Share

Bab 84

Author: empat2887
last update Last Updated: 2023-01-22 17:23:26

"Iya, Mira, terima kasih ya," sahut Sekar

"Sama-sama," kataku.

Aku pun segera keluar dari rumah Sekar, kemudian berjalan menuju motorku. Aku diekori oleh Sekar, yang mengantarku sampai depan rumahnya. Setelah itu aku pun segera melajukan motorku, dengan kecepatan sedang, meninggalkan kediaman Sekar. Aku melakukan motor milik Bapak, menuju rumah orang tuaku.

Kebetulan perjalanan dari rumah Sekar kerumahku tidak begitu jauh, hanya memakan waktu sepuluh menit, ketika menggunakan sepeda motor. Pada saat motorku melewati warung Susi, ada seorang Ibu yang memanggilku. Aku pun berhenti dan ternyata itu adalah Bu Nunung.

Bu Nunung terkenal dengan mulutnya yang sadis jika berbicara. Selain itu, dia juga terkenal sebagai tukang nyinyir. Sebenarnya aku malas untuk meladeninya, tetapi jika aku tidak berhenti, nanti malah bisa dianggap sebagai orang yang sombong. Memang jadi serba salah, kalau menghadapi orang yang seperti ini.

"Mira, tunggu!" perintah Bu Nunung lagi.

"Iya, Bu Nunung, ada apa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 85

    "Ibu sudah makan disuapi sama Bapakmu, Nak. Alhamdulillah, mulut Ibu sekarang sudah mulai merasakan sedikit enak makan. Makanya, Ibu sedang ngemil agar-agar buatanmu," sahut Ibuku."Alhamdulillah, kalau begitu. Terus sekarang Ibu sudah minum obat?"tanya lagi.Aku merasa bersyukur, sebab sekarang Ibuku sudah mulai makan banyak lagi, serta mau ngemil apapun yang aku buat dan aku sajikan. Semoga saja Ibu segera pulih seperti sedia kala, kalau bisa lebih fit dari sebelumnya."Sudah, Nak, tadi Ibu sudah makan obat, sekalian sama Bapak diberikannya." Ibu memberitahuku lagi."Oh syukurlah, kalau memang Ibu sudah makan siang sama minum obat. Terus sekarang Bapaknya kemana, Bu?" tanyaku, menanyakan keberadaan Bapak sama Ibu.Aku merasa senang mendengarnya, saat Ibu Bapak saling membantu dikala lagi sakit. Mereka berdua adalah panutan buatku, sebab selama aku tunggal dan dibesarkan oleh mereka. Aku belum pernah mendengar dan melihat, kalau ada pertengkaran yang berarti di antara mereka. Justru m

    Last Updated : 2023-01-22
  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 86

    "Iya, Bu Irma, menurut ceritanya Susi. Kalau Mira ini menggoda suaminya Ferdi, sampai-sampai dia minta belanjaannya digratiskan." Bu Nunung menyahut pertanyaan Ibuku, yang terlihat kaget saat mendengarnya.Rupanya Susi, masih saja mempengaruhi semua orang untuk menganggap, kalau aku ini seorang pelakor, yang akan merebut suaminya dari tangannya. Rupanya Susi ini mesti diberi peringatan yang keras, supaya mulutnya bisa terkontrol. Aku bukan dirinya, yang menyerobot milik orang lain demi kepuasan batinnya. Tidak sadar apa ya, kalau selama ini justru dialah yang menjadi pelakor? Dasar, Susi,pelakor kok teriak pelakor!"Terus, Bu Nunung datang ke sini cuma mau berkata seperti ini saja! Nggak ada keperluan lain?" tanyaku."Iya, saya hanya meminta penjelasan sama kamu, Mira. Kenapa kamu kok tega sekali, berbuat seperti ini sama temanmu sendiri? Bukankah kamu juga sudah mempunyai suami? Kenapa mesti menggoda suami orang?" tanya Bu Nunung, ia berkata panjang lebar menyalahkanku."Ibu mendengar

    Last Updated : 2023-01-22
  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 87

    "Lagian ya, aku juga heran sama Bu Nunung. Kok mau-maunya, Ibu mengurusi urusan yang nggak ada manfaatnya, yang unfaedah begini. Apa sebenarnya Ibu di persen sama Susi, buat mengurusi masalah begini?" Aku bertanya sambil, sedikit menyinggung Bu Nunung."Nggak kok, aku nggak dibayar oleh Susu. Tapi karena aku nggak suka, kalau mendengar ada orang, yang mengganggu kenyamanan rumah tangga orang lain." Bu Nunung menjawab sudah seperti menjadi seorang pahlawan saja."Iya, tapi Ibu Nunung sudah salah membela. Karena bukan Susi yang teraniaya, tapi anakku," terang Ibu, yang juga menyambung ucapanku.Bu Nunung sepertinya malu kepada kami karena mungkin ia merasa telah salah membela. Ia pun terdiam dan malah terus saja menunduk, tanpa berkata sepatah kata pun lagi."Ya sudah Bu Nunung, yang sudah biarlah berlalu, tetapi mulai saat ini dan kedepannya. Ibu harus lebih bijak dalam bertindak, jangan cuma mendengarkan perkataan, hanya dari satu orang saja, terapi harus dari dua belah pihak biar I

    Last Updated : 2023-01-23
  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 88

    "Ya sudah, kalau kamu memaksa," ucap Sekar, sambil naik ke atas motorku.Setelah Sekar naik ke atas motor yang aku kendarai, aku segera melajukan motor tersebut ke arah rumahku. Semua orang yang aku temui baik di jalan maupun di pinggir jalan, melihat ke arah kami sambil saling berbisik. Ada yang menegurku ada juga yang hanya tersenyum. Setelah sampai di depan rumah, aku pun segera mematikan mesin motorku, kemudian Sekar bersama anaknya turun. Kemudian akupun mengajaknya masuk."Sekar, ayo masuk," ajakku."Iya, Mir," sahutnya.Aku pun membuka pintu sambil mengucapkan salam, Ibu pun menjawab salamku dan ternyata, Ibu sedang bersantai di ruang televisi bersama Bapak. Saat ini kebetulan hari jumat, jadi Bapak tidak pergi ke sawah atau ke kebun. Karena Bapak biasa libur kerja, kalau hari jumat dan waktunya untuk istirahat dan juga beribadah."Bu, Pak, bagaimana kabarnya sehat?" Sekar bertanya, sambil mencium tangan kedua orang tuaku dengan takzim."Alhamdulillah, Nak. Bagaimana kabarmu?"

    Last Updated : 2023-01-24
  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 89

    "Aku mau banget, Mira. Biar pakaianku yang sudah tidak layak pakai aku akan membuangnya, aku akan berganti memakai pakaian yang kamu kasih. Bahkan pakaian yang masih bagus-bagus ini, aku akan pakai untuk pergi ke acara tertentu saja. Karena sayang, kalau buat dipakai sehari-hari," sahut Sekar.Ia pun menjawab pertanyaanku, Sekar merasa senang sekali, saat aku bilang akan memberikan pakaian yang lainnya. Betapa teriris hati ini, saat mendengarkan apa yang dia ucapkan yang bilang, kalau pakaian yang aku berikan tadi, yang cuma dipakai beberapa kali, akan ia pakai untuk pergi. Sedangkan, pakaian yang sekarang aku sedang pilihkan lagi buat dia, akan dia pakai untuk sehari-hari. Ternyata kehidupan Sekar sahabatku begitu menyedihkan. Aku pun bertekad dalam hati, kalau aku akan membantu Sekar. Aku sebisa mungkin akan membantu merubah penampilannya, supaya ia terlihat lebih baik dari sekarang, bahkan lebih cantik dari ketika gadis. Biar suaminya yang kini menyia-nyiakannya, merasa menyesal t

    Last Updated : 2023-01-24
  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 90

    "Iya, Mira, tapi aku mau pamit dulu sama Ibu dan Bapakmu. Setelah itu baru deh kita berangkat," sahut Sekar."Iya silahkan," kataku mempersilahkan.Setelah Sekar berpamitan kepada Ibu Bapakku, aku pun membonceng dia menuju rumahnya. Setelah menyimpan semua barang bawaan kerumah Sekar, aku pun kembali memboncengnya menuju pasar."Sekar, sini deh. Kamu biasa memakai make up apa?" tanyaku, saat sedang berada di toko khusus kosmetik."Aku dulu biasa memakai produk viva, Mira. Memangnya kenapa, Mira, kok kamu bertanya tentang make up aku segala?" tanya Sekar.Aku tidak menjawabnya, tetapi aku langsung meminta pelayan toko untuk mengambilkan kosmetik produk viva tersebut."Mbak ini satu setnya berapa?" tanyaku."Ini satu set produk viva paket satu, seharga empat ratus ribu rupiah. Sedangkan yang ini paket duanya, harganya dua ratus ribu rupiah. Mbak mau pilih yang mana?" tanya si pelayan."Sekar, ayo kamu pilih, mauboaket yang mana? Mau paket satu, atau mau yang paket dua," tanyaku.Aku be

    Last Updated : 2023-01-24
  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 91

    Selesai menyiapkan semuanya, aku pun kemudian ikut bergabung, ngobrol ngalor ngidul, dengan mertua dan juga orang tuaku termasuk juga Sekar. Setelah aku rasa mereka telah cukup beristirahat, aku pun segera mengajak mereka makan. Sebab perjalan dua jam menggunakan kendaraan itu, menurutku lumayan melelahkan. Aku mempersiapkan menu untuk menyambut keluargaku, yaitu opor ayam kampung, sambal, lalapan, goreng tempe tahu, serta kerupuk. Mereka semua pun makan dengan begitu lahapnya, termasuk Sekar dan juga anaknya. Kami makan tidak di meja makan, tetapi sengaja duduk lesehan. Aku sengaja menggelar tikar, biar kami semua bisa muat saat makan bersama. Seusai makan, aku dan Sekar membereskan semuanya, serta langsung mencuci perabotan kotornya. Sedangkan anaknya Sekar di asuh oleh Mas Romi, beruntung anak itu nurut sama Mas Romi, biarpun mereka baru bertemu."Sekar, anakmu nurut ya sana suamiku," kataku ketika kami mencuci perabotan kotor."Mungkin karena Mas Romi yang kebapakan, serta anakk

    Last Updated : 2023-01-24
  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 92

    "Jadi begini, Dek. Tadi siang, kan Mas bawa main Syakila, anaknya Sekar ke warung depan. Eh si pemilik warungnya, malah genit-genit begitu sama Mas. Mas 'kan jadi risih ya, Dek, jadi Mas buru-buru saja pergi setelah membeli jajanan untuk Syakila. Tapi dia malah teriak-teriak nggak jelas, makanya Mas bilang kalau pemilik warungnya aneh." Mas Romi menjelaskan, kalau ternyata Susi genit padanya."Oh, jadi tadi siang itu, Mas digodain sama si Susi! Terus dia bilang apa saja sama kamu, Mas. Dari dulu itu si Susi itu memang senang, kalau mengganggu hubungan orang, Mas. Terutama hubungan aku. Bahkan di kampung ini dia sudah menjadi buah bibir, kalau seperti itulah kelakuannya. Tapi aku heran sama dia, kenapa kemarin dia mengatakan, kalau aku adalah pelakor? Dia berkata tanpa introspeksi diri dulu karena ternyata dirinyalah yang menjadi seorang pelakor. Si Susi itu maling, Mas, tapi dia malah teriak maling kepada orang lain." Aku panjang lebar menceritakan siapa itu si Susi, kepada Mas Romi s

    Last Updated : 2023-01-25

Latest chapter

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 137. Tamat

    "Lho, kok ada foto Mas sama Meri sedang berpelukan begini sih? Kamu dapat dari mana, Dek?" Mas Romi bertanya dengan sorot mata yang menatap tajam ke arahku."Aku dikirim Susi, Mas. Katanya kalian berdua ada hubungan spesial, bener nggak sih Mas apa yang dia bilang? Karena aku melihat foto kalian juga terlihat begitu mesra," tanyaku mau minta penjelasan.'Dek ... Dek, kamu itu lebih percaya Mas suami kamu, sama Merry Adik kamu, atau sama Susi temen kamu? Temen yang sudah merebut mantan pacar kamu, sewaktu kamu masih sekolah dulu. Kalau memang kamu lebih percaya sama Susi, Berarti kamu salah besar, Dek. Karena Mas sama Merry itu tidak ada hubungan spesial, terkecuali hubungan antara kakak ipar dan adik ipar. Kamu jangan mau di bodohi sama Susi dong, Dek. Dia itu hanya menginginkan, supaya hubungan kamu dan Mas berantakan. Kamu tahu nggak, Dek, kalau Susi dan suaminya sekarang hubungannya sedang goyang. Karena suaminya Susi ketahuan selingkuh, makanya dia memanas-manasi kamu. Mungkin t

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 136

    "Alhamdulillah, akhirnya Meri mau menggantikan Lusi. Kalau sampai Meri tidak mau, pasti toko kueku terbengkalai. Semoga dengan kedatangan Meri nanti, toko kueku akan semakin berkembang, aamiin," harapku.Kemudian aku mengangkat tubuh Nadyra dan segera memberikan asi kepadanya. Tidak berapa lama anak keduaku yang bernama Azka pulang dari sekolah dan langsung masuk ke kamarku untuk menyalamiku. Alhamdulillah, aku mempunyai anak-anak yang shaleh, semoga gadis kecilku juga menjadi anak yang shaleha, aamiin."Assalamualaikum, Bu, Kakak pulang," ucapnya sambil meraih tanganku dan menciumnya."Waalaikumsalam, Kak Azka, alhamdulillah Kakak udah pulang tuh, Dek. Bagaimana belajarnya hari ini, Kak, lancar?" Aku bertanya keadaan Azka di sekolah, setelah aku menjawab salam dari anakku yang nomer dua ini."Lancar dong, Bu, Kakak bisa menjawab semua soal ulangan hari ini," sahut Azka.Ia menjawabnya dengan begitu bersemangat, kebetulan hari ini memang ada ulangan harian di sekolah Azka."Alhamdul

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 135

    "Mbak Mira, terima kasih ya. Karena Mbak Mira telah paham dengan keadaanku," ucap Lusi."Iya, Lusi, sama-sama. Aku harus paham, sebab yang namanya manusia pasti punya problem. Kehidupan yang kita jalani tidak akan selamanya bisa sesuai harapan kita," sahutku."Ya sudah, Mbak, aku pamit ke toko dulu ya. Assalamualaikum," pamit Lusi.Aku pun mengiyakan, saat Lusi pamit untuk pergi ke toko. Kemudian ia pergi meninggalkanku sendirian, yang sedang bingung memikirkan jalan keluar untuk masalah ini. Setelah Lusi kembali ke toko, setelah ia selesai membicarakan apa yang ingin diungkapkannya. Aku melamun seorang diri, membayangkan bagaimana nasib toko kueku, ketika Lusi sudah tidak ada lagi nanti? Sedangkan aku baru saja melahirkan dan tidak bisa membuat kue seperti dulu. Menurut Lusi, ia akan pergi sekitar satu minggu lagi. Jadi aku harus segera mencari orang untuk menggantikan Lusi membuat kue, mumpung masih ada waktu untuk mencari orang yang tepat pengganti Lusi tersebut. Setelah setelah

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 134

    "Itu, Dek, Meri barusan menyuruh Mas memasangkan lampu yang ada di kamarnya. Kata dia mumpung ada Mas karena ternyata lampu kamarnya putus," sahut Mas Romi."Oh begitu, ya Mas, ya sudah kalau memang seperti itu. Mas, sudah dulu ya, meneleponnya soalnya Nadyra-nya mau nyusu dulu. Nanti kita sambung lagi," pungkasku.Setelah itu aku pun mengakhiri sambungan telepon, kemudian menyimpan telepon tersebut di atas nakas, sebab Nadyra memang sudah terbangun dari tidurnya. Aku menyusui Nadyra, sambil tiduran, supaya Nadyra kembali terlelap. Soalnya baru juga berapa menit dia tidur kini sudah terbangun karena kehausan. Setelah Nadyra kembali tertidur, aku pun merapikan selimutnya, lalu bangkit dari kasur. Aku berniat akan pergi ke toko untuk mengeceknya. Sudah lebih satu bulan semenjak aku melahirkan, aku tidak pernah lagi mengecek toko kueku. Biasanya aku menyerahkan semuanya kepada Lusi. Pas aku baru membuka pintu kamar, ternyata Lusi sudah ada di depan pintu kamarku. "Eh, Mbak Mira, baru

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 133

    Rasanya nggak mungkin juga, jika suami serta adik kandungku tega menghianati aku. Makanya aku tidak akan percaya seratus persen, dengan perkataan Susi, yang belum jelas kebenarannya. Bisa saja Mereka berpelukan begitu karena Mas Romi mau menolong Meri, bukan karena sengaja berpelukan karena mempunyai perasan lain. Aku percaya, kalau mereka berdua tidak akan seperti itu.[Ya sudah, terserah kamu saja kalau memang kamu tidak percaya. Aku hanya ingin memberitahu kanu saja, apa yang terjadi di sini tanpa sepengetahuan kamu.] Susi mengirimi chat lagi kepadaku.[Terima kasih, Susi, sebab kamu telah mau memberitahu aku. Tapi aku lebih percaya kepada mereka berdua,] terangku lagi.Setelah membalas chat terakhir dari Susi, Susi pun tidak lagi mengirim chat kepadaku. Sepertinya ia kecewa karena aku tidak percaya dengan aduannya tersebut. Biar saja, sebab jika aku menuruti semua aduan Susi, sudah pasti rumah tanggaku, yang aku bina sekitar lima belas tahun ini akan sia-sia.Setelah tidak ada c

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 132

    "Makanya, Mbak Widi, jangan menuruti emosi dulu. Cari tau dulu kebenarannya, kalau sudah seperti ini siapa yang rugi," tanyaku merasa geram dengan apa yang terjadi."Iya, Mbak Mira, aku menyesal sudah gegabah. Sekarang aku menyesal, Mbak, sebab telah mendengar kata orang dan menuruti emosi." ujar Mbak Widi."Ya sudah nggak apa-apa, Mbak. Aku mau kok memaafkan Mbak Widi," ungkap Meri.Adikku ini memang orang baik, ia tidak pernah mau ribet dan mempermasalahkan apa pun. Sifat dia sama persis dengan sikap Bapak kami, yang lebih memaafkan ketimbang memperpanjang masalah. Aku pun memiliki sifat yang sama, tidak pernah mau ribet, atau berpikir untuk membalas perlakuan jahat orang lain. Karena bagiku memiliki sifat seperti itu capek, sebab permasalahan akan tetap ada dan tidak ada habisnya. Aku ingin hidup tentram dan damai, makanya kami tidak terlalu mempermasalahkan semua itu. Toh lama kemanan orang yang membenci kita akan bosan sendiri, sebab kita tidak meladeni mereka."Terimakasih, M

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 131

    "Asal Mas tau, kalau adik ipar Mas Romi ini seorang pelakor. Ia itu berusaha menggoda suamiku, saat kemarin ia belanja di warungku, Mas" Mbak Widi memberitahu kami semua itu."Maaf, Mbak, maksud, Mbak apa? Kok Mbak mengatakan aku seorang pelakor? Memangnya kapan aku menggoda suami Mbak," tanya Meri yang datang menghampiri kami.Melihat Meri keluar, Mbak Widi juga mendekatinya. Kemudian ia mengangkat tangan kanannya, akan menampar Meri. Tapi keburu ditangkis oleh Mas Romi. Mba" Wish hampir saja berbuat anarkis terhadap adikku, jika saja Mas Romi tidak sigap menangkis tangan Mbak Widi."Mbak Widi, tolong Mbak jangan kasar begitu. Tolong beritahu kami dulu, seperti apa sih permasalahan yang sebenarnya? Kok bisa seperti ini," tanyaku meminta penjelasan."Mbak Mira ngapain bertanya kepadaku? Mbak kan bisa tinggal tanya saja sama adik Mbak, ngapain mesti nanya sama aku," tanya balik Widi dengan begitu ketus."Maaf ya, Mbak, bukan aku mau ngeles. Tapi aku memang tidak merasa menjadi seorang p

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 130

    "Ya sudah, Lus, suruh masuk saja ya," pintaku."Iya, Mbak siap," sahutnya.Setelah itu Lusi pun segera pergi untuk menyuruh orang, yang mencariku tersebut supaya masuk. Tidak berapa lama, Lusi bersama orang yang ingin bertemu aku itu pun masuk dan ternyata itu adalah Rani temanku."Rani, katanya kamu sedang di luar kota, tapi kok kamu sudah ada di sini?" Aku to the poin bertanya kepada Rani.Aku kaget bercampur heran, kenapa ia bisa berada di rumahku saat ini. Padahal tadi pagi saat aku telepon dia untuk mengundang dia, supaya datang keacaraku. Rani bilang, kalau ia sedang ada di luar kota. Makanya aku tidak percaya jika sekarang ia ada di hadapanku. Apa mungkin, pada saat pagi di telepon itu dia sedang mengerjai aku? Makanya sekarang ia sudah ada di hadapanku."Mira, kamu sudah kena prank yang aku buat. Aku memang sudah dari luar kota, tetapi sudah pulang dua hari yang lalu. Aku sengaja, bilang sedang diluar kota, sebab ingin memberi kejutan sama kamu. Dan ternyata kejutan aku berhas

  • Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan   Bab 129

    "Mas pasti setuju dong, Dek, toh semuanya juga demi kebaikan keluarga kira juga," sahut Mas Romi."Ya sudah, masalah ini nanti kita obrolin lagi saja. Sekarang lebih baik kita makan sore dulu, pasti sudah pada laper kan," tanyaku.Kemudian kami pun pergi menuju ruang makan dan makan bersama. Empat minggu setelah kejadian perampokan di rumahku, Mas Rayhan pun dikabarkan sudah diperboleh dibawa pulang. Berhubung yang nabrak bertanggung jawab, jadi tidak perlu mengurusi administrasi lagi. Bahkan Mas Rayhan diantar pulang oleh orang yang menabrak tersebut. "Mas, alhamdulillah ya, Mas Rayhan sudah bisa pulang. Kebetulan kita mau syukuran kelahiran anak kita," ucapku."Iya, Dek, alhamdulillah. Ibu, Bapak dan Meri juga bisa hadir. Mereka sekarang sedang dalam perjalanan," sahut Mas Romi."Apa benar, Mas? Kapan Ibu memberitahu Mas," tanyaku.Aku merasa kaget, saat mendengar orang tua dan saudaraku mau datang. Ternyata mereka menyempatkan diri, supaya bisa hadir, di acara cukur akikah serta

DMCA.com Protection Status