari besi kemudian menguncinya.Fabian tidak menyebut makanan tertentu yang dia suka

  • Memulai Kisah Baru   Bab 81 - Pulang

    ~Jonah~Suasana rumah pada pagi itu tepat seperti dugaanku. Ketika aku masuk ruang makan dan Celeste tidak bersamaku, aku terpaksa memberi tahu Ayah dan Bunda bahwa dia pulang ke rumah Papa semalam. Bunda histeris dan Ayah segera menenangkannya.Namun tidak ada yang bisa membuat Bunda berhenti menangis sehingga kami pergi bersama untuk membujuk dia pulang. Aku mengendarai mobilku sendiri, sedangkan Ayah dan Bunda di mobil Ayah. Kami harus ke kantor setelah urusan ini selesai, jadi kami tidak bisa pergi dengan satu kendaraan.Bu Liana menyambut kedatangan kami, lalu mengantar kami ke ruang tamu. Dia meninggalkan kami untuk memanggil Celeste. Nevan masuk beberapa saat kemudian bersama seorang pelayan yang membawakan kudapan. Dia hanya mendesah pelan sebelum duduk di salah satu sofa kosong.“Tolong, maafkan adikku. Dia—” Nevan berusaha untuk menjelaskan.“Ini adalah kesalahanku. Celeste berhak untuk marah,” tukas Ayah. Ne

  • Memulai Kisah Baru   Bab 80 - Rahasia Besar

    ~Celeste~Restoran yang dimiliki Papa berawal dari warung makan sederhana yang dimulainya bersama Mama. Mereka mengawali usaha itu dari nol hingga akhirnya berdiri sebuah restoran berlantai tiga. Dari menu makanan sehari-hari khas Indonesia hingga orang tuaku mempekerjakan koki khusus masakan luar negeri. Restoran itu unik karena lantai dasar tetap diperuntukkan bagi makanan yang terjangkau layaknya warung nasi sederhana, sedangkan lantai dua khusus makanan yang sedikit lebih mahal.Pelanggan semakin banyak dan mereka berharap ada cabang lain yang jaraknya lebih dekat dari tempat tinggal atau kantor mereka. Karena itu Papa ingin membangun restoran yang kedua. Itu adalah prestasi terbesarnya setelah lama berdua kehilangan Mama.Lalu ada orang yang sengaja menghancurkan impian Papa dan sengaja merebut semua itu darinya. Dan orang itu tidak lain adalah ayah mertuaku sendiri? Bagaimana bisa orang kaya punya pikiran yang begitu egois? Mereka tidak lebih baik dari Fel

  • Memulai Kisah Baru   Bab 79 - Syarat

    “Apa katamu? Kamu punya syarat? Kamu sudah mendapatkan posisi yang tidak perlu susah payah kamu perjuangkan dari nol, kamu masih berani mengajukan syarat?” ejek Felix. “Ayah lihat, ‘kan? Dia tidak lain hanyalah seorang pecundang yang akan membuat perusahaan kita bangkrut!”“Syarat hanya diajukan oleh orang yang percaya diri dengan kemampuannya. Dia belum memberi tahu syaratnya mengapa kamu langsung marah? Sabar, Felix. Lihat baik-baik bagaimana seorang pemimpin berdiskusi dan menyatakan pendapat tanpa bersitegang leher,” kata Om Mahavir.“Katakan, Jonah. Apa syarat darimu?” tanya Om kepadaku.“Aku hanya meminta hak penuh yang Om dapatkan sebagai direktur utama juga diberikan kepadaku saat aku menggantikan posisi Om. Aku tidak akan mau memimpin bila mendadak dibentuk dewan komisaris untuk membatasi wewenangku. Aku tidak keberatan dengan kehadiran para pemegang saham, dan aku akan menghormati setiap penda

  • Memulai Kisah Baru   Bab 78 - Penawaran Besar

    Dia seharusnya tidak berada di sini. Untuk kejahatan yang sudah dia lakukan, dia tidak mungkin dibiarkan bebas dengan jaminan apa pun. Keberadaannya di dekat kami bisa mengancam nyawa kami. Dia tidak segan menyakiti keluarganya sendiri demi mencapai tujuannya. Lalu mengapa dia bisa berada di sini, di kantor Ayah?“Tenang, Nak. Masuklah. Dia tidak akan menyakiti siapa pun,” kata Ayah.Aku membuka pintu lebih lebar dan melihat ada dua orang polisi yang duduk di dekat Felix. Aku pun merasa sedikit tenang. Ada Ayah, Bunda, Om Mahavir, dan Tante Clara duduk bersama di ruangan itu. Meskipun aku bingung apa yang sedang terjadi, aku masuk dan menutup pintu. Ayah menunjuk di mana sebaiknya aku dan istriku duduk.“Kita tidak bisa berlama-lama karena Felix harus segera kembali ke tempatnya.” Ayah memajukan tubuhnya dan memasang wajah serius. “Aku dan Avir sudah berembuk sampai kami sampai pada sebuah keputusan yang sangat besar.” Ayah me

  • Memulai Kisah Baru   Bab 77 - Mengalihkan Pikiran

    Pada keesokan harinya, kami menerima surat panggilan untuk hadir memberi kesaksian di kantor polisi. Aku, Celeste, dan Bunda meminta agar bisa hadir pada hari yang sama dan tidak berbeda hari seperti yang tercantum dalam surat panggilan tersebut. Pak Omar memberi kabar baik bahwa mereka memenuhi permintaan kami tersebut.Sebagai penasihat hukum keluarga kami, Pak Omar yang lebih banyak bicara mewakili kami bertiga. Dia yang menentukan mana pertanyaan yang bisa kami jawab dan yang mana yang tidak ada hubungannya dengan investigasi kasus yang sedang mereka tangani.Mereka lebih banyak bertanya seputar ledakan yang terjadi pada pintu apartemenku, perkelahian di jalan raya yang sengaja diblokir atas perintah Felix, penculikan Celeste, serta pemaksaan atas Bunda dan penembakan yang terjadi di pelabuhan.Aku menjawab sedetail mungkin mengenai peristiwa di apartemen dan jalan raya, karena mereka perlu memberi laporan kepada pihak asuransi. Aku tidak mau merogoh uangku

DMCA.com Protection Status