Dokter pribadi yang biasa dipanggil ke rumah sudah pulang beberapa saat lalu. Aji kini sudah tidur dengan tenang. Dokter sudah menyuntik Aji dengan obat tidur. Supaya ia dapat beristirahat.Ia akan beristirahat total dalam beberapa hari. Dan jika kondisinya tidak segera membaik, ia akan dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.Natasha lalu duduk di sebelah suaminya. Dipandanginya wajah Aji yang pucat. Dahinya masih panas saat Natasha menyentuhnya. Aji benar-benar tumbang.Ia menjadi kasihan dengan suaminya. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Sepertinya saat ini adalah deadline untuk kegiatan-kegiatannya. Ditambah Aji yang jarang tidur jika tidak lelah. Membuat kondisinya semakin drop saja.Ditatapnya sang suami yang tengah tidur pulas seperti bayi. Membuat Natasha ingin tertawa dengan polah suaminya itu. Dielusnya pipi Aji dengan perlahan."Loe itu terlalu memforsir diri, Ji. Makanya loe jadi sakit seperti ini. Dasar keras kepala," ucap Natasha di dalam hati.
Keduanya saling menatap. Aji memainkan anak rambut Natasha dengan perlahan."Apa aku boleh melakukannya?" Aji tiba-tiba langsung bertanya demikian.Natasha hanya mengangguk.Mendapatkan lampu merah Aji langsung mendekatkan wajahnya ke arah Natasha. Keduanya saling dapat merasakan napas masing-masing."Kamu bilang ke aku kalau sakit ya," kata Aji lembut di depan wajah Natasha."Iya, Mas," jawab Natasha.Aji lalu memulainya dengan mengecup perlahan bibir istrinya. Keduanya saling memainkan dengan ritme rendah. Natasha menutup kedua matanya untuk menikmati sentuhan suaminya.Aji pun perlahan menurunkan tangannya. Masuk ke dalam baju Natasha. Ia meremas benda kembar milik Natasha secara bergantian."Engh..." Natasha mengoceh parau. Membuat Aji semakin bersemangat.Aji lalu menaikkan sebelah kaki Natasha di atas pahanya. Menjepit miliknya dan istrinya. Natasha langsung membalasnya.Istrinya membuka celananya sedikit. Sehingga adik kecilnya dapat bernapas dengan leluasa. Aji masih memainkan
Aji lalu berganti meliuk-liukkan tubuhnya saat istrinya itu memainkan adik kecilnya. Sementara kedua tangan istrinya meraba-raba tubuh bagian bawahnya. Natasha kemudian meremas benda milik Aji dengan kedua tangannya."Apa kamu senang, Mas?" Natasha bertanya sambil tersenyum."Makasih ya, Istriku. Kamu membuatku melayang di dunia malam ini," jawab Aji. Natasha lalu tersenyum. "Bagaimana kalau kamu hamil, Sayang?" Aji bertanya dengan hati-hati."Nggak papa, Mas. Jangan terlalu dipikirkan. Kamu masih tetap milik Ariani kok," ujar Natasha menengahi. Entah mengapa hati Aji tiba-tiba menjadi menghangat.Aji pun mengecupi benda kembar di depan dada. Menenggelamkanya sesaat di antara ceruknya. Aji menyukai setiap jengkal tubuh istrinya.Ia lalu menangkup tubuh istrinya. Adik kecilnya pun dipepet dengan benda di bawah milik Natasha. Sementara benda kembar di tubuh atas Natasha menempel di dada bidang Aji. Terasa besar dan kenyal.Diraihnya bibir Natasha lagi. Candunya adalah istrinya. Aji lal
Natasha masih berkutat di cermin. Ia melihat hampir seluruh lehernya dipenuhi bekas kepemilikan suaminya. Ia menghela napasnya.Sementara tanpa merasa berdosa, Aji menyisir rambutnya. Di bagian tubuhnya yang tidak tertutup handuk kissmark yang dibuat Natasha masih terlihat jelas.Aji melirik sedikit ke arah istrinya yang sedang mematut dirinya di depan cermin. Dua benda kembarnya terlihat sangat jelas dengan lilitan handuk.Aji kemudian menyingkap handuknya. Sontak tubuh Natasha terlihat dengan jelas dari cermin. Aji melihat tubuh istrinya penuh dengan kissmark darinya."Sialan! Mau ngapain lagi sih dia? Gila nafsunya gede banget. Tapi enak banget coy miliknya. Penuh. Dan gede lagi," ucap Natasha sambil membelalakkan mata. Otak dan pikiran mulai tak sinkron."Mau apa lagi... Eh," Natasha bertanya namun terpotong. Aji sudah melahap habis benda kembar miliknya. Dikecupnya satu persatu benda kembar miliknya itu. Keduanya dapat melihat apa yang tengah terjadi dari balik cermin.Aji pun b
Natasha terbangun begitu suara ponselnya bergetar. Tangannya meraba-raba letak ponselnya di meja nakas sebelahnya."Halo, Dinda. Ada apa, Nak meneleponku?" Natasha membenahi letak tidurnya.Suaminya itu menumpu tubuhnya dengan satu tangannya. Sementara kepalanya dibenamkan di antara ceruk benda kembar milik Natasha. Makanya Natasha perlahan membenahi letak tubuhnya."Bu, apa boleh saya pergi ke rumah Bu Guru hari ini? Saya merasa kesulitan dalam menulis beritanya. Meskipun Bu Guru sudah menghubungi melalui telepon. Tapi rasanya masih belum mengerti saya," kata Dinda sambil menghembuskan napasnya berat.Natasha nampak berpikir keras. Tidak mungkin ia tak mengiyakan kedatangan muridnya itu. Ia yang bertanggungjawab untuk membimbing Dinda dan Kanya. Kepala sekolah pasti akan kecewa juga. Perlombaan ini sangat penting juga.Tapi tidak mungkin juga ia memperlihatkan diri setelah dihajar habis-habisan oleh suaminya. Ditambah tubuhnya yang terasa perih di mana-mana. Aji sudah seperti kesetan
"Mas, boleh pinjam laptopnya?" Natasha menghampiri suaminya yang sedang tidur atau lebih tepatnya pura-pura tidur.Aji perlahan membuka kedua matanya. Ia menatap istrinya sesaat sambil berkata, "Boleh," jawabnya singkat. Ia sedikit tersinggung dengan apa yang diucapkan Natasha tadi. Apabila ia menginginkan sesuatu, tidak ada yang boleh melarangnya.Natasha melihat suaminya yang tengah merajuk. Di dalam hati ia merutuki perbuatan sang suami. Sejak pagi sampai menjelang malam begini masih saja minta jatah. Tubuhnya sudah mau rontok karena ulah suaminya yang tak terkendali itu."Boleh tahu di mana kamu menyimpannya, Mas?" Natasha bertanya lagi. Ia tak menghiraukan sikap suaminya yang sedang merengek seperti anak kecil itu.Dibiarkannya saja ulah Aji yang demikian. Sebab jika diiyakan, kedua muridnya yang sudah datang dari tempat yang jauh akan dianggurkan. Padahal empat hari lagi adalah deadline pengumpulannya.Sebagai guru pembimbingnya, Natasha harus bersikap profesional. Dan ia tak bo
Natasha pun mengajari kedua muridnya untuk melanjutkan menulis berita. Natasha mengajarkan memilah unsur-unsur dalam berita yang terdiri dari 5W+1H. Keduanya merasa kesulitan untuk mencari jawabannya.Menurut keduanya paling sulit adalah menemukan unsur apa dan bagaimana. Sebab menurut keduanya dua unsur itu hampir sama. Natasha membantu keduanya dengan mengatakan bahwa unsur apa itu berisi kejadian apa yang sedang berlangsung, apa yang terjadi? Sedangkan bagaimana adalah runtutan kejadiannya dari awal sampai akhir. Sebagai contoh apa kejadiannya? Gempa bumi. Bagaimana urutannya? Gempa bumi terjadi karena gerakan tanah yang terjadi secara tiba-tiba. Kemudian membuat rumah-rumah bergoyang. Selain itu juga menimbulkan sedikit retak di tanah. Dan lain sebagainya."Apa kalian mengerti?" Natasha bertanya kepada keduanya. Dipandanginya keduanya satu-persatu.Dinda dan Kanya mengangangguk. Natasha kemudian melanjutkan penjelasannya. Ia lalu membimbing kedua muridnya untuk mulai menyusun ber
Beberapa hari kemudian...Dinda dan Kanya nampak setengah berlari menyusuri lorong-lorong sekolah. Dua sahabat yang kebetulan duduk di kelas yang sama ini mencari Natasha. Mereka membawa kabar gembira untuk gurunya itu."Din, kamu ngeliat enggak sih, Bu Natasha?" Kanya bertanya pada sahabatnya itu.Dinda hanya mengangkat bahunya. "Aku nggak lihat. Dari tadi pagi juga enggak kelihatan Bu Natasha itu ada di mana," jawab Dinda."Ya udah kita cari lagi, Bu Natasha," ucap Kanya. Dinda pun mengangguk dengan ucapannya.Kedua gadis kecil itu pun melanjutkan pencarian dengan menyusuri lorong-lorong kelas, melihat setiap tempat yang di singgahi, dan bertanya kepada siapa saja yang mereka temui di jalan.Kedua netra Dinda dan Kanya langsung berbinar. Mereka melihat Natasha tengah keluar dari perpustakaan. Menenteng banyak koran di kedua tangannya."Itu, Bu Natasha, Nya," ucap Dinda sambil memandangi Natasha yang tengah keluar dari perpustakaan."Ayo kita samperin Bu Natasha, Din," ucap Kanya sem