Share

Bab 10. Bantuan

Penulis: Bara Islami
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-03 14:08:06
"Hai, Frisya!"

Setelah kejadian hari itu, Aeri sama sekali tidak merasa canggung waktu kembali bertemu dengan Frisya, tidak seperti Frisya yang menatap Aeri waspada.

"Frisya aja nih yang disapa? Aku nggak Ri?" Idris yang datang bersama dengan Frisya bertanya seolah dia sedih Aeri menghiraukannya.

"Sorry, aku nggak lihat kamu juga datang," balas Aeri yang membuat wajah Idris menjadi masam.

"Asem!" Umpat laki-laki itu.

"Kalian berdua kesini ngapain?" Tanya Aeri, "terutama kamu Frisya, kamu kesini ada apa?" Tanya Aeri antuasias waktu bertanya pada Frisya.

Tingkah Aeri yang seperti tertarik padanya membuat Frisya merasa tidak nyaman.

"Arvan bilang dia butuh bantuan untuk bersih-bersih rumah barunya, jadi aku kesini buat bantu kalian, dan kebetulan aku bertemu Frisya, dia juga ada keperluan dengan Arvan soal masalah pekerjaan," jelas Idris sembari matanya melihat ke sekeliling ruangan.

Tadinya Idris kira akan mudah hanya bantu bersih-bersih rumah saja, tapi siapa sangka begitu melihat ruma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mempelai Tanpa Kontrak   Bab 11. Gara-gara tikus

    Sudah bukan rahasia kalau seorang Arvan Adi Chandra yang selalu terlihat sempurna itu takut pada hewan bernama tikus.Tikus kecil saja membuatnya ingin berlari apalagi tikus besar seperti sekarang, jangankan untuk berlari, menggerakkan kakinya saja rasanya sulit.Dengan perlahan Arvan meletakkan kembali panci di atas counter table di depan tikus besar itu berada."Tikus baik, jangan bergerak, ok." Seperti seorang guru melarang siswanya berbuat ulah, begitulah yang sekarang Arvan lakukan.Tapi yang namanya hewan, apalagi hewan liar seperti tikus jelas tidak mengerti dengan yang dia katakan, alhasil tikus itu malah berjalan ke arahnya. Merasa kekuatannya telah kembali, dengan segera Arvan berlari, tapi tikus itu malah lebih dahulu meloncat ke arahnya, membuat panci yang tadi dia taruh terjatuh. Tikus itu tepat mendarat di punggungnya, kembali membuat Arvan membeku."Cit ... ciit." Mendengar suara tikus itu membuat Arvan pucat pasi.Beruntung, Aeri datang tidak lama setelahnya."Van, aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-03
  • Mempelai Tanpa Kontrak   Bab 12. Takut?

    Jika saja Idris berani melakukan apa yang dia bayangkan itu, dia sendiri jangankan mencium, mengutarakan perasaannya saja dia tidak bisa. 'Shit, mau sampai kapan kamu jadi sad boy gini, Dris?' makinya pada diri sendiri. Saat melihat Frisya mematung di depan pintu dapur, Idris dengan segera menarik perempuan itu menjauh dari sana. Hatinya sakit melihat Frisya yang hampir menitikkan air mata ketika melihat Aeri dan Arvan saling berpelukan. Ingin rasanya dia mengutuk kelakuan mesra kedua sejoli itu yang tidak tahu tempat. "Sudahlah Sya, lupakan saja Arvan. Masih banyak laki-laki di luar sana yang mencintaimu." 'dan itu, aku.' lanjutnya lagi dalam hati. Frisya menggeleng, dia menggenggam erat kemeja depan Idris. "Nggak Dris, aku nggak bisa. Aku mencintainya." Idris menarik lurus bibirnya, tidak tersenyum maupun cemberut. Dia tahu, sejak awal dia tidak punya kesempatan, namun yang membuatnya tidak menyerah untuk mendapatkan perempuan itu adalah karena ia masih berharap suatu saat Fr

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-04
  • Mempelai Tanpa Kontrak   (Revisi)

    Sembari menunggu rumah baru mereka selesai dibersihkan dan di renovasi. Arvan dan Aeri untuk sementara tinggal di hotel. "Pokoknya aku nggak mau kita tinggal di kamar terpisah, titik." Aeri masih kekeh dengan keputusannya. "Kita bahkan bukan suami istri sungguhan, untuk apa kita tinggal di kamar yang sama?" "Tapi pernikahan kita sah, kan? Hanya kamu saja yang berpikir pernikahan kita palsu." Sebelumnya Arvan sudah memutuskan untuk tinggal di kamar terpisah selama di hotel. Tapi Aeri tidak mau, dia kekeh ingin mereka tinggal di kamar yang sama yang alhasil membuat keduanya kembali ribut. "Aku tidak peduli apa tanggapanmu soal pernikahan kita, aku bahkan tidak akan pernah menganggapmu sebagai istriku." Mendengar perkataan Arvan, Aeri dengan sekuat tenaga meninju wajah Arvan hingga membuat sudut bibir laki-laki itu sedikit robek. Aeri lalu mencengkram kerah baju Arvan—mendekatkan kepalanya dengan kepala suaminya itu. "Apa aku belum pernah bilang sebelumnya? Kalau aku tidak suka de

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-05
  • Mempelai Tanpa Kontrak   (Revisi)

    Matahari sudah semakin tinggi, sudah hampir 2 jam Aeri menunggu kedatangan Idris. "Hoaamm...."Cuaca yang cerah dan angin sepoi-sepoi membuat Aeri merasa ngantuk.Apalagi taman yang dia datangi sedang tidak ramai.Aeri menggerak-gerakkan kakinya, dia tidak henti melihat ke kanan kiri."Dia kapan sih sampainya?" Monolognya sambil mencoba menghubungi Idris.Angin kembali berhembus, tanpa sadar Aeri menutup matanya, dia yang sejak tadi mencoba menghilangkan rasa kantuknya, pada akhirnya tidak bisa melawan.Dia pun tertidur di bangku taman.Srak ...srak ...srakRasanya seperti mimpi saat samar-samar Aeri mendengar suara daun terinjak.Namun saat suara itu semakin dekat, Aeri tersadar kalau itu bukan mimpi. Dia sudah bangun, tapi karena malas, dia masih menutup matanya.Dia baru membuka mata saat merasa ada seseorang di dekatnya. Orang itu sama sekali tidak bicara, begitu merasakan orang itu semakin mendekat. Segera Aeri membuka mata dan menendang orang yang mendekatinya itu hingga terjatu

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-06
  • Mempelai Tanpa Kontrak   (Revisi)

    Tema pemotretan hari itu bernuansa awan-awan. Untuk mendukung pemotretan, digunakan banyak sekali kapas sesuai dengan permintaan kliennya.Pemotretan hari itu cukup berat bagi Aeri, selain karena masalahnya dengan Arvan, dia juga punya alergi dengan serat kapas.Berhati-hati saja dia masih merasakan gejala alerginya, ditambah dia yang tidak hati-hati dan terjatuh diatas tumpukan kapas, membuat alerginya malah kambuh.Akibatnya, dia pun tidak berhenti bersin-bersin, hidungnya juga mampet dan suaranya menjadi serak.Tapi beruntungnya, alerginya tidak bertahan lama dan 2 jam setelahnya, alerginya mereda. Meski sesekali dia masih bersin-bersin."Hatchimm, Arika!" Panggil Aeri, dia kembali ke studionya.Arika yang tengah bersih-bersih studio segera menemui Aeri."Kamu ngapain balik, masih banyak kapas di studio, pulang sana," usir Arika."Iya, nanti aku pulang kok, hatchim...." Aeri menyerahkan tas laptop pada Arika."Di sini masih ada bajuku kan?" Aeri membuka kemejanya di depan Arika.Wa

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-06
  • Mempelai Tanpa Kontrak   (Revisi)

    Suhu tubuh Aeri mencapai 38,3 derajat Celcius. Arvan mengganti kompres di dahi Aeri. "Halo paksu, apakah kamu tidak marah lagi dengan istrimu?" Dalam keadaan demam, Aeri masih sempat berbicara. Seolah tak merasakan sakit, wanita itu malah tersenyum padanya. "Bisa diam, tidak." Arvan belum sepenuhnya memaafkan Aeri atas kejadian kemarin. Dia juga tidak akan mau menjaga Aeri jika bukan karena dia harus. Aeri tiba-tiba tertawa, dia menyentuh wajah Arvan yang tangannya langsung disingkirkan, dia tidak menyerah, dia mengulangi perbuatannya hingga Arvan kesal. "Aeri, kamu tidak mendengar apa yang aku katakan padamu." Aeri mengernyit sesaat mendengar jepretan Arvan. "Tapi aku suka menyentuh Arvan, wajah Arvan dingin, tidak seperti wajahku, panas." Dia menyentuh wajahnya. “Jangan aneh-aneh, Ri.” Tiba-tiba Airi menangis. "Kenapa Arvan seperti itu, dia jahat sekali pada Aeri." Arvan tidak tahu harus bagaimana menanggapi Aeri. Ia bahkan heran dengan tingkah Aeri yang tidak biasa. "Aer

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-07
  • Mempelai Tanpa Kontrak   Bab 1 7. Sakit (3)

    Aeri mengira laki-laki itu adalah Arvan."Van, aku minta maaf, kamu pasti marah ya sama aku.""Do, siapa perempuan itu, kamu selingkuh ya dariku."Laki-laki itu yang tiba-tiba dipeluk, menggeleng mendengar tuduhan pacarnya."Sumpah beb, aku nggak selingkuh kok, aku juga nggak tahu perempuan ini siapa."Laki-laki itu mencoba melepas pelukan Aeri, "mbak, tolong lepaskan. Ini saya bukan Arvan.""Arvan kok gitu sih?" Bukannya melepaskan, Aeri malah semakin memeluk erat laki-laki itu."Ri!" Arika menyusul Aeri, dia juga turut mencoba melepaskannya dari laki-laki itu. "Lepaskan dia, Ri. Jangan buat orang malu, deh.""Mbak, ini temannya mabuk ya?" Tanya laki-laki itu.Arika menarik lurus bibirnya, "enggak kok mas, teman saya ini lagi sakit."Kata 'sakit' yang Arika katakan terdengar ambigu. Laki-laki dan perempuan itu pada akhirnya menatap Aeri kasihan."Kok orang sakit dibiarkan lepas sih mbak? Tolong temannya ba

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-08
  • Mempelai Tanpa Kontrak   Bab 18. Sakit (4)

    "Kita itu hanya sebatas teman, aku tidak bisa menganggapmu lebih dari itu.""Aku tidak mau menikahi Frisya.""Aku tidak mencintaimu."Kata-kata yang pernah Arvan katakan terlintas di benak Frisya. Dia di ruangannya menatap kearah jendela.Dia selalu bertanya-tanya, apa yang kurang darinya sampai Arvan tidak mencintainya, apa kurangnya dia daripada Aeri.Frisya meremas telapak tangannya. Dia membelai foto Arvan di ponselnya."Kenapa sih, Van. Kamu tidak mau sama aku?" Monolognya, "apa kelebihan Aeri sampai kamu menikahinya? Aku mencintaimu Arvan, sangat-sangat mencintaimu."Idris yang mendengar perkataan Frisya waktu dia masuk ke ruangan perempuan itu, hanya tersenyum pahit.Cinta segitiga ini sangat menyesakkan. Selama lima tahun dia yang mencintai perempuan itu, tapi cinta Frisya malah untuk Arvan."Hai, Sya," Idris menyapa Frisya yang sepertinya tidak sadar dengan kedatangannya.Dia menaruh buah dan bunga di nak

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-09

Bab terbaru

  • Mempelai Tanpa Kontrak   (Revisi)

    "Ck," decakan kesal Arvan di tengah meeting sukses membuat suasana rapat menjadi hening.Keringat dingin membasahi dahi seorang anak buahnya yang tadi presentasi di hadapan semua orang di sana. Entah apa yang salah dari presentasinya hingga membuat bosnya itu berdecak. Tidak hanya anak buahnya yang presentasi saja, namun seluruh anak buahnya di ruangan itu juga merasa ketakutan. Setelah kemarin timnya melakukan kesalahan yang membuat proyek besar yang dia tangani hampir gagal. Arvan yang harus turun tangan untuk menangani masalah itu menjadi sensitif.Sedikit saja kesalahan yang anak buahnya lakukan bisa membuatnya marah besar dan bahkan sampai memecat anak buahnya tersebut.Karena itu, para anak buahnya bersikap hati-hati untuk tidak membuat bos mereka marah.Anak buah yang presentasi menelan ludah sebelum memberanikan diri untuk bertanya. "M-mohon maaf pak Arvan, apakah ada yang salah dari presentasi saya?" Jari-jari tangan si anak buah gemetaran, teman-temannya yang sesama anak bu

  • Mempelai Tanpa Kontrak   Bab 40. Fotografer Wedding

    Menjadi fotografer wedding selalu membuat Aeri excited. Kepuasan mengabadikan momen bahagia pengantin yang baru menikah adalah hal yang membuatnya merasa bahagia."Bapak, boleh sedikit geseran ke kiri, nah iya, tahan ya, satu, dua, ...." Bersamaan dengan hitungan ketiga, muncul cahaya dan suara shutter dari kamera.cekrek!Aeri mengatur posisi para keluarga dalam sesi foto bersama keluarga kedua mempelai.Selesai sesi foto keluarga besar, kini giliran dia memfoto para tamu undangan yang ingin berfoto dengan pengantin. Kadang saat sesi foto begini, ada saja hal menyebalkan yang dia alami.Seperti saat akan memfoto, tiba-tiba saja ada seorang tamu undangan yang lewat di depannya, alhasil hasil fotonya menjadi jelek. Tidak lagi dengan para fotografer dadakan yang kadang mengganggunya waktu mengabadikan momen bahagia pengantin."Eh, kamu minggiran sana, aku mau ngambil foto cucuku."Seorang ibu-ibu dengan kasar menggesernya untuk mengambil foto cucunya bersama mempelai pengantin.'lah, di

  • Mempelai Tanpa Kontrak   Bab 39. Hilang?

    Pada akhirnya Arvan dapat juga berbaring di tempat tidur. Dia melihat jam di ponselnya. Jam menunjukkan sudah pukul 4 lewat, entah sudah berapa jam dia dimarahi oleh papanya. Mungkin jika bukan karena Kyran, Arvan butuh berjam-jam lagi untuk bisa berbaring diatas tempat tidur. "Aku harus berterimakasih padanya nanti." Ucapnya sebelum dia jatuh tertidur. Rasanya tidak lama saat Arvan memejamkan mata dia kembali dibangunkan oleh suara berisik lagu yang diputar dengan keras. Arvan awalnya menutup kepalanya dengan bantal, namun karena lagu itu tidak kunjung berhenti, dia yang tidak tahanpun melempar bantal itu ke asal suara. "Berisik, nggak lihat orang lagi tidur." Arvan bangkit duduk di atas tempat tidur, dia menatap tajam seseorang di depannya. "Lagian, siapa suruh kakak tidur di kamarku," Alvin, orang yang ditatap tajam melempar balik bantal yang mengenainya pada Arvan, "AC dikamar kakak kan sudah diperbaiki, kenapa tidak balik ke kamar kakak sendiri, kenapa masih tinggal di kam

  • Mempelai Tanpa Kontrak   Bab 38. Menjemput Aeri pulang

    "Mama!" Senopati menekan nada suaranya untuk tidak membentak istrinya."Lagian kenapa sih Papa masih membelanya? Dia itu istri yang buruk, lihat!" Rullistya menunjuk pada Frisya yang tadi menyusulnya ke arah Arvan dan kini dia memegangi lengan Arvan yang terlihat akan jatuh kapan saja. "Beratus-ratus kali Frisya lebih baik dari perempuan itu, seharusnya papa mendukung putra kita menikah dengannya bukan dengan perempuan tidak jelas itu."Senopati hanya bisa menghela napas panjang, kepada putranya dia bisa saja tegas, tapi tidak demikian jika dengan istrinya."Tapi, yang kini menjadi istrinya Arvan itu Aeri, Ma," ingatkan Senopati, "dan Aeri adalah istri yang Arvan pilih.""Lalu, memang kenapa kalau Aeri istri Arvan, tidak menutup kemungkinan mereka akan cerai nantinya.""Jangan bicara seperti itu, Ma. Mama mau pernikahan putra kita gagal?""Tentu, malah mama berdoa secepatnya Arvan berpisah dari perempuan itu."'Amin.' Spontan Arvan mengaminkan ucapan mamanya. Dia memang ingin secepat

  • Mempelai Tanpa Kontrak   Bab 37. Progres renovasi rumah

    "Kenapa kamu tidak bilang pada papa kalau mama memintamu dan Aeri pulang?" Tanya papa setelah dari tadi menceramahi Arvan gara-gara Aeri yang tiba-tiba keluar rumah.Padahal waktu Senopati datang, jelas-jelas dia melihat Aeri menghajar Arvan, tapi masih saja Arvan yang dia salahkan karena melihat Aeri yang hampir mau menangis dan pergi begitu saja waktu dia tanya ada apa."Lalu ini, kamu. Bisa-bisanya kamu tenang-tenang saja padahal istrimu entah ada di mana sekarang."Sudut bibi Arvan sobek, dan lebam di pipinya membiru. Tidak ada yang merawat lukanya, tidak seperti Frisya yang karena luka ditangannya sampai dibawa ke rumah sakit oleh mamanya.'Apa mereka tidak menganggap aku anak apa? Satunya mengurus Frisya, satunya lagi Aeri,' gerutu Arvan dalam hati.Dia semakin menekan kompres es batu pada luka di bibirnya, mengalihkan rasa kesalnya pada rasa sakit yang malah membuatnya merintih."Aku kira papa tahu soal mama yang membawa Aeri pulang, lagian juga aku dan Aeri di sini sampai reno

  • Mempelai Tanpa Kontrak   Bab 36. Curhat

    Aeri yang biasanya tenang, hari ini memuntahkan segala uneg-unegnya, keluh kesahnya terlalu banyak hingga butuh waktu lama untuk dia berhenti mengeluh panjang lebar.Entah sudah berapa kali Arika menahan untuk tidak menguap di hadapan Aeri, dia juga sampai malas mengecek jam, waktu mendengarkan Aeri. Dia menopang kepalanya dengan lengan yang dia sandarkan ke sandaran sofa, dia duduk sembari menghadap Aeri yang ada di sampingnya.Di posisinya itu, godaan untuk tidur begitu besar. Hampir saja dia tertidur, tapi untungnya Aeri menyudahi keluh kesahnya."Rasanya aku menyesal menikah dengan si ba*sat itu, akan lebih baik kalau aku menikah denganmu, Ka." Aeri menoleh pada Arika di sampingnya yang mendadak kantuknya hilang mendengar ucapannya."Kamu bercanda, kan?""Aku tidak bercanda," mata Aeri penuh dengan keyakinan yang membuat bulu kuduk Arika merinding, "akan lebih baik kalau aku menikah dengan ...,""Oke, shut up," Arika menutup mulut Aeri.Aeri yang dia kenal memang orang aneh, salah

  • Mempelai Tanpa Kontrak   Bab 35. Trigger

    Keras kepala, itulah hal baru yang Arvan ketahui dari Aeri. Arvan memegang dahinya, pusing. Tidak tahu lagi bagaimana menghadapi Aeri."Kamu ini ya," saat Rullistya akan menampar Aeri, Frisya segera menahannya."Tante, sudah jangan main tangan dengan Aeri." Frisya memegang erat tangan Rullistya."Ma, sebaiknya mama keluar dulu dari sini, tenangin dulu diri Mama.""Kenapa mama yang harus pergi, yang seharusnya pergi itu dia, wanita kurang ajar itu, ini rumah mama!" tidak terima dengan perkataan Arvan, Rullistya kini malah memarahinya.Arvan menghela napasnya lelah, dia lalu menatap Aeri. Dia sebenarnya malas berurusan dengan istrinya itu, bahkan sekedar bicara saja rasanya berat."Aeri ...,""Ya, ya, aku tahu, kamu pasti mau mengusirku kan?" Aeri memotong perkataan Arvan."Sebaiknya kamu kembali ke kamarmu.""Kamarku?" ulangnya setelah mendengar ucapan Arvan, entah bagaimana kekesalannya pada laki-laki itu meningkat.Dia tahu Arvan akan menyuruhnya pergi, tapi dia tidak menyangka aka

  • Mempelai Tanpa Kontrak   Bab 34. Tidak salah

    "Meskipun sisa, makanan itu masih layak untuk dimakan, lagian yang makan makanan itu tidak hanya kamu saja, Aeri, tapi semua orang di rumah ini, bahkan Arvan, dia juga memakan makanan itu, benarkan Arvan?" Frisya bertanya pada Arvan untuk menyakinkan kata-katanya.Dan karena memang Arvan memakan makanan itu, jadi dia pun mengiyakan perkataan Frisya."Apa yang Frisya katakan benar Aeri, dan sejak kapan kamu jadi pilih-pilih makanan begini, lagian itu hanya makanan sisa semalam bukan makanan basi."Disudutkan oleh dua orang di hadapannya membuat Aeri tidak bisa tidak memutar bola matanya."Lalu, kalau semua orang makan makanan itu, apa aku harus memakannya juga, enggak kan?" Aeri mengangkat bahunya sebelum dia memunggungi Arvan untuk membantu Frisya membasuh tangannya di wastafel.Tapi Frisya menolak bantuannya, dia menepis tangan Aeri dan berjalan mendekati Arvan yang dengan sigap menahannya yang hampir terjatuh."Aeri yang kukenal tidak akan buang-buang makanan.""Sya, tanganmu perlu

  • Mempelai Tanpa Kontrak   Bab 33. Kita tidak ribut??

    Saat Aeri akan membawa nampan makanan ke dapur, dia melihat Arvan yang mendekatkan wajahnya pada Frisya, seperti orang yang akan berciuman.Spontan Aeri menyiram Arvan dengan sup yang dia bawa."Ck, ini siapa yang ...." Saat Arvan menoleh, dia melihat Aeri yang tersenyum cerah padanya, "Aeri. Apa maksudnya kamu menyiramku?" Arvan yang tadi akan marah, menekan nada suaranya untuk tidak berteriak di depan Aeri."Lama nggak ketemu ya Van, sepertinya kamu lupa kalau istrimu sedang sakit.""Apa-apaan kamu ini, kenapa kamu menyiramku?" Kembali Arvan bertanya mengacuhkan perkataan Aeri.Aeri memutar bola matanya, dia lalu menendang lutut Arvan."Auww!" Ringis Arvan memegang lututnya."Entahlah, pengen aja aku nyiram kamu, lagian bukannya negrawat istri yang sakit, ini malah enak-enakan berduaan dengan perempuan lain.""Ck, siapa juga yang berduaan.""Lalu ..." Aeri melihat antara Frisya dan Arvan.Sebelum Arvan bicara, Frisya lebih dulu berkata."Kamu salah paham Ri, aku dan Arvan bukannya b

DMCA.com Protection Status