Home / Romansa / Mempelaiku Bukan Kekasihku / 20. Malam dan Pagi Bersama

Share

20. Malam dan Pagi Bersama

Author: Teha
last update Huling Na-update: 2024-05-27 22:33:04
"Xander ..., kau sudah tidur?" ucapku lirih.

Setelah menutup pintu penghubung aku berjalan mengendap-endap mendekati tempat tidur di kamar utama. Cahaya redup dari lampu tidur cukup memberiku keyakinan bahwa pria itu benar-benar tidur duluan.

Benar, Xander telah berbaring dan memejamkan mata di satu sisi tempat tidur, dan menyisakan cukup banyak ruang untukku di sebelahnya. Ia bahkan meletakkan sebuah guling di tengah ranjang sebagai pembatas.

"Bisa juga dia!" decakku menahan tawa. Satu selimut terlipat rapi di bagian ranjang yang kosong, jikalau aku membutuhkannya, seakan ia memberikan opsi bila aku tak mau berada di bawah satu selimut dengannya.

Xander seakan bertekad agar istrinya mau tidur di ranjangnya malam ini. Kalimat sembrono semacam, "Tidur saja di lantai, bila kamu tak mau tidur di ranjangku," sama sekali tak terucap dari mulutnya.

Ia bahkan tidur duluan, bisa jadi untuk menghindari keributan. Hmm, tampaknya aku harus belajar untuk lebih percaya kepadanya, bahwa omongannya b
Teha

Terima kasih, masih mengikuti kisah Xander-Theodora. Ceritanya akan semakin seru loh. Pantengin terus ya. Terima kasih.- Teha

| Like
Locked Chapter
Patuloy ang Pagbabasa sa GoodNovel
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   21. Permintaan Konyol Judith

    "Bagaimana kondisimu, Jud? Sudah baikan? Perutmu aman?" Kutodongkan sejumlah pertanyaan kepada pasien semalam yang masih berbaring dengan nyaman di atas tempat tidurku.Berkat provokasi Xander, aku terpaksa berlari pulang hanya untuk mendapati Judith masih terlelap. Ia baru terbangun ketika aku selesai mandi. Tahu begini tadi aku jalan kaki saja. Hah!"Masih sempat ke toilet beberapa kali, tapi sepertinya hari ini sudah tidak apa-apa," jawab Judith dengan suara malas.Wajar dia terlihat pucat, pasti semalam Judith kurang tidur karena sakit perut dan harus pergi ke toilet. Bangun tidur saja kesiangan!"Kenapa kamu tidak membangunkan aku? Sudah kubilang kalau ada apa-apa cepat panggil aku di kamar sebelah," ujarku sedikit mengomel. Semalam sebelum berangkat ke kamar sebelah, aku sudah mewanti-wanti agar Judith memanggilku bila ia butuh bantuan."Bagaimana mungkin aku akan mengganggu kenyamanan sepasang suami istri yang sedang tidur bersama?" cibirnya dengan sindiran nyelekit yang tidak t

    Huling Na-update : 2024-06-05
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   22. Pencitraan

    "Jangan macam-macam!" Teguran keras itu tak hanya mengagetkan Judith, tetapi aku dan Xander pun sedikit tersentak, lalu melihat sekilas satu sama lain. Tanpa sadar kami mengucapkan kalimat itu secara bersamaan. Kami memiliki kekhawatiran yang sama. "Kompak banget, ya, kalian berdua ini," kekeh Judith, tetapi jelas terasa sewotnya. Mimiknya berubah, wajahnya melengos, dan perhatiannya terfokus pada makanan di depannya, satu pertanda bahwa dirinya sedang ngambek. "Tidak baik seorang pemuda dan seorang gadis yang baru mengenal untuk pergi berdua. Tak baik untuk orang yang melihat, dan lebih tak baik lagi untuk mereka berdua," cakap Xander penuh pertimbangan. Hmm, mode bisnis menyala! Sejauh ini aku masih berusaha memahami cara Xander berpikir dan bersikap, dan meskipun belum berhasil seratus persen, aku selalu tahu ketika suamiku bersikap sebagai seorang pebisnis. Saat itu sikapnya sangat percaya diri, meyakinkan, dan sedikit mengintimidasi. "Ah, kau ini seperti ayahku saja." Judith

    Huling Na-update : 2024-06-13
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   23. "Enak juga punya sopir."

    "Barusan Mama telepon, katanya Adam dan Vanessa ke rumah Papa Mama, kita diminta ke sana, dan ... kita akan menginap," cakap Xander menerangkan perubahan rencana tiba-tiba ini.Apa? Menginap??? Aduh, bulu kudukku merinding!Sekadar berkunjung ke rumah mertuaku bukanlah masalah, tetapi menginap di sana??? Tak ada kamar khusus untukku, sebab bagi mereka kamar Xander adalah kamarku juga, dan kami dikondisikan sebagai pasangan yang saling mencintai, tak mungkinlah kami tidur terpisah."Tak perlu overthinking!""Astaga! Ngagetin aja sih!" Aku terpekik pelan tatkala Judith berbisik tiba-tiba. Tanganku refleks menumbuk lengannya, tetapi perempuan itu malah tersenyum meledek."Nikmati saja kesempatan berduaan lagi sama yayang. Semalam kayaknya masih kurang." Seusai membisikkan kalimat jahil itu Judith berlalu secepat pencuri yang menghindari kejaran massa, dan duduk di kursi belakang mobil.Pandai sekali dia menghindari pukulanku lebih lanjut. Diiringi desah menyerah, aku masuk ke mobil, dan d

    Huling Na-update : 2024-06-21
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   24. Jangan Kecewa!

    "Hahahaha. Apaan sih, sayang?" Aku tertawa keras untuk menutupi kecanggungan. Kugerakkan pundakku sembari mendorong dengan lenganku agar Xander menjauh, dan berhenti menempel, tapi sia-sia. Bukannya lepas, pria itu malah mengunciku semakin rapat. "Xander, jangan macam-macam. Yang wajar saja, tak usah lebay," desisku dalam mode senyum ceria, padahal mataku memelototi Xander tajam. Aku tahu maksudnya, seperti biasa kami bersandiwara sebagai pasangan yang saling mencintai di saat ada orang lain, terutama anggota keluarga Smith. Bisa kulihat pula Mr. Ben sesekali melirik dari kaca spion dalam mobil, tetapi menurutku Xander cukup bersikap normal, toh aku akan bekerja sama dengan baik. "Aku tahu kamu modus, kan," tambahku ketika Xander tak kunjung melepaskanku. Mr. Ben Andrews adalah salah satu orang kepercayaan mertuaku yang telah bekerja sebagai sopir keluarga Smith selama puluhan tahun. Namun, sikap Xander sedikit berlebihan bila niatnya hanya untuk memberikan kesan mesra di had

    Huling Na-update : 2024-07-05
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   25. "Tersipu-sipu tidak akan membuatmu kenyang"

    "Ngaco banget, deh, omonganmu!" sentakku seraya menarik tangan dari genggaman Xander.Wah, pria ini sungguh berbahaya! Perkataannya membawa halusinasi. Bagaimana bisa dia menginginkan seorang anak lelaki dariku yang hanyalah seorang istri gadungan?"Kenapa memangnya? Seorang anak perempuan juga tak masalah," tambahnya belum berniat mundur dari pembicaraan tentang anak."Ngawur!""Atau ... kau mau dua-duanya? Satu laki-laki, satu perem ....""Hentikan!!!" Kedua tanganku bergerak cepat menutup mulut Xander sebelum ocehannya semakin melantur. Mataku memelototinya sengit, sementara Xander tak kalah terkejut dan balik menatapku.Selama beberapa saat kedua pasang mata kami bertemu, hingga suasana terasa aneh ... terlalu mendebarkan. Baru aku menyadari bahwa posisi kami terlalu dekat."Ups, sorry!" Niatku adalah menarik kembali tanganku, serta mundur menjauh dari Xander, tapi lagi-lagi gerakan pria ini lebih cepat dariku.Belum juga jarak aman tercapai, lengan Xander yang semula melintang di

    Huling Na-update : 2024-07-19
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   26. Berbagi Makanan dengan Pujaan Hati

    "Bersabarlah, Ma. Baru jalan dua bulan kami menikah, jangan ditanyai dulu soal anak, biar kami menikmati masa pengantin baru berdua," ucap Xander begitu lembut, hingga aku nyaris tak bisa mempercayai telingaku sendiri.Dan aku tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mencari posisi aman. Kuanggukkan kepalaku dengan serius sembari mengatakan, "Betul, Ma, betul," kepada ibu mertuaku.Wanita paruh baya itu tersenyum, dan memaklumi kami, seraya menyampaikan harapannya untuk kebahagiaanku dan Xander, tak soal kapan kami akan memiliki anak.Aku tersenyum lega. Meskipun aku tak tahu bagaimana kelanjutan kisahku dengan Xander setahun lagi, entah kami masih bersama ataupun berpisah, setidaknya untuk saat ini hubungan kami masih baik-baik saja, aman terkendali."Kalau ditunda setahun, minimal harus seperti Brian dan Brandon, dong, kembar, atau kalau perlu triplet gitu," sahut Vanessa yang punya hobi nimbrung.Kubungkam mulutku dengan makanan agar tak perlu mengacuhkannya. Ah, aku memang terlalu cepat

    Huling Na-update : 2024-07-25
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   27. Gaun Merah Menantang

    Malam belum terlalu larut, meskipun aku yakin orang-orang di rumah ini sudah lelah dan ingin beristirahat. Akan tetapi, kantuk belum jua menghampiri kedua bocah kembar menggemaskan itu. Uncle Xander adalah korbannya, sebab ia diminta untuk membacakan dongeng sebelum tidur untuk keponakannya itu di kamar mereka.Sementara penghuni rumah yang lain berkumpul di ruang televisi, menyaksikan berita malam; kedua mertuaku duduk berdampingan, Vanessa bermanja-manja dengan suaminya, sementara aku ... duduk sendiri berteman sepi, hingga terkantuk-kantuk."Tidurlah duluan, Theodora sayang, kamu pasti sudah lelah." Ucapan ibu mertuaku sedikit menyentak kesadaranku yang mulai meredup. Tampaknya ia memperhatikanku sedari tadi, dan menyarankan agar aku tidur duluan."Baik, Ma," sahutku pelan, berupaya tak terlihat terlalu lega. Dengan sopan aku pamit, dan mengucapkan selamat malam kepada mereka yang berada di ruangan ini.Ah, syukurlah! Yang ada di pikiranku hanyalah segera berbaring di kasur yang emp

    Huling Na-update : 2024-08-13
  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   28. "Biasa saja, sudah pernah lihat."

    "Apa-apaan kamu, Xander??""Dasar tak tahu diri! Kurang ajar!""Plak!"Hardikan keras semacam itu, ataupun sebuah pukulan layak diberikan kepada Xander, karena ia begitu lancang menarik selimut yang kugunakan.Namun, seperti yang sudah-sudah Xander membuatku tak berdaya, dan bingung harus bagaimana."Xander!" pekikku sembari membenahi ujung gaun yang sedikit tersingkap, serta satu lengan menutupi dada secara refleks. Mataku mendelik marah, tetapi lidahku tak mampu berucap lebih banyak. Wajahku panas, dan jantungku berdebar kencang."Hah!" dengus Xander sambil melotot. "Biasa saja, sudah pernah lihat." Sebelum detik itu berakhir, Xander membentangkan kembali selimut ke atasku hingga menutupi badan hingga kepalaku."Aarkkh!" Dengan rasa kesal yang bergemuruh di dada, kuturunkan selimut yang menutupi kepalaku.Xander berjalan menjauh dari tempat tidur, dan kini berada di depan lemari pakaian yang terbuka. Setelah memindai isi lemari, ia menarik baju kaos yang dikenakannya ke atas melalui

    Huling Na-update : 2024-08-16

Pinakabagong kabanata

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   60. Suami Modus (Bab Terakhir)

    "Nakal sekali kamu!" Kutumbuk pelan lengan sahabatku yang otaknya sanggup memikirkan ide-ide random tapi kreatif itu. "Itu sangat tidak perlu, Jud, sebab suamiku sebenarnya sangat berjiwa modus."Selama berbulan-bulan aku memendam perasaanku sendiri, dan bertanya-tanya bila Xander juga mencintaiku, kadang tersipu-sipu atas sikap manisnya, dan di saat lain frustasi karena sikap dinginnya, padahal dalam kenyataan Xander-lah yang lebih dahulu menyukaiku."Hmm, sebenarnya hal semacam ini sudah kuduga, sih," sahut Judith dengan tampang sok tahu. Saat itu wajahnya terlihat sangat konyol sehingga alih-alih mencemooh, aku justru menertawakan tampang lucunya.Xander di masa kuliah yang kukenal dahulu terkesan sangat berbeda dari Xander sang pengusaha yang kutemui di hari pernikahan kami, sehingga aku sempat mengira kepribadiannya telah berubah.Padahal itu semua adalah bagian dari upaya serta modusnya untuk memenangkan hatiku. Mulai dari pernyataan tentang hukuman, permintaan untuk berakting m

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   59. Pria Italia

    "Kemarin kau bilang Vanessa orangnya perhitungan, sekarang malah justru aku menyaksikan kakak lelaki Vanessa bersikap jauh lebih perhitungan. Benar-benar, ya, kakak adik sama saja!" Kulirik Xander dengan apa yang orang sebut sebagai bombastic side eye.Xander tertawa, lalu dengan liciknya menyahut, "Kalau kau tidak suka kita bisa langsung pulang -""Eh, jangan! Sudah sampai sini masa langsung pulang sih?" Sebelum didahului oleh suamiku yang selalu bertindak ala seorang gentleman, aku bergegas membuka pintu mobil, keluar, dan berjalan mendahuluinya ke rumah yang kami tuju sambil cengar-cengir.Lebih baik melarikan diri sebelum Xander menggangguku lebih lanjut, atau malah betulan membawa kami pergi dari tempat ini.Suamiku memang se-sweet itu sampai-sampai saat kami pergi berdua dirinya selalu membukakan serta menutupkan pintu mobil untukku. Di dalam rumah pun kadang ia masih membukakan pintu untukku, sampai aku memarahinya karena ia ingin membukakan pintu toilet juga sewaktu aku kebelet

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   58. Utang Budi

    "Memangnya apa lagi? Sudah jelas karena Xander adalah pria yang lebih baik dari Alex; tampan, kaya, mandiri, bertanggung jawab, dan yang pasti menyayangimu," cerocos ibuku. "Bahkan Ibu sudah melihat sendiri sekarang kau juga ....""Ibu, tolong!" Kuhardik ibuku dengan mata melotot, ia membalas dengan lirikan masam. Biar saja masam, yang penting Bu Agatha Wilson tak melanjutkan omong kosongnya itu."Ibu," panggilku lebih lembut, "aku tahu ibuku ini adalah wanita yang keras, galak, suka mengomel, atau apalah.""Enak saja kau menyebut Ibu seperti itu." Ibuku bersungut dengan bibir komat-kamit."Tapi aku tahu," potongku tak mengalah, "Ibu adalah ibu terbaik yang kumiliki, yang menyayangi serta mendidik anak-anak untuk menjadi orang yang jujur."Kuingatkan dirinya tentang nilai-nilai luhur yang selalu ia ajarkan kepadaku dan Theo agar tidak menyontek, tidak mengganggu teman, dan tidak berbohong."Iya, aku memang telah menikah dengan Xander, dan benar, kami telah menemukan kebahagiaan dalam

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   57. Whatever

    "Mengapa kita ke mari, Xander? Kau mau kita membeli oleh-oleh untuk Ayah Ibu? Atau ... membelikanku lebih banyak kukis dan kue?" Mataku berbinar senang sekaligus penasaran saat mendapati mobil yang membawa kami berdua berhenti di depan Whatever Bakery, toko kue dan kukis favoritku.Siang ini kami berencana mengunjungi orang tuaku di Hazelton. Selama ini kami berkomunikasi lewat telepon atau panggilan video. Sudah lama aku ingin menengok mereka, tetapi Xander baru sempat sekarang. Suamiku melarangku pergi sendirian, dengan dalih aku tengah hamil, makanya aku harus menunggu sampai Xander punya waktu untuk pergi."Dua-duanya boleh," sahut Xander sembari membukakan pintu mobil untukku."Terima kasih." Kubalas kebaikannya dengan senyuman manis. Bergandengan tangan kami berjalan menuju toko.Aroma kue yang menyenangkan menyapa penciuman kami begitu kami memasuki bangunan itu. Serta merta waitress yang bertugas menyambut kami dengan keramahan luar biasa. "Selamat datang, Tuan dan Nyonya Smith

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   56. Tak Akan Meminta Maaf 

    "Awalnya aku tidak mau," ucapnya terus terang. Sebagai seorang pebisnis yang memiliki citra bersih, serta selalu bermain adil, Xander menolak tawaran untuk menikahi calon istri sang sepupu. Namun, pada akhirnya ia merasa kasihan kepadaku."Kasihan?" tanyaku sedikit bingung. "Jika kau merasa kasihan, harusnya kau tak perlu menikahiku. Lunasi saja utang Alex, lalu kau buat perhitungan dengannya, seumur hidup, bila perlu."Meskipun pada akhirnya pernikahan kami telah mencapai titik sepakat, dan kami bahagia bisa hidup bersama, kemungkinan semacam itu lebih masuk akal. Toh mereka masih kerabat, orang tua mereka pun bisa dilibatkan.Xander tersenyum sedih. "Masalahnya tak sesederhana itu, sayang." Dengan lembut dibelainya pipiku. "Aku juga menyarankan agar dirinya membatalkan pernikahan itu, tetapi Alex terus mendesakku untuk menikahimu. Ketika akhirnya sepupuku berhenti memaksa, ia mengatakan bahwa kalian akan tetap menikah seperti rencana semula."Xander panik, pendiriannya goyah. Ia tahu

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   55. Pillow Talk 

    "Xander, tak bisakah kau melihat perasaanku dari perhatian yang kuberikan kepadamu selama ini? Juga bagaimana wajahku tersipu-sipu karena rayuan gombalmu, tak bisakah kau lihat itu?" Mataku menatapnya dengan perasaan terluka yang kurekayasa agar terkesan dramatis.Namun, Xander menanggapinya dengan serius. Ia mendesah berat, seolah hidupnya penuh dengan masalah pelik. Aku jadi sedikit merasa bersalah, tapi lagi-lagi ia terlihat menggemaskan, sampai-sampai aku nyaris gagal berakting."Thea, bahkan seorang pria paling percaya diri sekalipun perlu diyakinkan bahwa wanita yang dicintainya memiliki perasaan yang sama. Kau sendiri sering menggerutu bahwa aku ini kurang peka," keluh Xander dengan wajah semakin murung.Oh, tidak! Ini terlalu lucu. Kami seakan mengulang percakapan beberapa menit lalu di saat Xander menanyakan perasaanku. Interaksinya mirip, hanya saja fakta bahwa Xander menyebutkan ketidakpekaan di pihaknya membuat keseriusan pembicaraan ini buyar."Ahahahaha!" Aku tertawa terb

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   54. Membuang Semua Gengsi

    "Begitu, begini! Kalau bicara tuh yang jelas, jangan membuat orang bingung dan menerka-nerka," gerutuku, melirik Xander dari ekor mataku.Walaupun masih menerka-nerka, aku bisa melihat arah omongannya itu; ke arah yang 'berbahaya' ..., berbahaya untuk jantungku.Xander meringis. "Ah, kau sungguh menggemaskan!" desahnya putus asa. "Kalau saja aku tak punya urusan penting siang ini, aku akan menyampaikannya sekarang. Namun, istriku kau harus bersabar, tunggu sore ini, aku akan memasak untukmu, kita bisa makan bersama, dan bicara lebih banyak.""Memasak?" Sontak aku berdiri. Kupandang Xander setengah tak percaya."Kenapa? Kau tak mau aku memasak untukmu?" Ia meraih tanganku."Bukan begitu, aku hanya bertanya apa kau sudah mampu melakukannya. Tangan kirimu memang handal, tapi kau butuh dua tangan untuk memasak."Di dunia nyata memang ada orang yang hanya memiliki satu lengan, dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.Akan tetapi, kasus Xander jelas berbeda. Sepanjang hidupny

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   53. Tak Banyak yang Tahu

    "Hari ini akan ada beberapa rapat yang harus kuikuti. Bila aku belum keluar saat makan siang, kau bisa makan duluan." Tergesa Xander membenahi penampilannya.Pagi itu suamiku mengatakan bahwa jadwal kerjanya cukup padat dari pagi hingga siang atau bahkan sore hari."Aku akan meminta Julia untuk menyiapkan makan siang untukmu, atau ....""Iya, iya. Aku sendiri yang akan mengurusnya nanti, kau tak perlu mengkhawatirkanku, fokus saja pada pekerjaanmu," sergahku sebelum Xander bersikap cerewet seperti ibuku.Kudorong punggungnya agar ia segera memasuki ruang kerjanya, lalu kututup pintunya.Aku tersenyum. Suamiku sedang sangat semangat bekerja, katanya ini demi masa depan anak kami. Selama ini ia memang sudah rajin bekerja, tetapi kali ini berbeda, sikapnya sungguh mencerminkan tanggung jawab sebagai seorang suami.Oleh sebab itu, sebagai istri yang baik aku berusaha menunjukkan dukungan sebisaku.Meskipun Xander telah mengatakan bahwa dirinya akan sibuk, dan tak bisa makan siang bersamaku

  • Mempelaiku Bukan Kekasihku   52. Satu ..., Dua ....

    "Tuan, ini doku ...."Kalimat terputus itu seolah menyadarkanku dari pesona wajah rupawan Xander yang telah melumpuhkan akal sehatku."Aduh!" Xander berteriak kaget saat kudorong dirinya sehingga terjatuh di kursi. Untung ada kursi di belakangnya, kalau tidak, aku tak tahu pantatnya akan mendarat di mana.Tergesa-gesa aku melangkah ke arah pintu keluar. Morgan, salah satu pekerja yang bisa disebut sekretaris perkebunan, tengah berdiri di dekat pintu yang kini terbuka lebar. Ia menggigit bibir, raut wajahnya tegang, seperti menahan tawa."Selamat pagi, Nyonya!" Sang pekerja menyapaku begitu aku mendekat."Pagi, Morgan," sahutku dengan gaya se-cool mungkin sembari melemparkan senyum 'tidak ada apa-apa yang terjadi'.Dari belakangku Xander berseru kesal kepada pegawainya itu. "Mengapa kau tak mengetuk dulu? Kebiasaan!""Maaf, Tuan, tadi saya sudah mengetuk sampai tiga kali, tapi ...."Sebelum pembicaraan antara pak bos dan bawahannya itu selesai, kakiku telah berhasil mencapai dapur, dan

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status