Jonathan sama sekali tidak merasa sakit. Dia hanya tersenyum menyipitkan mata dan membawa Leony masuk.Setelah mengetahui identitas Jonathan, orang-orang ingin mengajaknya mengobrol. Namun, Jonathan hanya menyerahkan hadiah kepada kepala pelayan dan membawa Leony ke hadapan Andreas.Sambil tersenyum lebar, Jonathan menyapa, "Halo, Pak Andreas. Kita ketemu lagi."Andreas menyapukan pandangannya yang suram ke arah Leony. Leony pun hanya menatapnya dengan ekspresi datar. Namun, tangannya justru memeluk lengan Jonathan dengan erat.Jonathan bertanya dengan tersenyum, "Nini, kenapa? Kamu gugup? Kamu sudah kerja sama Pak Andreas selama 3 tahun lho. Masa kamu masih takut padanya? Tapi, sebenarnya wajar. Soalnya nggak semua orang seramah aku."Ucapan ini terdengar seperti ejekan untuk Andreas. Namun, Andreas tidak peduli. Fokusnya terletak pada panggilan Jonathan terhadap Leony.Nini. Andreas sekalipun tidak pernah memanggil Leony dengan nama seperti ini. Seketika, tatapannya menjadi makin sur
Leony sama sekali tidak bisa tenang. Meskipun masih kecil saat itu, dia ingat betul seperti apa penampilan ibunya yang lembut dan cantik.Ibunya paling mementingkan kecantikan. Sebelum meninggal, ibunya membuat gaun untuk diri sendiri supaya tetap cantik saat meninggal.Itu adalah peninggalan terakhir ibunya. Anak haram seperti Laura tidak pantas mengotorinya."Lepaskan!" Leony mencengkeram leher Laura dengan cukup kuat."Aku bilang lepaskan!" sergahnya lagi sambil menggertakkan gigi.Mata Leony memerah. Dia menatap wanita di depannya dengan tatapan penuh kebencian. "Sekalipun kamu idiot, kamu tahu apa makna gaun ini.""Aku nggak peduli dengan hal lain. Kamu boleh mengambil cinta kasih Ayah dariku, suamiku, bahkan posisiku sebagai Nyonya Keluarga Finowa. Tapi, kamu harus lepaskan gaun ini!"Pandangan Leony terlihat kabur. Dia seolah-olah melihat Intan melambaikan tangan kepadanya. "Leony, Ibu sangat nggak berguna, 'kan? Ibu memang nggak berguna."Wajah cantik Intan terlihat tersenyum,
Leony tahu Andreas tidak mencintainya. Pria ini siap membela Laura kapan saja.'Andreas, Andreas, Andreas, kamu sangat mengecewakan,' batin Leony.Leony menunduk, lalu terkekeh-kekeh. Air mata tak kuasa menetes. Tiba-tiba, dia melihat bingkai foto yang hancur.Leony termangu. Dia telah kehilangan citranya yang elegan. Dia bukan lagi nona besar yang selalu dipuji oleh orang-orang.Leony setengah merangkak. Jarinya menyentuh bingkai yang sudah hancur itu. Dia masih ingat, itu terakhir kalinya ibunya membawanya berfoto sebelum meninggal.Leony masih ingat perkataan ibunya. "Leony, kamu harus bahagia. Jangan pernah membuat diri sendiri menderita demi orang lain. Ibu akan menjagamu dari atas."Bahagia? Tidak menderita? Bagaimana caranya? Sejak Leony diberi tugas untuk menjaga Juan, dia ditakdirkan untuk terikat pada keluarga ini.Leony tahu semua ini adalah masalah Intan, tetapi hatinya tetap luluh. Dia mendambakan cinta kasih ibu.Namun, kini satu-satu fotonya dengan ibunya hancur. Ini buk
Sambil mencengkeram perutnya, Leony perlahan-lahan bangkit dan mendekati Laura. Tangannya masih berdarah. Darah menetes di permukaan lantai."Sekarang, lepaskan gaunku." Leony mengangkat tangan untuk menyeka air mata. Darah menodai wajahnya, membuatnya terlihat agak ganas. Padahal, wajahnya sangat pucat sekarang.Leony menunduk dan menatap Laura, lalu mengulangi ucapannya lagi, "Lepaskan."Laura panik dan hendak kabur. Namun, Leony sontak meraih pergelangan tangannya dan menegur, "Jangan sentuh barang yang bukan milikmu! Kalau kamu ingin mengambil sesuatu dariku, ambil saja Andreas!"Leony tersenyum dingin. Sementara itu, Andreas yang berdiri di samping terbelalak untuk sesaat. Dia menatap ekspresi Leony yang datar, seolah-olah wanita ini benar-benar tidak punya perasaan apa pun lagi padanya, seolah-olah dia telah melepaskan hubungan tiga tahun ini."Leony," panggil Andreas dengan suara serak. Namun, Leony langsung mengedarkan tatapan suram dan tersenyum dingin."Kenapa? Kamu mau bilan
Nada bicara Andreas terdengar datar. "Kembalikan gaun itu kepada Leony."Usai berbicara, Andreas melirik Jonathan dan berkata, "Sudah cukup nontonnya? Keluar dari sini."Laura akan mengganti pakaian sehingga mereka tentu harus keluar.Senyuman Jonathan telah sirna sejak tadi. Tatapannya terus tertuju pada wajah Leony.Ketika mendengar suara Andreas, Jonathan menyunggingkan bibirnya sedikit dan terlihat nakal kembali."Leony, panggil saja aku kalau ada urusan. Sekarang aku bukan milikmu, tapi sebentar lagi bakal menjadi milikmu. Aku nggak keberatan kalau kamu menginstruksiku sebelum hubungan kita sah."Usai berbicara, Jonathan pun keluar dan diikuti Andreas. Pintu ditutup.Kamar ini terletak di sudut lantai dua. Dari sini, seseorang bisa melihat kemewahan di lantai bawah.Jonathan menatap orang-orang yang bukan berasal dari keluarga besar, tetapi berpakaian glamor itu. Mereka sibuk menyanjung dan memuji Gilbert, seolah-olah itu adalah tujuan dari pesta ulang tahun ini.Hari ini, Jonatha
"Waktu itu, Ayah cuma lontarkan 3 kata. Coba kamu tebak apa itu." Laura menatap Leony sambil terkekeh-kekeh. "Dia bilang, dasar pembawa sial."Laura tergelak. "Dia bilang istrinya ini sangat nggak tahu diri. Masa bunuh diri di acara ulang tahun suami sendiri? Seharusnya cari waktu lain.""Benar juga. Kenapa Bibi kekanak-kanakan sekali sih? Bukannya mencari hari lain. Kamu jadi repot karena harus ke dua tempat, pemakaman dulu baru kemari. Benar, 'kan?"Leony tahu Laura sengaja memprovokasinya. Meskipun demikian, Leony tidak bisa mengendalikan amarahnya. Dia menatap lekat-lekat Laura yang tersenyum bangga.Sementara itu, Laura melepaskan gaunnya dan melemparkannya kepada Leony. "Kamu kira aku suka pakai pakaian orang yang sudah mati?"Laura mengambil gaun mewah dari lemari, lalu mencela, "Aku cuma mau membuatmu marah. Dugaanku benar. Kamu nggak bisa mengendalikan emosimu."Berhubung tidak ada siapa pun di sini, Laura tidak perlu bersandiwara."Jadi, kamu sengaja?" Leony terkekeh-kekeh. "
Seolah-olah Andreas tidak berada di sini, seolah-olah Leony memang tidak peduli padanya lagi.Tatapan suram Andreas tertuju pada sosok belakang Leony yang menjauh. Sepertinya, hubungan di antara mereka benar-benar sudah berakhir. Saat ini, Andreas baru merasakan bahwa Leony sudah pergi.Andreas tidak membuka pintu kamar, melainkan berjalan ke jendela di sudut. Dari sini, dia bisa melihat Jonathan dan Leony yang berjalan berdampingan.Seketika, ucapan Leony terngiang-ngiang di benaknya. "Silakan merebut cinta Andreas dan status Nyonya Keluarga Finowa. Aku nggak butuh semua itu! Kalau kamu mau merebut sesuatu, ambil saja Andreas!"Ucapan ini terpatri di benak Andreas. Leony tidak peduli lagi padanya. Saat itu, Andreas sungguh murka. Dia tidak bisa mengendalikan amarahnya.Namun, hubungan mereka memang telah berakhir. Leony hanya mantan istrinya. Andreas hanya mantan suaminya. Dia tidak berhak untuk mengganggu kehidupan Leony lagi.Jelas-jelas ini adalah sesuatu yang dinantikan Andreas, t
Hari ini adalah hari peringatan kematian ibu Leony. Apa saja ... yang telah dilakukan Andreas hari ini?Seketika, ingatan Andreas seperti melambat. Dia mulai mengenang kenangan yang ada selama 3 tahun."Andreas, tiga hari lagi adalah hari peringatan kematian ibuku. Kamu bisa temani aku ke makamnya nggak?"Sebelum Leony sempat melanjutkan kata-katanya, Andreas sudah menyelanya, "Aku harus menghadiri pertemuan di Negara Brawa. Beli saja sendiri semua yang kamu perlu."Andreas menyerahkan kartu hitam kepada Leony, lalu langsung pergi. Seingatnya, dia menerima foto dari Leony di Negara Brawa.[ Aku beri tahu ibuku kalau aku mendapat suami yang sangat hebat. ][ Langit sangat biru. Waktu aku bicara begitu, aku seperti melihat senyuman ibuku. ][ Andreas, kalau ada kesempatan, lain kali kamu temani aku kemari ya? ]Kemudian, Andreas hanya membalas dengan singkat.[ Lihat nanti. ]Setelah itu, Leony masih mengajak Andreas ke makam ibunya, tetapi Andreas selalu menolak dengan berbagai alasan.
“Andreas, kalian sudah bercerai. Kenapa kamu malah suruh Leony pulang ke rumahmu lagi? Apa demi mendapatkan hati Pak Alvin, kamu suruh Leony menemanimu untuk bersandiwara? Kamu memang licik sekali. Padahal kamu sudah nggak menginginkannya lagi, kamu malah nggak mengizinkan orang lain untuk mengejarnya! Kamu sungguh keterlaluan!”Dari ucapan Jonathan, jelas sekali dia sedang memperingati Andreas bahwa dirinya sedang mengejar Leony. Dia memang sedang mengejar Leony. Dia saja sudah mempersiapkan bunga segar dan cincin berlian. Semuanya sudah dipersiapkan Jonathan.Raut wajah Leony seketika berubah. Sepertinya dia tidak menyangka masalah akan menjadi seperti ini. Saat Leony hendak mengakhiri panggilan, ponselnya pun direbut oleh Andreas.“Jonathan, Leony masih belum sampai tahap mesti menurunkan derajatnya untuk menjadikanmu sebagai pasangannya. Kamu masih nggak pantas untuk mengejarnya.” Nada bicara Andreas sangat dingin. Sebenarnya jelas sekali dia sedang menyindir Jonathan yang sangat b
“Kakek memang kelihatannya sangat bugar, tapi sebenarnya jantungnya kurang sehat. Apalagi Kakek orangnya sangat pintar, seandainya dia menyadari hubungan kita, bagaimana cara kita menghadapi Kakek? Jangan-jangan kita akan buat Kakek terkena serangan jantung, lalu dirawat di rumah sakit?”“Kakek sangat menyayangiku. Aku nggak sanggup untuk melakukannya. Jadi, aku lebih memilih untuk mengalah dalam masalah ini.” Ketika membahas masalah ini, Leony pun tersenyum lagi. “Bukannya gara-gara masalah ini, kamu juga terpaksa mengorbankan perasaan Laura?”Lantaran khawatir Alvin akan menerima pukulan, Andreas tidak berani memberi tahu masalah perceraian mereka. Saat ini, Andreas terpaksa membawa Leony ke rumah. Laura pasti akan merasa sangat sedih, apalagi dia tidak bisa mendapatkan status dari Andreas.Andreas terdiam sejenak. Laura? Nama itu terasa sangat menusuk telinga baginya. “Maaf, semua ini salahku,” lanjut Andreas.Sikap Andreas sangat lembut. Hanya saja, Leony tidak memasukkannya ke hat
Tatapan Andreas menjadi muram ketika menatap bayangan punggung Leony yang pergi dengan buru-buru. Setelah Leony pergi, Alvin segera meletakkan peralatan makannya. Suaranya kedengaran sangat dingin. “Nini nggak suka makan terong. Apa kamu nggak tahu?”Andreas benar-benar tidak mengetahui masalah itu. Dia baru mengetahuinya sekarang.“Nini tahu semua makanan kesukaanmu. Coba kamu lihat makanan apa yang Nini ambilkan untukmu. Dia bahkan mengupas kulit udang untukmu. Setelah mengupasnya, dia juga mencelupkan udang ke saus kesukaanmu. Sekarang kamu hanya mengambilkan sejenis makanan untuknya. Makanan yang kamu ambil malah terong yang paling nggak disukai Nini!”Andreas sungguh tidak menyangka. Kedua matanya spontan berkilauan. Beberapa saat kemudian, dia berdiri dan tidak berbicara panjang lebar lagi. Hanya saja, raut wajahnya kelihatan sangat tidak bagus.Setelah kembali ke kamar, Andreas menyadari Leony sedang muntah-muntah. Andreas pun duduk di sofa dengan terdiam. Saat Leony keluar dari
Dalam sekejap, mobil ini pun menjadi hening karena hanya tersisa Leony dan Andreas.Leony memejamkan matanya, seperti tidak berniat mengatakan apa-apa. Setelah sesaat, dia pun pindah ke kursi pengemudi dan menyalakan mesin mobil. Ini adalah mobil baru Andreas, sebuah Maybach hitam, bukan lagi Cayanne berwarna biru.Sepanjang perjalanan, kedua orang itu tidak berbicara sampai tiba di kediaman lama Keluarga Finowa.“Leony.” Sebelum Leony turun dari mobil, Andreas tiba-tiba memanggilnya dan bertanya, “Apa hubunganmu dengan Juan?”Tangan Leony terhenti sejenak. Kemudian, dia tersenyum tipis dan menjawab, “Hubunganku dengan Juan nggak ada kaitannya sama Pak Andreas. Pak Andreas hanya perlu perhatikan orang di sisimu.”Setelah Leony turun dari mobil, Andreas tidak lagi mengungkit tentang Juan. Dia hanya berkata dengan santai, “Berhubung sudah sampai di sini, sebaiknya kita masuk bareng.”Leony merasa ucapan itu agak konyol. Dia pun membuka pintu mobil, lalu hendak memanggil taksi online untu
Berhubung Leony sama sekali tidak menyahut, Laura merasa agak canggung. Luis pun tidak dapat menahan tawanya. Tawanya bahkan terdengar sangat jelas di dalam mobil.Namun, Laura seperti tidak bisa merasakan suasana yang canggung ini dan lanjut berbicara dengan Leony. “Kak, kok kamu nggak pedulikan aku?”Laura bersikap seolah-olah ingin menanyakan dengan jelas alasannya.Sementara itu, Leony merasa sangat jengkel. Dia sudah tidak tahan, lalu menoleh ke arah Andreas dan berkata dengan dingin, “Berhubung kamu nggak bisa kendalikan kekasihmu, jangan salahkan aku ngomong hal-hal yang nggak menyenangkan.”Kemudian, Leony menoleh ke arah Laura dan mulai mengejeknya.“Laura, aku harap kamu selalu ingat. Aku ini putri Gilbert dan Intan, sedangkan kamu itu anak dari hasil perselingkuhan Gilbert dengan wanita lain. Meski kita punya ayah yang sama, kelahiranmu itu pada dasarnya adalah semacam luka bagi aku dan ibuku.”“Kalau kamu itu orang normal, kamu seharusnya punya rasa malu, lalu jauhi aku. Bu
Juan menatap Leony, lalu mengucapkan terima kasih.Leony sedang berdiri di bawah pohon dan rambutnya ditiup angin sepoi-sepoi. Rambut hitamnya yang panjang dan tergerai itu pun sesekali menutupi sepasang matanya yang dingin, tetapi juga menyiratkan sedikit kelembutan. Dia tersenyum dan menatap Juan dengan lembut.“Kalau ada masalah, hubungilah aku kapan saja.” Setelah melontarkan kata itu, Leony baru berbalik.Juan menunduk dan membaca kartu nama Leony. [ Manajer tim proyek, Leony Janita ] Nama Leony benar-benar indah. Juan sangat berharap Leony benar-benar bisa membantunya seperti yang dikatakannya sebelumnya. Dia berharap bisa terlepas dari kehidupan yang menderita ini dan membuka lembaran baru.Namun ... mana mungkin dia berharap senior yang baru pertama kali ditemuinya itu menolongnya? Orang yang terjebak dalam keadaan sulit harus memiliki kemampuan untuk menolong dirinya sendiri.Juan menggenggam erat kartu nama itu. Tatapannya bergerak mengikuti Leony. Dia berdiri diam di tempa
Juan merasa seperti pernah bertemu dengan wanita di hadapannya itu. Perasaan itu terasa familier, tetapi juga asing. Ada banyak orang yang berlalu-lalang di sekitar mereka, tetapi pandangan mereka tetap tidak terlepas dari satu sama lain.Melihat Leony yang tidak berhenti menatap Juan, Donny segera menyadari sesuatu dan menyuruh salah seorang kepala bidang untuk memanggil Juan kemari. Setelah itu, dia pun memperkenalkan kedua belah pihak.“Leony, mari kuperkenalkan kalian. Juan itu murid berbakat yang unggul dalam segala bidang di sekolah ini. Dia juga murid yang berpotensi menjadi juara bidang sains dalam ujian kali ini.”Saat mengungkit tentang Juan, Donny terlihat sangat bangga. Leony juga bisa merasakan bahwa Donny benar-benar memiliki kesan baik terhadap Juan. Jadi, dia pun merasa sangat gembira.“Baguslah kalau begitu.” Leony tertawa dan melanjutkan, “Pak Donny, berhubung Bapak begitu memuji Juan, aku akan kasih sedikit insentif untuknya. Juan, kalau kamu bisa dapat juara umum 3
Darius dan Jafir sudah sering melihat tampang Juan yang seperti ini. Jafir pun menepuk-nepuk dadanya. “Nggak masalah. Juan sudah mabuk dan nggak mungkin dengar percakapan kita. Dia nggak tahu rencana kita.”Meskipun begitu, Darius tetap merasa ada yang aneh. Sebelum sempat berpikir lebih jauh, Jafir sudah mengungkit tentang uang. Jadi, Darius pun tidak memikirkannya lagi.Begitu kembali ke kamar, Juan langsung mengunci pintu dan berbaring di tempat tidur. Setelah itu, dia baru menarik napas lega. Dia benar-benar merasa sangat kebingungan karena dikhianati oleh ayah dan kakak sendiri. Mereka yang memanfaatkannya seperti itu sepertinya sama sekali tidak memikirkan apa yang akan terjadi padanya.Juan harus memikirkan cara untuk menggagalkan rencana kedua orang itu. Oleh karena itu, dia pun tidak dapat tidur nyenyak semalaman. Saat tiba di sekolah keesokan harinya, Juan tidur hampir sepanjang pagi. Berhubung nilainya terlalu bagus, para guru hanya menutup sebelah mata....Setelah jam mak
“Apa hal ini benar-benar nggak akan terselidiki? Ini namanya contekan ujian masuk universitas!” Darius pada dasarnya adalah seorang guru. Dia tentu saja tahu jelas seberapa serius masalah ini.Jafir mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh. “Ayah, kamu sudah jadi guru selama bertahun-tahun. Aku nggak percaya kamu nggak tahu ada beberapa orang yang berhasil hindari aturan. Orang-orang yang kaya dan berkuasa itu lebih nggak harap masalah kayak begini terungkap.”Kenyataannya memang seperti itu. Darius masih merasa cemas, tetapi sejumlah uang yang disebut Jafir sudah sepenuhnya membutakan matanya. Asalkan mendapat cukup banyak uang, mengorbankan Juan tidaklah masalah.Jam telah menunjukkan pukul 12 tengah malam. Kedua orang itu menyusun rencana di ruang tamu dengan suara yang sangat kecil. Namun, mereka tidak tahu bahwa Juan sudah kembali. Sehabis pulang sekolah tadi, dia langsung pergi bekerja paruh waktu di klub malam. Darius dan Jafir mengira Juan tidak akan pulang malam ini, makanya me