Di jam-jam seperti ini riuh suara terdengar tidak terlalu ramai. Hanya tersisa beberapa kelompok siswa yang masih berbincang-bincang. Sisanya sudah menuju kembali ke kelas untuk jam pelajaran berikutnya. Dan disinilah aku, berusaha mencari jenis makanan apa yang dapat mengisi perutku yang benar benar kosong tanpa harus menghabiskan waktu lama disini. Pilihanku hanya tertuju pada roti kemasan dengan harga yang relative tinggi. Aku biasanya tidak memilih roti kemasan sebagai opsi jajanku di kantin, menurutku harganya yang cukup menghabiskan setengah dari uang sakuku tidak terlalu sepadan dengan kuantitas yang kudapatkan. Tetapi karena kondisi tubuhku yang sedang seperti ini, aku tidak berani ambil resiko dan lebih memilih menghabiskan uang untuk sarapan yang ‘berkualitas’.
Aku segera membuka bungkus plastiknya dan memasukkan roti kedalam mulutku tanpa kulepaskan. Semoga ini cukup um
“Ya…” Oh, suaranya kembali ke volume normalnya. Tidak, sekarang Derald malah mengangkat wajahnya seakan penuh keangkuhan. ”… karena kita harus mencari peserta lain untuk lomba besok dan akan sangat menyusahkan aku jika kau sakit, iya kan? Hahahaha..” Aku segera memasang wajah cemberut kesal padanya selama dia tertawa dengan begitu bangganya. Tawanya bahkan berbalapan dengan dering bel masuk tanda istirahat pertama telah selesai. Aghh! Lagi lagi aku terlalu banyak berharap padanya! Tapi tiba tiba Derald menyentuh kepalaku dengan tangannya. “Jangan paksakan dirimu lagi, oke?” Derald mengatakan itu tepat di depan wajahku lengkap dengan sneyumnya yang super manis ultra-rare itu. Orang-orang pasti akan mimisan tidak lama seteleh melihat pemandangan ini. Aku mencoba menahannya dengan membuang mukaku seakan aku masih cemberut. Sebenarnya aku ha
“Jadi, bagaimana kita akan membuat berbagai bangun bangun tidak biasa ini?... umm, Prisma segienam?” Allen membuka pembicaraan kelompok kami sembari membaca secarik kertas bertuliskan bangun apa saja yang perlu kami buat. “Ada 3 yang perlu kita buat. Limas segiempat, prisma trapezium, dan Si prisma segienam.” Liz menjelaskan kembali apa yang tertulis pada kertas itu. “Baiklah, ayo kita mengumpulkan unag untuk kartonnya, Allen dan Fazel pergi membeli, kami akan membuat bangunnya.” Kataku singkat. Tahap paling menyusahkan bagiku adalah berlari kebawah, kemudian menuju ke luar sekolah dan membeli kertas karton di toko sebelah sekolah. Jadi aku tidak masalah membuat bangunnya, lagipula dalam masalah ketelitian dan perhitungan, kuis dadakan ringan dari Derald nyatanya lebih sulit. Aku jadi merasa tidak sia-sia memilih menjadi anggota Klub Sains.&nb
Seperti yang sudah direncanakan, aku pergi menuju ke aula samping ruang kesehatan untuk pertemuan hari ini. Akan ada pengumuman tentang perlombaan besok. Aku terus berdebar debar sejak aku melangkah menuruni tangga hingga akhirnya sampai di aula lebih cepat dari waktunya. Sebenarnya pertemuannya berjarak 30 menit dari bel pulang sekolah, jadilah aku datang lebih cepat. Tidak ada orang sama sekali disana. Aku seperti orang yang mencurigakan, mencari tempat sepi unutk memulai rencananya. Meski sangat canggung, aku menaruh tasku disana, persis dekat dengan steker. Setidaknya aku terlihat punya alasan jelas untuk menetap disana sendirian seperti seorang tanpa kehidupan, atau bisa kita sebut sebagai antisosial no life, Nolep. “Pfftt… kau benar benar seperti seorang nolep.” Suara seseorang menarik perhatianku yang duduk disana sendirian dan bermain ponselku. Deradl berjalan mende
Sedetik kemudian, Alisa kembali lagi bicara. “Hiyaa… Tapi tetap saja itu masih agak lama kaaan~?...” Dia kembali tersenyum dengan wajah manis yang sama ketika ia datang. Alisa memegang sebelah pipinya. “…Padahal aku sangat ingin menyayanginya dengan kuasa penuh..Huuuuh..” katanya sambil berjalan pelan mendekat padaku. Aku masih berusaha keras bergerak dari tubuhku yang kaku, dan hanya menghasilkan satu langkah kearah belakang. Masih terlalu dekat, hingga Alisa memegang bahuku. Tubuhku kaku total seketika itu juga. Kemudian ia berbisik di telingaku. “Mulai sekarang mohon bantuannya ya, So-fi-aaa~… Ehehehe.. Sampai Jumpa~!” Dia mengakhiri kalimat itu dengan tawa cantik dan sopannya, kemudian pergi meninggalkan aula. A―Apa it
Ah, iya, benar juga. Jika diingat lagi, waktu itu memang pernah ada pertemuan. Ketika pengumuman siapa yang akan dikirim untuk lomba, dan aku sibuk memikirkan perizinan waktu itu, aku jadi tidak memperhatikan sekitarku. Dasar, Sofia payah! “Ah, iya, Kau benar….” Tiba tiba aku merasakan sesuatu berbenturan dengan kepalaku. “Kesalahan..! Ehehehe..” Fazel tertawa setelah memukul pelan kepalaku dengan sisi samping telapak tangannya. “Duuuuh, apa apaan itu?” Gerutuku padanya yang hanya dibalas dengan tawa jahil. Setelah itu, Bob dan Jim juga menyapa Fazel, begitupun juga dnegan Derald. Aku heran bagaimana anak laki-laki bisa akrab dengan siapapun laki-laki yang mereka temui.
“Uhmm.. Derald!...” Ah, aku sudah terlanjur melakukannya. “A―Aku, sebenarnya aku ada urusan lain.” “Urusan lain?” Derald menatapku asing ketika aku melepas gengamannya. “Aku harus ke minimarket untuk membeli beberapa barang, ibuku sudah menitip pesan padaku sebelumnya. Ya. Begitu.” Aku tidak kuasa untuk menatap matanya ketika aku mengatakannya. Ya, mengatakan kebohongan. Berbohong pada Derald, dan aku tidak tau alasanku melakukannya. Aku hanya ingin segera keluar dari situasi canggung ini. Derald sempat terdiam beberapa detik sebelum berkata “ Baiklah…” Ugh,&hell
“Iya.. Aku tidak yakin apakah aku bisa mengatakannya seperti itu, tetapi dia memandangku dengan tatapan penuh ancaman. Seperti… mengatakan padaku untuk segera menjauh dari Derald,… atau… entahlah.” Jelasku menceritakan apa yang aku rasakan. Entah kenapa sangat sulit bagiku mencari pilihan kata yang benar untuk kukatakan.“Begitu ya…” Respon Fazel singkat. Sepertinya dia ingin memahami perasaanku juga. Tapi.. rasanya… sedikit berbeda. Apalagi ketika aku menyebutkan ‘Derald’ dalam kalimatku tadi. Kenapa ya? Jika aku coba pikirkan lagi mungkin― “Aah, tolong jangan baca pikiranku, Gadis Misterius!” Fazel membungkukan badannya dan menyatukan kedua tangan seperti memohon. “Eh?” 
Beberapa lainnya mungkin sedang menyusun rencana untuk menjatuhkanku. Dan juga, bisa jadi mereka ingin menjauhkanku dari teman-tman yang baru saja aku dapatkan dengan rumor ini. Meski aku belum mengetahui rumor seperti apa yang sedang meluas, aku memiliki firasat buruk tentang ini. Dan meskipun begitu, aku malah sibuk memikirkan hubunganku dengan Derald dan hal lain yang tidak penting. Kau sungguh payah, Sofia! Pemikiran ini terus berlanjut selama aku berada di jalan pulang. Aku bahkan hampir melupakan fakta bahwa aku pulang terlamat hari ini tanpa memegang alasan yang kuat. Sial, seandainya aku bertemju dengan ayah ketika aku pulang, aku pasti akan mendapat masalah. Sekarang aku hanya berdiri mematung tepat di depan pintu rumahku. “Semoga orangtuaku belum pulang, belum pulang, belum pulang.” Begitu kataku di dalam hati sambil terus mencium kepalan tanganku.&nb