Natasha pun mengajari kedua muridnya untuk melanjutkan menulis berita. Natasha mengajarkan memilah unsur-unsur dalam berita yang terdiri dari 5W+1H. Keduanya merasa kesulitan untuk mencari jawabannya.Menurut keduanya paling sulit adalah menemukan unsur apa dan bagaimana. Sebab menurut keduanya dua unsur itu hampir sama. Natasha membantu keduanya dengan mengatakan bahwa unsur apa itu berisi kejadian apa yang sedang berlangsung, apa yang terjadi? Sedangkan bagaimana adalah runtutan kejadiannya dari awal sampai akhir. Sebagai contoh apa kejadiannya? Gempa bumi. Bagaimana urutannya? Gempa bumi terjadi karena gerakan tanah yang terjadi secara tiba-tiba. Kemudian membuat rumah-rumah bergoyang. Selain itu juga menimbulkan sedikit retak di tanah. Dan lain sebagainya."Apa kalian mengerti?" Natasha bertanya kepada keduanya. Dipandanginya keduanya satu-persatu.Dinda dan Kanya mengangangguk. Natasha kemudian melanjutkan penjelasannya. Ia lalu membimbing kedua muridnya untuk mulai menyusun ber
Beberapa hari kemudian...Dinda dan Kanya nampak setengah berlari menyusuri lorong-lorong sekolah. Dua sahabat yang kebetulan duduk di kelas yang sama ini mencari Natasha. Mereka membawa kabar gembira untuk gurunya itu."Din, kamu ngeliat enggak sih, Bu Natasha?" Kanya bertanya pada sahabatnya itu.Dinda hanya mengangkat bahunya. "Aku nggak lihat. Dari tadi pagi juga enggak kelihatan Bu Natasha itu ada di mana," jawab Dinda."Ya udah kita cari lagi, Bu Natasha," ucap Kanya. Dinda pun mengangguk dengan ucapannya.Kedua gadis kecil itu pun melanjutkan pencarian dengan menyusuri lorong-lorong kelas, melihat setiap tempat yang di singgahi, dan bertanya kepada siapa saja yang mereka temui di jalan.Kedua netra Dinda dan Kanya langsung berbinar. Mereka melihat Natasha tengah keluar dari perpustakaan. Menenteng banyak koran di kedua tangannya."Itu, Bu Natasha, Nya," ucap Dinda sambil memandangi Natasha yang tengah keluar dari perpustakaan."Ayo kita samperin Bu Natasha, Din," ucap Kanya sem
Perlahan Natasha mengetuk pintu ruang kepala sekolah. Ia lalu menanti jawaban dari dalam."Iya, masuk," kata Bu Wirda dari dalam. Natasha pun mengangguk.Ia lalu membuka pintu ruang kepala sekolah. Sudut matanya dapat melihat Bu Wirda sedang duduk di kursinya. Matanya sibuk menatap layar ponselnya.Natasha masuk perlahan. Dia lalu duduk di kursi yang disediakan oleh kepala sekolah. Kanya dan Dinda pun duduk di sebelah sang guru. Ada rasa deg-degan juga di diri keduanya.Sebab baru pertama kalinya keduanya menginjakkan kaki di ruangan yang tidak terlalu luas, tapi bersih ini. Ada banyak furnitur di ruangan ini saat keduanya memandangi sekeliling. Di dalam benak mereka ruangan kepala sekolah sudah seperti rumah sendiri.Berkas-berkas juga hampir tidak terlihat di meja Bu Wirda. Mereka berpikir bahwa berkas-berkas itu disimpan di dalam lemari atau tempat penyimpanan lainnya. Sehingga menimbulkan kesan rapi pada ruangan kepala sekolah. Dan tentu saja nyaman untuk di tempati.Bu Wirda lang
Sebelum sampai di perpustakaan, Kanya lalu menghentikan langkah Dinda. Mereka masih berada di lapangan bola dekat perpustakaan."Kamu yakin kalau kita bisa menang?" Kanya bertanya sambil menatap Dinda. Ia berusaha mencari jawabannya lewat sorot mata Dinda. Kanya sudah dapat menyimpulkan jawaban dari temannya itu."Apa kita tidak usah latihan saja? Palingan nanti hasilnya kita tidak akan berhasil mengalahkan SMP itu. Sekolah itu terlalu perfect untuk dikalahkan, Din," Kanya menambahi ucapanya. Membuat Dinda juga memikirkan hal yang sama dengan sang sahabat."Tapi kasihan, Bu Nata. Nanti kalau beliau dimarahi bu kepala sekolah bagaimana karena kita tidak juara satu?" Dinda bertanya kepada sahabatnya itu.Kanya nampak berpikir. Dinda juga tidak dapat berpikir lagi. Keduanya juga merasa kasihan apabila Natasha dimarahi oleh Bu Wirda karena tidak berhasil membawa piala juara itu.Lama mereka berhenti di lapangan bola. Matahari mulai menyengat. Sebab hari sudah mulai siang. Kedua sahabat i
Aji melihat ponselnya. Jam terakhir mengajar membuatnya mulai bosan. Aji melihat satu pesan dari istrinya masuk ke ponselnya. Ia pun membacanya sekilas. Lalu memasukkannya kembali ke dalam saku celananya.Ia menatap muridnya yang mulai membuka buku pelajaran sesuai instruksinya. Sebelum ulangan pada minggu depan, ia berniat untuk menyelesaikan pelajaran di bab itu. Kemudian membuat murid-murid bekerja dalam kelompoknya. Untuk melihat pemahaman setiap muridnya.Murid-murid di SMP Bakti Cahaya memang sudah terbiasa dengan pembelajaran bermodel proyek. Sejak kelas satu memang para guru selalu menekankan pembelajaran proyek. Sehingga sekolah itu menjadi salah satu sekolah negeri yang cukup diperhitungkan.Banyak orang tua yang menginginkan sang anak untuk bersekolah di sekolah itu. Selain fasilitasnya memadai, para guru juga aktif membimbing dalam pembelajaran.Saat sedang menuliskan sebuah tugas proyek di papan tulis, Aji mensengar suara berisik. Nampak di barisan paling belakang mulai b
Aji membenahi buku-buku pegangannya. Semua muridnya di kelas sudah pulang semua. Hanya menyisakan dirinya seorang diri.Aji agak kesulitan menata buku-buku itu, sebab kaca matanya sudah copot oleh ulah muridnya. Matanya sedikit mengabur saat melihat tanpa bantuan kaca mata.Sehingga hal itu hanya membuat Aji memghembuskan napasnya kecewa. Aji menata buku-bukunya dengan perlahan. Setelahnya ia berjalan menuju keluar kelas. Namun, saat sampai si tengah ruangan, Aji terjatuh."Pantesan suaranya berisik banget. Ternyata kamu ya, Ji?" Ariani langsung masuk dan membantu kekasihnya memunguti buku-bukunya yang berserakan di lantai."Duh, iya nih. Soalnya tadi kaca mataku nggak sengaja kena tonjok, terus malah jadi copot," jawab Aji sambil mengambil bukunya dari tangan Ariani."Ya udah beli aja yang baru, Yang," ujar Ariani to the poin."Iya, abis ini aku juga mau beli lagi. Nggak enak juga kalau tanpa kaca mata. Pandangannya jadi enggak kelihatan jelas. Buram dikit gitu," ucap Aji sambil berd
Ariani menggandeng tangan Aji dengan mesra. Aji sudah membayar komik yang dibeli keduanya. Kini mereka berjalan menuju parkiran mobil. Ariani sejak turun sampai ke dalam mobil terus menempel ditubuh Aji. Ia senang dapat pergi bersama sang kekasih. Meskipun hanya pergi sebentar.Aji pun membuka pintu mobil untuk Ariani. Ariani pun masuk bak permaisuri yang habis diajak kencan sang raja. Ia masuk dengan perlahan ke dalam mobil Aji. Aji pun menutup kembali pintu mobilnya, begitu melihat Ariani sudah nyaman di tempat duduknya.Aji kini sudah dapat melihat dengan jelas. Kaca matanya sudah diganti dengan yang baru. Meskipun ia agak tidak percaya diri dengan kaca mata yang dipilihkan oleh Ariani. Aji tetap memakainya. Tak ada salahnya ia mencoba model kaca mata baru.Aji pun menyetir mobilnya perlahan dari mall itu. Keduanya sudah pergi cukup lama sejak pulang dari sekolah. Malam pun semakin pekat. Aji yang akan mengantar Ariani ke apartemennya. Gadis itu tak dibiarkan olehnya pergi sendir
Natasha memarkirkan motornya di parkiran balaikota. Hari ini muridnya akan melakukan presentasi atas karya yang sudah keduanya buat tempo hari.Natasha kini sudah berangkat lagi dengan motornya. Sebab Aji sudah menjemput Ariani pergi dan pulang lagi. Aji sudah meminta ijin kepadanya. Dan ia mengiyakannya. Natasha mengingat bagaimana suaminya meminta ijin kepadanya. Setelah Aji bercerita bahwa Ariani masih sering mengajaknya pergi keluar. Dan Aji merasa tak enak hati jika Natasha harus sering pulang pergi sendiri karena hal itu."Mas, tadi malam pergi kemana sama Ariani?" Natasha bertanya saat sarapan beberapa waktu lalu.Aji tengah mengunyah roti bakar rasa coklat kejunya. Ia lalu menghentikan kegiatannya. Kemudian menatap sang istri dengan membisu."Udah, Mas cerita aja nggak papa. Aku juga enggak akan ngapa-ngapain kok. Atau cemburu mungkin. Aku cuma penasaran aja," ujar Natasha mencoba meyakinkan suaminya. Aji yang ditanyai hal itu nampak berpikir. Ia mencoba merangkai kata-kata
Aji melajukan mobilnya menuju sebuah hotel mewah di tengah kota. Malam ini akan ada pertemuan dengan para pejabat di kotanya. Aji akan menjadi salah satu bagiannya.Mengingat hal itu, membuat Aji semakin was-was. Ia sebentar lagi akan menjadi plt kepala dinas pendidikan. Kalimat itu membuat Aji menjadi gugup sendiri.Salah satu jabatan yang penting di kotanya. Ia akan bersanding dengan orang-orang penting kepercayaan Pak Zainal. Menjadi sebuah hal yang sangat baik bagi karirnya.Apalagi ia sudah lama mempersiapkan dirinya. Dan hari ini adalah waktu yang tepat. Makanya Aji tidak mau datang terlambat. Ia harus datang lebih awal.Maka mobilnya segera digas supaya cepat sampai. Coba dilupakannya sesaat apa yang baru saja terjadi. Terutama kelakuan istrinya yang sudah di luar batas. Aji tak ingin masalah pribadinya itu mengganggunya. Apalagi di hari yang sangat penting baginya. Tikus kecil ini seolah mimpinya sudah di depan mata. Aji seolah tak dapat mempercayainya.Aji mengingat bagaiman
Kepala Aji menjadi pening. Ia pusing memikirkan kelakuan istrinya yang tega bermain di belakangnya. Ia sangat marah dan kecewa. Perasaannya campur aduk dan tak dapat didefinisikan.Seharusnya Natasha dapat meminta cerai darinya jika ia memiliki pacar. Aji tidak akan mempermasalahkannya. Toh, pernikahannya hanya sebatas di atas kertas saja. Ia pasti akan dengan senang hati apabila menceraikan Natasha.Bukan malah bermain di belakangnya seperti ini. Seolah seperti membalas perbuatannya yang masih sering kencan dengan Ariani. Aji tak dapat memaafkannya."Brengsek sekali perempuan itu. Ia ingin membalas apa yang kulakukan padanya rupanya. Aku akan menceraikannya setelah pulang dari rapat nanti," kata Aji sambil memandang lurus ke jalan.Aji sedang mengantar Ariani pulang ke rumahnya. Semenjak beberapa hari yang lalu, ia sudah rutin mengantar jemput sang kekasih dari sekolah maupun sebaliknya. Aji melakukannya atas ijin dari sang istri.Setidaknya Aji sudah berusaha menjadi suami yang baik
Natasha lalu mematikan sambungan telepon. Sambil menunggu kedatangan suaminya. Ia tak mungkin pergi dari lokasi demo. Keadaan sudah chaos di mana-mana.Natasha melihat banyak pendemo yang ingin merangsek masuk. Mereka berusaha memecah barikade aparat di depan gedung itu. Aparat berusaha tetap dalam barisan.Kawat berduri yang dipasang di depan pintu masuk mulai di acak-acak para pendemo. Mereka nampak sangat marah dengan barisan barikade polisi yang seolah seperti paku hidup itu. Upaya mereka hanya sia-sia saja.Natasha masih melihat kekacauan yang sedang terjadi. Rasanya ia sangat ketakutan terjebak di antara situasi rusuh tersebut. Menyesali sikapnya yang memilih jalur sepi. Malah membuat dirinya ketakutan bersama dua muridnya.Kanya masih diam sambil memandangi keadaan yang kacau balau. Sedangkan Dinda sejak tadi memeluk Natasha yang sedang memegangi tisu untuk menghentikan pendarahan. Tak ada yang dapat dilakukan oleh ketiganya. Mereka hanya dapat menanti bantuan datang."Bu, Dind
Natasha baru saja selesai makan siang bersama Pras dan dua muridnya itu. Mereka makan siang ditraktir Pras di sebuah restoran cepat saji.Dinda dan Kanya pun senang dengan apa yang baru saja terjadi. Sehabis menang keduanya malah ditraktir oleh juri yang tadi mengkurasi naskah keduanya."Om, makasih sudah diajak makan siang. Terus kami dibayari juga," ujar Kanya sambil tersenyum. Ia lalu mengambil es krimnya yang diletakkan di atas meja."Iya, Om. Makasih ya, Om," Dinda menambahi. Tangannya masih sibuk memisahkan tulang ayam dari dagingnya.Pras tersenyum dengan apa yang dilakukan dua murid SMP itu. "Iya, sama-sama," ucap Pras.Ia lalu menggosok-gosok puncak kepala Dinda dan Kanya secara bergantian. Senang sekali sudah bertemu dengan dua anak yang menurutnya sangat menarik tersebut."Kalau gitu kalian lanjutin makannya ya. Om ada janji lagi setelah ini," ujar Pras sambil tersenyum ke arah Dinda dan Kanya.Dua murid itu hanya mengangguk dengan ucapan Pras. Mereka lalu sibuk lagi dengan
"Bu Nata sama pacarnya ke sini ya?" Dinda langsung bertanya ketika melihat Pras di sebelah gurunya.Pras hanya tertawa sambil menutup mulutnya dengan tangan. Dua anak didik Natasha membuatnya sedikit geli. Namun, ia tak mungkin secara terang-terangan berkata jujur."Enggak dong. Ini temannya, Bu Nata. Kenalin ini Om Pras," kata Natasha menahan semburat merah yang akan muncul di pipinya. Jika tak dapat menahan diri pipinya pasti akan seperti kepoting rebus."Iya, kenalin namaku Pras," ujar Pras sambil mengulurkan tangannya. Ia berusaha untuk tetap profesional di hadapan murid sekolah Natasha itu.Dinda dan Kanya pun mengangguk. Keduanya secara bergantian balik memperkenalkan diri masing-masing. Mereka menyambut uluran tangan Pras. Secara tidak sadar kedua murid Natasha itu langsung akrab dengan Pras.Mereka langsung banyak bercerita kepada lelaki yang usianya sepadanan dengan Natasha tersebut. Sambil sesekali Pras melemparkan candaannya. Hingga membuat dua muridnya itu merasa senang be
Tanpa sengaja Natasha menabrak seseorang saat berjalan menghampiri kedua muridnya. Ia berjalan menuju luar pendopo.Dinda dan Kanya baru saja turun usai mengambil hadiah. Mereka akhirnya bisa membawa pulang piala itu ke sekolah. Mengalahkan dominasi sekolah Aji dan Ariana yang bertengger di peringkat kedua.Natasha senang bukan main, kedua anak didiknya berhasil mendapatkan juara pertama pada lomba kepenulisan di pendopo balaikota. Rasanya senang sekali bisa bermanfaat untuk orang lain.Natasha berjalan keluar untuk mencari kedua muridnya. Sebab belakang panggung berada di luar pendopo. Ia harus memutar arah untuk dapat menemukan dua anak didiknya itu.Rasanya ada sedikit rasa bangga di dalam dirinya. Natasha berjalan sambil tersenyum sendiri. Pencapaiannya sudah sangat bagus hari ini. Natasha tanpa sadar berjalan tidak melihat ke kiri ataupun kanan. Sontak hal itu membuatnya menabrak orang lain di hadapannya.Natasha hampir jatuh terjerembab. Namun, ia merasa ada yang menariknya. Se
Natasha menjadi tidak dapat mengontrol perasaannya saat tiba giliran sekolah Aji. Dua peserta didik dari sekolah sang suami maju ke depan. Tak ada suara apapun dari bangku penonton.Semua yang datang tak sabar melihat penampilan murid itu. Penampilan dari sekolah yang menyabet piala itu secara beruntun. Sungguh pemandangan yang tak dapat digambarkan dengan kata-kata.Dewan juri lalu mengetuk mikrofon dengan perlahan. Membuat jantung siapa saja berhenti berdetak. Meskipun hanya lomba seremonial tiap tahun, namun terasa berbeda di setiap tahunnya. Awalnya hanya lomba menulis cerita pendek, tapi tahun ini diganti menjadi lomba membuat berita. Sama-sama masuk dalam lomba kepenulisan.Pras mendekatkan mikrofon di depan mulutnya. Dinaikkannya sedikit letak kaca matanya. Ia bersiap untuk memberikan pertanyaan kepada peserta lomba."Saya senang dengan tema lomba ini. Meskipun masih jarang digunakan, mengenai penggunaan teknologi seperti media sosial memang dapat berdampak buruk bagi anak-anak
Natasha memarkirkan motornya di parkiran balaikota. Hari ini muridnya akan melakukan presentasi atas karya yang sudah keduanya buat tempo hari.Natasha kini sudah berangkat lagi dengan motornya. Sebab Aji sudah menjemput Ariani pergi dan pulang lagi. Aji sudah meminta ijin kepadanya. Dan ia mengiyakannya. Natasha mengingat bagaimana suaminya meminta ijin kepadanya. Setelah Aji bercerita bahwa Ariani masih sering mengajaknya pergi keluar. Dan Aji merasa tak enak hati jika Natasha harus sering pulang pergi sendiri karena hal itu."Mas, tadi malam pergi kemana sama Ariani?" Natasha bertanya saat sarapan beberapa waktu lalu.Aji tengah mengunyah roti bakar rasa coklat kejunya. Ia lalu menghentikan kegiatannya. Kemudian menatap sang istri dengan membisu."Udah, Mas cerita aja nggak papa. Aku juga enggak akan ngapa-ngapain kok. Atau cemburu mungkin. Aku cuma penasaran aja," ujar Natasha mencoba meyakinkan suaminya. Aji yang ditanyai hal itu nampak berpikir. Ia mencoba merangkai kata-kata
Ariani menggandeng tangan Aji dengan mesra. Aji sudah membayar komik yang dibeli keduanya. Kini mereka berjalan menuju parkiran mobil. Ariani sejak turun sampai ke dalam mobil terus menempel ditubuh Aji. Ia senang dapat pergi bersama sang kekasih. Meskipun hanya pergi sebentar.Aji pun membuka pintu mobil untuk Ariani. Ariani pun masuk bak permaisuri yang habis diajak kencan sang raja. Ia masuk dengan perlahan ke dalam mobil Aji. Aji pun menutup kembali pintu mobilnya, begitu melihat Ariani sudah nyaman di tempat duduknya.Aji kini sudah dapat melihat dengan jelas. Kaca matanya sudah diganti dengan yang baru. Meskipun ia agak tidak percaya diri dengan kaca mata yang dipilihkan oleh Ariani. Aji tetap memakainya. Tak ada salahnya ia mencoba model kaca mata baru.Aji pun menyetir mobilnya perlahan dari mall itu. Keduanya sudah pergi cukup lama sejak pulang dari sekolah. Malam pun semakin pekat. Aji yang akan mengantar Ariani ke apartemennya. Gadis itu tak dibiarkan olehnya pergi sendir