Share

16. Pesona Xander

Penulis: Teha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-14 21:21:56
"Jangan underestimate terhadap Elowen, ya! Meskipun lebih banyak area pedesaan di sini, orang-orangnya tidak udik, tahu," ucapku sewot, setengah bercanda menanggapi ucapan Judith.

"Ceileh! Yang sudah jadi nyonya di Elowen nih, ye, siap pasang badan ngebelain." Ledekan Judith belum berhenti. Perempuan itu cengar-cengir seperti tapir.

Eh, tapir bisa cengar-cengir kah?

"Jelas dong! Katanya don't judge the book by its cover, so kalau kamu belum benar-benar mengenal Elowen, jangan menilai hanya dari penampilannya yang sederhana ini," imbuhku yakin.

"Ampun deh! Baiklah, Bu Xander yang telah menjadi duta pariwisata Elowen."

"Apaan sih?"

"Hahaha."

Baik aku maupun Judith memang tinggal di Hazelton, sebuah kota yang cukup modern. Semenjak kecil kami terbiasa dengan suasana kota yang ramai, dan menikmati kemudahan hidup di sana.

"Jadi apa yang spesial di Elowen, khususnya di tempat ini, yang membuatmu betah? Selain karena ada Xander tentunya. Hihi," tanya Judith dengan bumbu kepo yang sedikit kur
Teha

Hayo, yang lagi bergosip ketahuan nih ye! Btw, siapa yang datang, ya?^^

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   17. Perempuan Lain

    "Enak saja! Buat apa?!""Eh, kok kamu tahu sih?"Setengah tak percaya kutolehkan kepala ke samping, dan menatap Judith dengan mulut menganga. Demi menjaga harga diri, aku menyangkal tuduhan Xander, eh, di saat bersamaan Judith malah sebegitu gampangnya mengiyakannya sambil bersikap centil.Dia ini benar-benar kawan yang tidak setia kawan.Tak dinyana, sedang seru-serunya kami membicarakan Xander, eh, objek yang kami omongin malah muncul. Inilah satu alasan mengapa kita tidak boleh membicarakan orang lain di belakangnya, ya, pembaca!"Eh ..., maksudku ... hehe ... itu ...." Terbata-bata sambil garuk-garuk kepala, Judith mencoba menganulir ucapannya."Kalian sudah makan? Sepertinya belum." Dengan sikap yang sangat santai Xander mengambil air mineral dan meminumnya. Gibahan kami tadi seakan telah dilupakannya.Di hari Sabtu Xander hanya bekerja setengah hari, jadi ia bisa pulang relatif siang. Peluh membasahi baju yang dikenakannya, anehnya di mataku dia terlihat seksi.Entah CEO macam ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   18. 'Sudah kubilang, 'kan?'

    "Wuah! Ayam, sosis, daging, sayuran, jagung, cumi, udang! Aku sangat bahagia hari ini!!!"Judith berteriak kegirangan sambil menari-nari sewaktu menyaksikan berlimpah hidangan yang tengah disiapkan oleh orang-orang di rumah besar sore ini. Bahkan daftar makanan yang disebutkannya baru mencakup setengahnya, masih banyak yang lain.Sebagai nyonya rumah, istri dari bos perkebunan, aku juga tak mengetahuinya, dan dibuat terperangah dengan berbagai macam makanan yang tersaji.Ini bahkan lebih hebat daripada saat mereka membuat pesta penyambutan untukku, seakan mereka menjamu Judith sebagai seseorang yang sangat penting ... ah, mereka pasti tak tahu bahwa perempuan ini hanyalah 'penculik' mempelai wanita bos mereka."Makanlah sepuasmu, sayang. Jangan khawatirkan apapun, stok makanan sore ini cukup untuk mematahkan kaki meja," ujar Julia mempersilakan Judith untuk tidak menahan diri."Oh, Julia! Terima kasih!" Judith memeluk Julia dengan begitu erat hingga wanita itu kesulitan bernapas.Ada b

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   19. Ratu Sandiwara

    "Sakit! Aku nggak mau pulang." Penampilan kusut nan menyedihkan disertai rintih kesakitan menjadi senjata Judith untuk menolak pulang ke rumah orang tuanya malam itu.Air mata buaya! Hhh, tapi mau bagaimana lagi, ia terlihat kesakitan, dan keringat dingin membanjiri dahinya. Setelah meminum ramuan dari Julia, Judith meringkuk dan menolak untuk membuka matanya barang sekejap."Biarkan saja dia tidur di sini malam ini," saran Julia yang setia memantau keadaan Judith. Pun Rafael masih ikut menunggu.Kupandang Xander meminta pertimbangan, sekaligus izin yang diperlukan agar sahabatku diperbolehkan bermalam di sini. Bagaimanapun ini adalah rumahnya.Suamiku mengangguk setuju. "Hubungi saja orang tua Judith agar mereka tak cemas menanti," sarannya, yang segera kulakukan."Halo, Mrs. Kelly!" sapaku begitu panggilan suaraku dijawab."Hai, Theodora sayang! Apa kabar?" Respons hangat dari ibu Judith membawa kami ke obrolan pembuka yang menyenangkan.Seperti anak perempuannya, Mrs. Kelly berpemb

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   20. Malam dan Pagi Bersama

    "Xander ..., kau sudah tidur?" ucapku lirih.Setelah menutup pintu penghubung aku berjalan mengendap-endap mendekati tempat tidur di kamar utama. Cahaya redup dari lampu tidur cukup memberiku keyakinan bahwa pria itu benar-benar tidur duluan.Benar, Xander telah berbaring dan memejamkan mata di satu sisi tempat tidur, dan menyisakan cukup banyak ruang untukku di sebelahnya. Ia bahkan meletakkan sebuah guling di tengah ranjang sebagai pembatas."Bisa juga dia!" decakku menahan tawa. Satu selimut terlipat rapi di bagian ranjang yang kosong, jikalau aku membutuhkannya, seakan ia memberikan opsi bila aku tak mau berada di bawah satu selimut dengannya.Xander seakan bertekad agar istrinya mau tidur di ranjangnya malam ini. Kalimat sembrono semacam, "Tidur saja di lantai, bila kamu tak mau tidur di ranjangku," sama sekali tak terucap dari mulutnya.Ia bahkan tidur duluan, bisa jadi untuk menghindari keributan. Hmm, tampaknya aku harus belajar untuk lebih percaya kepadanya, bahwa omongannya b

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-27
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   21. Permintaan Konyol Judith

    "Bagaimana kondisimu, Jud? Sudah baikan? Perutmu aman?" Kutodongkan sejumlah pertanyaan kepada pasien semalam yang masih berbaring dengan nyaman di atas tempat tidurku.Berkat provokasi Xander, aku terpaksa berlari pulang hanya untuk mendapati Judith masih terlelap. Ia baru terbangun ketika aku selesai mandi. Tahu begini tadi aku jalan kaki saja. Hah!"Masih sempat ke toilet beberapa kali, tapi sepertinya hari ini sudah tidak apa-apa," jawab Judith dengan suara malas.Wajar dia terlihat pucat, pasti semalam Judith kurang tidur karena sakit perut dan harus pergi ke toilet. Bangun tidur saja kesiangan!"Kenapa kamu tidak membangunkan aku? Sudah kubilang kalau ada apa-apa cepat panggil aku di kamar sebelah," ujarku sedikit mengomel. Semalam sebelum berangkat ke kamar sebelah, aku sudah mewanti-wanti agar Judith memanggilku bila ia butuh bantuan."Bagaimana mungkin aku akan mengganggu kenyamanan sepasang suami istri yang sedang tidur bersama?" cibirnya dengan sindiran nyelekit yang tidak t

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   22. Pencitraan

    "Jangan macam-macam!" Teguran keras itu tak hanya mengagetkan Judith, tetapi aku dan Xander pun sedikit tersentak, lalu melihat sekilas satu sama lain. Tanpa sadar kami mengucapkan kalimat itu secara bersamaan. Kami memiliki kekhawatiran yang sama. "Kompak banget, ya, kalian berdua ini," kekeh Judith, tetapi jelas terasa sewotnya. Mimiknya berubah, wajahnya melengos, dan perhatiannya terfokus pada makanan di depannya, satu pertanda bahwa dirinya sedang ngambek. "Tidak baik seorang pemuda dan seorang gadis yang baru mengenal untuk pergi berdua. Tak baik untuk orang yang melihat, dan lebih tak baik lagi untuk mereka berdua," cakap Xander penuh pertimbangan. Hmm, mode bisnis menyala! Sejauh ini aku masih berusaha memahami cara Xander berpikir dan bersikap, dan meskipun belum berhasil seratus persen, aku selalu tahu ketika suamiku bersikap sebagai seorang pebisnis. Saat itu sikapnya sangat percaya diri, meyakinkan, dan sedikit mengintimidasi. "Ah, kau ini seperti ayahku saja."

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   23. "Enak juga punya sopir."

    "Barusan Mama telepon, katanya Adam dan Vanessa ke rumah Papa Mama, kita diminta ke sana, dan ... kita akan menginap," cakap Xander menerangkan perubahan rencana tiba-tiba ini.Apa? Menginap??? Aduh, bulu kudukku merinding!Sekadar berkunjung ke rumah mertuaku bukanlah masalah, tetapi menginap di sana??? Tak ada kamar khusus untukku, sebab bagi mereka kamar Xander adalah kamarku juga, dan kami dikondisikan sebagai pasangan yang saling mencintai, tak mungkinlah kami tidur terpisah."Tak perlu overthinking!""Astaga! Ngagetin aja sih!" Aku terpekik pelan tatkala Judith berbisik tiba-tiba. Tanganku refleks menumbuk lengannya, tetapi perempuan itu malah tersenyum meledek."Nikmati saja kesempatan berduaan lagi sama yayang. Semalam kayaknya masih kurang." Seusai membisikkan kalimat jahil itu Judith berlalu secepat pencuri yang menghindari kejaran massa, dan duduk di kursi belakang mobil.Pandai sekali dia menghindari pukulanku lebih lanjut. Diiringi desah menyerah, aku masuk ke mobil, dan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   24. Jangan Kecewa!

    "Hahahaha. Apaan sih, sayang?" Aku tertawa keras untuk menutupi kecanggungan. Kugerakkan pundakku sembari mendorong dengan lenganku agar Xander menjauh, dan berhenti menempel, tapi sia-sia. Bukannya lepas, pria itu malah mengunciku semakin rapat. "Xander, jangan macam-macam. Yang wajar saja, tak usah lebay," desisku dalam mode senyum ceria, padahal mataku memelototi Xander tajam. Aku tahu maksudnya, seperti biasa kami bersandiwara sebagai pasangan yang saling mencintai di saat ada orang lain, terutama anggota keluarga Smith. Bisa kulihat pula Mr. Ben sesekali melirik dari kaca spion dalam mobil, tetapi menurutku Xander cukup bersikap normal, toh aku akan bekerja sama dengan baik. "Aku tahu kamu modus, kan," tambahku ketika Xander tak kunjung melepaskanku. Mr. Ben Andrews adalah salah satu orang kepercayaan mertuaku yang telah bekerja sebagai sopir keluarga Smith selama puluhan tahun. Namun, sikap Xander sedikit berlebihan bila niatnya hanya untuk memberikan kesan mesra di had

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05

Bab terbaru

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   52. Satu ..., Dua ....

    "Tuan, ini doku ...."Kalimat terputus itu seolah menyadarkanku dari pesona wajah rupawan Xander yang telah melumpuhkan akal sehatku."Aduh!" Xander berteriak kaget saat kudorong dirinya sehingga terjatuh di kursi. Untung ada kursi di belakangnya, kalau tidak, aku tak tahu pantatnya akan mendarat di mana.Tergesa-gesa aku melangkah ke arah pintu keluar. Morgan, salah satu pekerja yang bisa disebut sekretaris perkebunan, tengah berdiri di dekat pintu yang kini terbuka lebar. Ia menggigit bibir, raut wajahnya tegang, seperti menahan tawa."Selamat pagi, Nyonya!" Sang pekerja menyapaku begitu aku mendekat."Pagi, Morgan," sahutku dengan gaya se-cool mungkin sembari melemparkan senyum 'tidak ada apa-apa yang terjadi'.Dari belakangku Xander berseru kesal kepada pegawainya itu. "Mengapa kau tak mengetuk dulu? Kebiasaan!""Maaf, Tuan, tadi saya sudah mengetuk sampai tiga kali, tapi ...."Sebelum pembicaraan antara pak bos dan bawahannya itu selesai, kakiku telah berhasil mencapai dapur, dan

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   51. Sedia Payung Sebelum Hujan

    Xander tak setengah-setengah dalam melaksanakan niatya untuk menjagaku. Ia memasang CCTV di sekeliling rumah, juga menambahkan lebih banyak kamera di area perkebunan."Xander, apakah ini tidak sedikit berlebihan?" Keheranan kupandang para pekerja yang memasang kamera pemantau itu. "Mata-mata Mr. Foster telah ditangkap, dan dikembalikan ke bosnya, yang masih tersisa di sini hanyalah para pekerja setia yang telah menunjukkan dedikasi mereka ke perusahaan.""Sedia payung sebelum hujan." Acuh tak acuh Xander menjawab sembari mengarahkan para tukang. Pria tampan itu menunjukkan sikap keras kepalanya.Tak hanya sampai di situ. Xander juga merenovasi satu ruangan yang selama ini kosong menjadi ruang kerja."Mulai sekarang aku akan WHF, memantau perusahaan dari sini. Selama Papa sakit kemarin ia juga melakukan hal serupa," ungkapnya taktis, khas sang businessman handal."Bagaimana dengan perkebunan?" tanyaku sangsi."Sesekali aku masih bisa menengok, toh ada Charles dan mandor lainnya." Elah,

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   50. Hal yang Kusuka Darimu

    "Kamu serius bertanya kepadaku, Xander?" Kutatap Xander tepat di mata, mencari tahu jika ucapannya hanyalah basa-basi."Apakah aku terlihat sedang bercanda?" Ia bertanya balik. Raut wajahnya tenang, tak sedikit pun menyiratkan kesembronoan.Kugelengkan kepala sebagai jawaban. Xander serius, sungguh tak terduga. "Jadi ...?" tanyaku lagi, bukan karena tak mengerti, tapi lebih tepatnya untuk mengetahui jawaban macam apa yang Xander harapkan dariku.Pria itu mengangkat bahu. "Simple saja, James memang menaruh dendam kepadaku, tapi kamu adalah korbannya secara langsung, objek yang tak seharusnya menderita."Dalam kasus bisnis ataupun kasus hukum secara umum Xander akan langsung membuat tindakan tegas. Akan tetapi kasus ini pengecualian. Bagi Xander pendapatku akan menjadi bahan pertimbangan utama."Apapun keputusanmu aku akan mengikutinya. Katakan saja kalau kau ingin mereka dibebaskan," tandas Xander tanpa mengurangi keseriusan, hingga aku makin terpana dibuatnya.Dengan niat final dari Xa

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   49. Dendam dari Masa Lalu

    Bayanganku ketika pulang adalah segera berendam air hangat, makan kenyang, lalu tidur nyenyak di tempat tidurku yang nyaman. Tak hanya kurang makan, aku juga kurang tidur.Bagaimana aku bisa tidur nyenyak, bila pikiranku dipenuhi kecemasan?Namun, keinginanku tak berjalan sesuai angan-angan. Sesampainya di rumah aku disambut layaknya tawanan perang yang kembali ke tanah air."Theodora sayang, syukurlah kau sudah kembali. Aduh, bagaimana ini, kamu jadi kurus sekali? Kau harus segera makan." Ibu mertuaku menyerocos tanpa jeda sembari memeriksa kondisiku dari atas hingga bawah.Berulang-ulang ia mengucap syukur, sebab aku bisa kembali dalam kondisi selamat, dan tak lupa merutuki Mr. Foster yang telah menculikku. Omelannya terdengar lucu.Setidaknya ia mengkhawatirkanku, dan segera bergegas datang bersama ayah mertuaku ke rumah kami begitu mendengar berita kepulanganku."Kau sudah mandi, 'kan? Ayo cepat makan sup ini," desaknya sembari mendorongku pelan agar duduk di kursi."Iya, Ma." Aku

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   48. Kekurangan Xander

    Aku tak tahu apa yang tengah terjadi di luar, sebab kamar yang kutempati berada di lantai atas paling pojok. Hanya saja aku mulai gelisah ketika waktu makan siang tiba, dan tak ada orang yang mengantarkan makanan untukku.Sejak hamil aku lebih cepat merasa lapar, mungkin karena aku harus memberi makan dua orang. Sepertinya Baby Hope hobi makan juga seperti kedua orang tuanya."Brak!" Suara pintu yang didorong dengan keras membuatku kaget. Aku ketakutan dan mengira itu adalah Mr. James yang mengamuk. Namun, sosok yang berdiri di pintu membuat mulutku ternganga, dan dadaku bergejolak."Thea!" panggilnya dengan suara bergetar. Dalam sekejap ia berlari ke arahku, dan memelukku begitu erat."Xander." Untuk kali pertama nama itu kuucapkan dengan penuh rasa syukur dan kelegaan mendalam. Akhirnya suamiku datang untuk membebaskanku."Bagaimana ini? Kau jadi begitu kurus. Apakah mereka tidak memberimu makan?" Dipegangnya kedua pipiku, diperiksanya diriku dari atas hingga bawah. Sorot matanya pen

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   47. Menjadi Tawanan

    "Duduklah, Theodora. Mengapa kau tak makan? Anakmu pasti lapar sekarang." Ah, wanita ini mengetahui namaku.Perlahan ia menuangkan air ke gelas kosong yang telah disiapkan. Makanan yang dibawanya berupa dua bungkus sandwich yang cukup besar, dan beberapa buah jeruk. Hanya ada sebotol air minum disertai satu cangkir porselain.Tak ada sendok, garpu, apalagi pisau. Rupanya mereka waspada, kalau-kalau aku melakukan tindakan yang membahayakan. Mereka pikir aku ini siapa? Wonder woman? Atau Charlie's angel? Hah!Dengan enggan aku mengambil tempat duduk di seberangnya. "Tolong katakan saja sekarang, siapa kalian sebenarnya dan apa maksud kalian mengurungku di sini," ucapku setenang mungkin, meskipun hatiku kecut.Aku tak bermaksud untuk menunjukkan perlawanan, sebab orang yang kuhadapi, sepertinya, bukan penjahat keji. Siapa tahu mereka bisa diajak kompromi, dan mau membebaskanku.Aku bukannya tak lapar, malahan sangat lapar, tetapi aku tak bisa tenang sebelum mengetahui permasalahan yang te

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   46. Diculik

    "Baby Hope benar-benar membawa harapan bagi kedua orang tuanya, tak ada yang menduga kehidupan kalian bisa seindah sekarang," komentar Judith atas masa bahagia yang kualami dalam pernikahanku saat ini.Benar, aku tengah merasakan sukacita tak terkira bukan hanya karena anugerah kehidupan yang tengah bertumbuh di dalam perutku, tapi juga limpahan perhatian dari orang-orang yang menyayangiku.Susu hamil, sayuran, buah, telur, daging, ikan, dan segala bahan makanan segar yang bisa didapatkan di sini selalu tersedia. Tak ketinggalan juga kue, kukis, keripik, dan camilan yang bisa kumakan secara bersahaja.Sangat menyenangkan, apalagi setelah tiga bulan pertama terlewati aku merasa sangat sehat, dan tak lagi mual-mual.Masalah yang semula membuat runyam satu perusahaan kini telah terselesaikan dengan baik. Rencana untuk membuka pasar saham pun terlaksana tanpa kendala. Alhasil, ada banyak tambahan tenaga profesional yang mengelola perusahaan, Xander bisa kembali ke perkebunan, dan secara ot

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   45. Theo Membuka Kartu

    "Sungguh tak kusangka, hamil akan begitu menyenangkan: dapat banyak hadiah dari mertua, dimanja suami, semua keinginan dituruti, dimasakin, ditemani jalan-jalan tiap pagi, ditemani ke dokter ....""Ah, kau 'kan cuma melihat enaknya saja, tak tahu sulitnya hamil di trimester pertama, dan tak merasakannya sendiri," sanggahku cepat. Kupukul manja lengan orang yang menganggap kehamilanku ini enteng.Dialah kakak kandungku, Theodore. Setelah sekian bulan sejak hari pernikahanku aku berjumpa dengannya lagi. Ia melakukan kunjungan singkat, katanya mumpung dirinya tengah menengok orang tua kami di kota sebelah.Kami melepas rindu, duduk sambil mengobrol di tempat favoritku, di mana lagi kalau bukan balkon rumah. Xander bahkan memberi kami kesempatan untuk berdua saja."Begitukah?" Theo meluruskan punggung, dan sikapnya yang santai berubah serius. "Katakanlah kepada kakakmu ini, bila suamimu itu tak mampu membuatmu bahagia."Dengan gaya bak seorang preman, Theo menelengkan kepalanya, dan merema

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   44. Ngidam

    "Adakah yang tidak beres di perusahaan, Xander?" Hati-hati aku bertanya kepada suamiku yang masih duduk dengan raut muka super serius.Semenjak kami sepakat untuk berdamai demi calon bayi kami, Xander lebih terbuka tentang masalah yang tengah dihadapi perusahaan keluarga Smith. Itulah sebabnya aku memberanikan diri untuk bertanya. Meskipun aku tak bisa membantu setidaknya aku bisa mendengarkan keluh kesahnya.Namun, ternyata aku tak perlu khawatir lebih lanjut. Xander tersenyum sembari menggenggam tanganku. "Pasti mukaku kelihatan serius sehingga kamu khawatir. Maafkan aku, Thea. Justru sekarang keadaan tengah membaik di perusahaan."Xander menuturkan bahwa orang yang selama ini mengkhianati mereka dengan membocorkan tender sudah ketahuan identitasnya. Sedikit mengecewakan karena pengkhianat tersebut adalah Helen Moss, salah satu sekretaris, orang yang sudah lama bergabung dengan perusahaan, dan menjadi orang kepercayaan ayah mertuaku.Katanya ia terlilit utang, dan didekati oleh salah

DMCA.com Protection Status