Share

Bab 98 - Membuka Kartu

Penulis: Ocean Na Vinli
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-15 17:55:31

Langkah kaki Angela langsung terjeda. Matanya membola seketika, dengan cepat membalikkan badan. Sementara Leo, setelah berucap buru-buru menyelenong masuk ke dalam kamar Angela kemudian menutup pintu.

"Kau, bagaimana dia bisa ...." Lagi dan lagi lidah Angela mendadak kelu. Secepat kilat melangkah menuju kamar lalu memutar gagang.

"Ahk!" Pintu dibuka namun Angela dibuat terkejut dan panik saat melihat Leo dalam keadaan setengah telanjang alias bagian atasnya terbuka.

Leo baru saja meloloskan pakaian atas, tersenyum jahil ia. Karena telah berhasil mengerjai pujaan hati. "Astaga Dear, ternyata kau nakal ya."

Secepat kilat Angela membalikkan badan kembali dengan dada mulai berdebar-debar tak karuan. Ia sentuh dadanya sejenak. Bayangan roti sobek Leo membuat Angela meneguk ludahnya berkali-kali. Pantas saja para wanita di kampus menginginkan Leo. Sebab Leo terlampau seksi saat tidak memakai baju. Otot-ototnya kekar nan berisi itu benar-benar membuat Angela mulai agak sinting saat ini.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 99 - Aku Bisa Membantumu

    Mendengar hal itu, bersemu merah pipi Angela, menahan malu karena ketahuan berbohong. Angela memilih diam. Ia lirik sekilas Leo mengulum senyum jahil. Bagaimana tidak Martin sekarang mengatakan kalau dirinya saat umur belasan tahun, pernah kabur dari rumah karena mengetahui Niel akan bertunangan. 'Ya Tuhan Daddy!' Ingin sekali Angela berteriak dan mengatakan pada daddynya untuk berhenti berbicara. Ia malu sangat malu, hendak bersembunyi sekarang atau bila perlu memindahkan wajahnya ke pantat saat ini juga. Karena daddynya kembali membuka kartu tentang kegilaan dia pada Niel. "Ya benar, aku pun heran anak kita belum move on, ckck!" Diana pun ikut mengompori.Angela merengut, memilih menundukkan kepala sambil mengerutu kecil, hari ini mommynya tampak berbeda, seakan-akan memiliki dendam pribadi padanya dan itu semua karena Leo, si dosen mesum. 'Awas saja kau, dosen mesum!' batin Angela sedang berencana menyerang Leo nanti.Sementara Leo tersenyum sumringah. Sebab tak ada rintangan un

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-15
  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 100 - Pergi!

    Lagi dan lagi keheningan tercipta di antara mereka. Angela tak langsung menyahut, bergeming dengan tatapan tajam sedari tadi. Kali ini matanya sedikit menyipit, tampak berpikir keras. Sementara Leo menyungging senyum lebar. Karena yakin bila Angela pasti akan menerima tawarannya. Dengan sabar ia pun menunggu jawaban. Semenit pun berlalu, hanya terdengar rintik hujan di luar sana yang mulai perlahan-lahan berhenti. "Dear, bagaimana? Tawaranku akan membuat kau senang dan tidak merugikanmu sama sekali." Leo tidak tahan lagi manakala Angela cukup lama menanggapi. "Tidak," kata Angela, dengan tegas. Membuat Leo terperangah. Sebab wanita pujaannya ini, benar-benar keras kepala dan sulit sekali dirayu. "Astaga Dear, kau telah melukai hatiku lagi, padahal tawaran ini menguntungkanmu." Leo maju beberapa langkah hendak meraih tangan Angela. Namun, gerakannya lambat, Angela terlebih dahulu memundurkan langkah kaki. "Cih, menguntungkanmu bukan aku! Aku bisa mencari pelakunya seorang diri! B

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16
  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 101 - Pelaku

    Angela membuang muka ke samping. "Pergilah, Leo Johnstone, hujan sudah reda." Suara memelas Angela membuat Leo langsung menundukkan pandangan dan ia pun terlihat lemas. "Baiklah, kalau begitu aku pulang."Bergegas Leo turun ke bawah dan tak lupa meminta izin pada orang tua Angela. Dari atas kamar, Angela mengintip dari jendela, melihat mobil Leo meninggalkan pelataran rumahnya sekarang. 'Maaf Leo Johnstone, aku hanya ingin menjaga hatiku ini," gumam Angela pelan dengan wajah muram. ***Keesokan paginya, Angela berencana akan mendekati Whitney. Salah satu pelaku yang diduga Leo. Kebetulan hari ini mata kuliah Leo tidak ada. Angela merasa senang meski sebenarnya sedari malam menangis. Entah karena apa, mungkin karena menonton drakor, pikir Angela sesaat. "Hai Whitney, kau sudah makan?" tanya Angela kala di jam istirahat.Masih duduk di kursi, Whitney mengerutkan dahi. Karena tidak ada angin, tidak ada hujan, Angela tiba-tiba mengajaknya berbicara. "Belum, ada apa?" Whitney balik

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16
  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 102 - Tertangkap

    "Pak!""Eh, iya, iya?" Karena terlalu laju, pendengaran Leo pun sedikit terganggu. Saat ini ia sedang fokus memandang ke depan, melihat sedan hitam mulai masuk ke jalan asing. Tak mau kehilangan jejak, Leo semakin mempercepat laju kendaraan. "Siapa Pak?" Sekali lagi Angela bertanya sambil menahan sakit di tangannya. Hantaman di lengan kanan atas baru terasa sekarang."Miss Hanna!"Manik hitam Angela membola, sangat terkejut bila Miss Hanna, pelaku utama, ingin bertanya, namun, ia urungkan sebab keadaan tak mendukung saat ini. Pasalnya ada mobil polisi di belakang sana mengikuti mereka. Mungkin karena batas kecepatan motor yang dikendarai tak wajar dan tidak sesuai ketentuan. Sedari tadi bunyi sirene menggema di sekitar bersamaan pula seorang polisi meminta Leo untuk menepi. Tetapi, Leo enggan menuruti. Sampai di pertigaan jalan, Leo berhasil lolos dari polisi. Kendati demikian, Angela dapat melihat di ujung sana, polisi mencari jalan lain.Angela kembali menatap ke depan, netranya m

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 103 - Identitas

    |Markas khusus|"Kau sudah menemukan identitasnya?" Duduk di kursi dengan kepala bersender ke bantalan, Martin sesekali menyesap lentingan nikotin sambil memandang ke depan, melihat Yuri baru saja masuk ke ruangan.Sebelum menjawab, Yuri menarik napas dalam kemudian menjatuhkan diri ke atas sofa."Sudah Mister, pantas saja identitasnya susah dilacak karena ada mendiang orang tua Leo Johnstone yang melindunginya selama ini." Martin semakin mengerutkan dahi. Menunggu dengan sabar Yuri sedang membuka laptop. Semenjak kedatangan Leo ke rumahnya kemarin. Dia sedikit terusik, ingin mengusir namun dilarang Diana. Terlebih, Diana mengatakan pria tersebut menaruh rasa pada sang putri. "Dari hasil investigasiku, status Leo Johnstone sekarang adalah dosen termuda dan tercerdas di Universitas Standford, orang tuanya meninggal akibat covid beberapa tahun lalu. Keduanya sama-sama berkerja di bidang hukum, mamanya detektif, papanya komisaris polisi, tidak heran aku susah menembus database," kata Yu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 104 - Mulai Sinting

    Angela reflek memundurkan langkah kaki sambil matanya celingak-celinguk ke segala arah, tengah mencari celah untuk kabur. Akan tetapi, rumah yang kelihatan mungil di luar namun di dalam cukup lebar dan panjang ini, tertutup sama sekali. "Jangan Pak!" seru Angela. Leo semakin menyeringai tajam, melangkah cepat lalu menarik tangan Angela hingga mata Angela melebar kembali. "Jangan apa?""Jangan sentuh aku! Kita belum menikah, Pak!" Angela reflek menyilangkan tangan di dada dan menutup mata kala Leo menarik jaket kulitnya di bagian pundak. Panas, bayangan suara desahan video porno yang tidak sengaja dia tonton, saat mencari bukti di laptop langsung menari-nari di benaknya sekarang. "Memangnya siapa yang mau menyentuhmu?" Leo mulai tersenyum jahil. Angela bergegas membuka mata lalu berkedip-kedip, heran. "Bapak, bukankah ...." Angela memalingkan muka, melihat Leo tiba-tiba memegang tangannya, seakan-akan ingin meregangkan otot-ototnya yang dihantam mobil tadi. "Aku hanya ingin mengob

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 105 - Meminta Izin

    "Pak, please stop!"Angela menggeliatkan tubuh saat Leo membenamkan wajah ke bongkahan dadanya sekarang. Barusan, Leo mengangkat pakaiannya sebatas dada. Sangat geli, ada sensasi yang tak bisa yang dia jelaskan dengan kata-kata sekarang. Sejak tadi mata Angela membuka dan menutup kembali, dagunya terangkat sedikit ke atas.Leo tak menurut. Dengan lincah jari telunjuknya menarik kaitan bra di belakang. Angela langsung memekik dan reflek membuka mata. "Pak!"Leo seakan tuli. Melihat puncak gunung Angela berwarna pink dan terlihat segar seperti buah yang baru saja dipetik. Buru-buru ia menyambar gunung kembar tersebut lalu memainkan lidahnya di puncak, sambil mengarahkan matanya ke atas."Pak, oh my, ini sangat geli, hentikan! Kita belum menikah!" Napas Angela mulai terengah-engah sambil mencengkram kuat rambut Leo. Leo tiba-tiba menghentikan serangan lalu mengeluarkan tawa pelan. Sontak dahi Angela berkerut samar, tampak lemas, anggota tubuhnya mendadak mati total kini. "Maafkan aku,

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 106 - Sanggup

    Suasana terasa tegang. Di ruang tamu kediaman Martin, kumpulan manusia sama sekali tak bersuara. Angela tengah duduk di dekat Leo sambil menundukkan kepala. Sedangkan Diana menyengol lengan Martin dari tadi, berharap sang suami mau menerima Leo. Sementara si kembar triplet dan Yuri yang kebetulan ada di rumah, duduk lesehan di depan televisi sembari berpura-pura menonton. Namun, telinga mereka sejak tadi mencoba mendengarkan apa yang akan disampaikan Martin. "Sayang!" Kesabaran Diana mulai habis. Sekali lagi senggolan pelan mengenai lengan kanan Martin. Secara perlahan Martin memutar kepala ke samping. "Iya, cium dulu."Diana melototkan mata meski tak lagi muda, jiwa Martin masih seperti dulu. Si kembar triplet serempak mendelikkan mata saat mendengar perkataan daddynya barusan. "Sayang, ini bukan waktunya untuk bermanja-manja, berikan jawaban sekarang," balas Diana tegas sembari melirik Leo sekilas, yang sejak tadi melempar senyum kaku. Martin berdecak lalu mengalihkan pandangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-19

Bab terbaru

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 147 - Sisi Lain

    "Angelo, aku mencintaimu, kembalilah padaku!" Kalimat yang dikeluarkan Claudia barusan. Membuat rahang Angelo semakin mengetat. Kini wajah wanita itu terlihat kumal dan kusam. Pakaian tahanan melekat dengan sempurna di tubuhnya saat ini. Claudia memandang Angelo dengan tatapan memuja. Angelo menebak bila Claudia melarikan diri dari penjara. Dia menahan kesal mengapa Claudia bisa meloloskan diri. Namun, mengingat ayah Claudia juga memiliki latar belakang di kemiliteran. Hal itu bukanlah hal yang sulit untuk Claudia bisa melarikan diri. Terlebih, saat ini ia dapat melihat sedikit bercak darah di pakaian Claudia. "Apa kau sudah gila! Aku sudah menikah!" seru Angelo dengan mata berkilat. Mendengar hal itu, mata Claudia yang semula berseri-seri langsung menyala bak kobaran api. Dengan napas mulai memburu ia pun berteriak,"Iya aku sudah gila, dan itu semua karena ulahmu! Aku tidak peduli, kau harus menjadi milikku!"Sesudah menanggapi, terdengarlah suara tawa keras di sekitar. Claudia t

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 146 - Merasa Bersalah

    Kening Jane lantas mengernyit. "Ada apa?" tanyanya. Amat penasaran ia, mengapa mimik muka Angelo mulai berubah menjadi lebih dingin sekarang, seolah-olah tengah marah pada seseorang. Angelo tak membalas, sejak tadi mendengar dengan seksama penjelasan Eliot. Di mana Adam, papa Claudia merupakan salah satu tersangka yang terlibat di dalam penculikan Jane."Pantas saja kita kesulitan mencari letak lokasi tempat penyekapan Jane, ternyata lelaki bedebah itu yang menutupinya, mama tiri Jane benar-benar gila! Seandainya saja kalau dia masih bernapas aku akan membakarnya hidup-hidup." Di ujung sana Eliot memberi pendapat. Tarikan napas berat pun terdengar bersamaan. Ia begitu kesal karena orang dipercayainya telah berkhianat dan membuat proses penyelamatan sempat terhambat kemarin. Angelo enggan menanggapi, namun dari sorot matanya berkabut kekecewaan mendalam pada Adam.Eliot menarik napas panjang kemudian, memahami Angelo yang masih diam di balik ponsel. "Dan satu lagi, pasti ini akan m

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 145 - Selamat

    Jane terlonjak kaget kala Claudia berhasil membuatnya terhuyung-huyung ke belakang dan hampir saja terjatuh. Beruntung dirinya dapat menahan diri meski kakinya sekarang terkena pecahan kaca. "Mati kau!" pekik Claudia lagi. "Kau yang mati!" Cukup sudah, Jane habis kesabaran. Dengan sekuat tenaga ia mendorong dada Claudia hingga wanita tersebut terpental jauh, di mana punggung dan kepala bagian belakangnya membentur dinding. Claudia pun langsung pingsan di tempat. "Ck, menyusahkan sekali!" kata Jane sembari menarik napas lega. "Jane!"Perhatian Jane teralihkan kala mendengar suara Angelo di sekitar. Ia alihkan matanya ke arah pintu utama apartment, di mana Angelo berdiri dengan mimik muka terkejut dan panik."Baby!" Dengan hati-hati Angelo mendekat lalu menuntun Jane ke sisi yang aman. Usai itu, tanpa mengucapkan satu patah kata lelaki tersebut memeluk dan mencium kening Jane berkali

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 144 - Satu Lawan Satu

    Jane mencoba untuk tetap tenang. Sebab sosok di hadapannya auranya tak seperti dahulu. Terakhkir kali bertemu, wajahnya nampak teduh. Namun, sekarang terasa dingin dan hitam pekat. Ada sesuatu yang tidak dapat Jane jelaskan sendiri."Apa maumu, Clau?" tanya Jane sembari memundurkan langkah kaki perlahan-lahan hendak mengambil pisau di dapur. Pasalnya saat ini Claudia tengah memegang pisau. Bukannya menjawab, wanita berambut panjang tersebut malah melangkah maju, sambil melayangkan tatapan mengintimidasi. Namun, Jane sama sekali tidak takut. Mungkin karena latar belakangnya dari keluarga mafia. Menjadikan dia tak gentar sama sekali.Jane tersenyum mengejek setelahnya. "Apa kau belum bisa menerima kalau Angelo memilih aku daripada kau?" ujarnya, sengaja memancing emosi Claudia.Kalimat yang dilontarkan Jane barusan membuat napas Claudia menderu cepat dan matanya pun langsung melotot tajam."Kalau kau sudah tah

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 143 - Kembali ke Toronto

    "Astaga, kita melupakan Jane, oh ya selamat Jane, semoga kau tahan dengan sikap Angelo. Kami senang ingatanmu sudah pulih sekarang," ucap Eros seketika. Keasikan mengobrol membuat mereka melupakan wanita mungil di samping Angelo. Yang sejak tadi tersenyum kecil, mendengarkan mereka berbincang-bincang. Jane mengulum senyum. "Terima kasih, tenanglah aku sudah terbiasa dengan sikapnya, katanya seraya melirik Angelo sekilas. Angelo balas dengan mengulas senyum kecil."Oh ya, nanti malam jangan terlalu cepat kasihan anak orang," kelakar Ronald membuat semburat merah di kedua pipi Jane langsung muncul. "Ya, pelan-pelan Angelo, aku tahu ini pertama kalinya bagimu," timpal Eros sembari tertawa pelan. Sontak Angelo dan Jane saling lempar pandangan. Seandainya saja teman-temannya tahu bila mereka sudah bercinta kemarin. Maka dapat dipastikan akan dijadikan bahan olok-olokkan oleh ketiga pria jahil di depan."Hei, sepertinya tawa kita membuat orang risih." Eros melirik ke segala arah kala

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 142 - Lupakan

    Martin nampak syok ketika melihat Angelo berdiri dalam keadaan dada terbuka. Dapat dipastikan anak sulungnya tersebut baru saja selesai berhubungan badan. Jane pun berbaring di atas kasur sambil menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Gurat kepanikan tergambar jelas di wajahnya sekarang.Dengan muka tak berdosa, Angelo melirik Jane sekilas, memberinya kode untuk tetap diam di tempat dan jangan bergerak. Jane mengerti, membalas melalui gerakan mata. Mengatakan takut pula pada Angelo. Namun, Angelo memberi bahasa isyarat untuk jangan takut. "Biadap!" murka Georgio, lantas mendekat kemudian melayangkan tamparan kuat pada pipi kanan Angelo. Kepala Angelo bergerak ke kanan seketika. Pipinya pun langsung memerah. Sambil memegang pipi, Angelo menoleh ke depan."Apa kau sudah gila hah?!" jerit Georgio."Maafkan aku Tuan Georgio, aku memang sudah gila. Kalau aku tidak melakukan ini. Kau pasti tidak akan merestui hubungan kami! Jadi, lebih baik aku hamili anakmu dulu!" seru Angelo tegas, hin

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 141 - Suara Apa Itu

    21+++***(Maaf tidak sesuai ekspetasi) ~~~Sepasang mata bulat Jane langsung membola, hendak melawan. Namun, Angelo mengekang tubuhnya. Terlebih, bibirnya dibungkam Angelo sekarang. Kali ini Jane tak bisa menolak. Mungkin karena rindu yang mengebu-gebu. Dia mulai pasrah terhadap perlakuan Angelo.Bibirnya dikecup, disesap dan lidahnya pun dililit-lilit Angelo hingga keduanya saling bertukar saliva. Jane memejamkan mata, menikmati kecupan ganas yang dilakukan Angelo saat ini. Sementara Angelo amat tak tahan. Sejak tadi menahan diri, melihat bibir ranum Jane bergerak-gerak. Di mata Angelo, wanita bertubuh mungil ini amat menggemaskan. Kini lelaki bermata cokelat tersebut. Dengan mata menutup mencekal pergelangan tangan Jane. Napasnya memburu, jantungnya pun berdetak kencang, seakan-akan organ dalamnya akan meledak. Sampai pada akhirnya ia menjauhkan sedikit wajah kala mendengar Jane kesulitan mengambil napas. Angelo membuka mata, menatap seksama wajah Jane yang masih berusaha mera

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 140 - Bukti

    Sampai keluar mata Angelo kala mendengar perkataan Martin barusan. Dia terperangah sejenak."Daddy." Angelo menahan geram karena Martin tak dapat diajak berkompromi saat ini. "Ck, berkerjasamalah denganku, Dad, ayo cepat ralat ucapan Daddy barusan."Martin tak menyahut, malah mendengus lalu melipat tangan di dada. Angelo menghela napas lelah kemudian. Dengan cepat ia menekan bell rumah lalu berkata,"Maaf Tuan Georgio, Daddyku hanya bercanda tadi, sebenarnya dia ingin meminta maaf pada Tuan.""Cih, aku tidak bercanda! Aku memang mengajakmu berduel, sialan!" protes Martin cepat membuat Angelo semakin kalang kabut.Angelo menatap tajam Martin, memberi bahasa isyarat untuk diam. Lagi dan lagi Martin balas dengan mengeluarkan dengkusan kesal.Tak ada tanda-tanda pagar akan terbuka. Angelo pun mulai memarahi Martin. Tak lupa ia berulang kali melontarkan kata maaf dengan berbicara melalui alat di dekat pagar, yang di mana itulah adalah kamera pengintai berupa suara yang terhubung ke dalam m

  • Membawa Pergi Benih Sang Mafia Kejam    Bab 139 - Kembalilah Padaku

    Jane terbelalak. Dengan cepat meloncat dari atas ranjang kemudian bergegas menghidupkan lampu ruangan. Angelo meringis pelan tatkala mendapat pukulan di rahangnya barusan. Seumur-umurnya baru kali ini dia dipukul oleh seorang wanita. Sambil memegangi pipi, dia memandang ke sudut ruangan, di mana Jane berdiri dengan raut wajah kebingungan. "Angelo, kenapa kau bisa di sini?" Jane heran mengapa Angelo bisa masuk ke dalam kamarnya. Padahal setahunya keamanan di mansion sudah diperketat Georgio. Namun, detik selanjutnya dia sadar bila Angelo adalah tentara yang memiliki kemampuan khusus di dunia militer. "Pergilah Angelo, sebelum ketahuan Daddyku," ujar Jane kemudian sambil membuang muka ke samping. Jujur saja, ia ingin sekali berlari kencang ke arah Angelo dan memeluknya erat-erat sekarang. Namun, mengingat pesan yang dikirim Claudia tadi, Jane urungkan. Angelo mendengus lalu menghampiri Jane hendak meraih tangan pujaan hatinya. Akan tetapi, Jane segera menepis tangannya dengan cepat

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status