Reader Nim ... Jangan lupa untuk membaca karya lain othor judulnya ISTRI PENGGANTI DUDA AROGAN Yaa thank you 🫠 follow juga Instagram othor @almiftiafay utk informasi lain terima kasih 🤗
Perempuan itu, namanya Katty, mantan pacar Alex dulu saat dia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.Sekian puluh tahun berlalu, mereka kembali dipertemukan di tempat ini, di Maria Florist. Maria Florist yang menjadi saksi.“Benar ternyata kalau kamu Alex.”“Hai,” sapa Alex singkat tidak ingin panjang kalimat menghindari tatapan mata Katty dan memilih untuk menunduk melihat bunga peony yang ada di depannya.“Kamu ke toko bunga pagi-pagi begini, Alex?”“Kamu juga, ‘kan?”“Iya. Mau beli buat hadiah teman. Kamu?”“Untuk istriku,” jawab Alex dengan yakin. Dia menoleh sekilas pada Katty sebelum kembali memandang bunga peony.“Ah, aku pikir ... kamu tidak bisa berkomitmen loh. Karena dulu kamu terlihat tidak pandai menjaga hatimu.”“Itu 'kan sudah lama. Itu Alex yang masih muda dan labil. Kamu tahu kalau saat Dewasa itu akan berubah, ‘kan?”“Tetap saja ... ini mengejutkan bagiku. Karena dulu kita putus karena kamu punya pacar lain selain aku.”“Aku punya pacar lain tapi kamu yang memu
Katty tidak bisa mengatakan apapun saat dicegat oleh Neo dan juga Shenina di dekat gerbang. Dia meremas buket bunga yang dia bawa saat melihat anak-anaknya Alex, yang dia yakini adalah kembar yang tampak sangat cantik dan juga tampan. Si anak lelakinya itu sangat mirip dengan Alex sedangkan si anak gadisnya sangat mirip dengan perempuan yang berdiri di samping Alex di sana. Dan di mata Katty, dia sangat cantik. Katty sudah mencari beberapa informasi tentang istrinya Alex itu. Namanya Lara, Isabella Lara Gilbert. Karena beberapa saat lalu, saat Katty bertemu dengan Alex di Maria Florist dia mengatakan jika Alex memiliki tiga anak dari pernikahannya dengan Lara, artinya ... sekarang Lara sedang hamil. “Cuma mau ketemu sama papa kalian,” jawab Katty pada akhirnya. Memandang si kembar yang tidak beranjak barang hanya satu inchi dari hadapannya. “Tunggu di sini!” ucap Shenina sebelum dia berlari pada Alex dan juga Lara sembari mengatakan, “Mama, Tante itu mau ketemu sama papa.” “O
Meski dengan bibir yang melongo membentuk huruf O, Alex tidak ingin melakukan perdebatan lain yang lebih banyak. Yang penting adalah, si Katty itu telah pergi dari halaman rumahnya. Lara menyerahkan buket bunga yang dia bawa pada Nina yang ada di halaman dan kebetulan sedang menyusulkan tas kecil milik Shenina yang ketinggalan di ruang makan.“Ini bunganya tolong Bu Nina bawa masuk.”“Sepagi ini, Non? Dapat bunga dari mana?”“Dari ... adalah, perempuan seksi yang datang dan mau dekat sama Alex.”“Hah? Lalu di mana sekarang perempuan itu?”“Sudah pergi. Aku mengusirnya.”“Baguslah. Kalau begitu selamat pergi ke pesta. Saya bawa masuk bunganya. Mungkin akan saya kasihkan ikan?”“Tidak usah, jangan! Beracun! Di situ ada peletnya.”“Oh, iya ....”Nina kemudian pergi dengan menahan tawa. Memandang Alex yang kedua bahunya jatuh mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Lara. Bahwa di buket bunga yang diserahkan kepadanya ini ada peletnya.“Ayo Neo, Shen! Masuk! Kita pergi ke rumah paman
Setelah prosesi pernikahan selesai, satu demi satu tamu yang diundang ke akad nikah mengucapkan selamat untuk Ibra dan juga Kalisha. Termasuk Lara yang berjalan dengan bergandengan tangan bersama dengan Alex, mendekat dan tiba pada mereka yang berdiri menyambut. Neo dan Shenina entah ke mana karena sepertinya mereka bermain diluar rumah. “Selamat untuk pernikahannya, Ibra, Kal, semoga kalian selalu disertai oleh kebahagiaan yang tidak ada habisnya.” Lara yang pertama membuka suara, bersambut terima kasih dari Ibra dan Kalisha yang tidak bisa membendung senyum mereka. “Terima kasih, Lara. Aku senang karena saat aku menikah dan bahagia dengan Kalisha, ternyata yang dibawa pak Alex ke sini adalah kamu dan bukan perempuan yang bikin aku sakit mata.” Lara menunduk dan menahan tawa sedangkan Alex bersedekap kesal, urung mengajak mereka berjabat tangan karena mendengar apa yang disampaikan oleh Ibra. Entah kenapa tema hari ini adalah menguji kesabaran Alex. Padahal Alex ingin mood pagin
“Papa, ini yang namanya Zio,” ucap Shenina yang membuat Alex mengerjapkan matanya beberapa kali, tersadar dari lamunan sesaatnya karena dia baru saja berpikir tentang masa depan yang sangat jauh di depan sana.Tentang seandainya dia berbesan dengan Rafael, atau seandainya Shenina menikah dengan Zio.Oh ... itu terlalu cepat! Dan Alex tidak suka karena di matanya Shenina belum lama dia temui—meski memang benar demikian.Alex memandang anak lelaki yang ada di sebelah kanan Shenina, yang mengarahkan tangannya ke depan dengan tanpa takut saat mengenalkan dirinya.“Halo, Uncle. Namaku Zio.”Alex berlutut dengan sebelah kaki di hadapannya. Cara bicaranya yang manis membuat Alex lupa bahwa anak kecil inilah yang telah membuatnya cemburu.“Halo, aku papanya Shenina.”“Bagaimana Zio panggil Uncle?”“Uncle Alex?”“Okay, Uncle Alex. ini adiknya Zio, namanya Asha. Sha, Say ‘hi’ ke Uncle Alex,” ucapnya pada anak perempuan yang tadi duduk-duduk dengan Neo dan menghabiskan snack yang tadi mereka dap
“Kenapa bisa begini?” tanya Lara saat mendekat dan mengusap rambut Neo serta Shenina dengan menggunakan tisu yang dia ambil dari dalam tas.“Kakak Neo, Mama ... dia tumpahin saos ke Zio pas kami beli batagor. Terus Shen balas Kakak Neo. Terus Asha balas ke Shen.”Astaga ... ini ceritanya mereka saling balas?“Lihat ini sekarang bentuk kalian kayak apa? Kalian mau beli batagor atau kalian yang jadi batagor? Bentuk kalian sudah kayak batagor yang dicocolkan ke saus kacang!”Latra kesal, mengusap wajah Neo dan Shenina sekali lagi.Dan akhirnya ... Lara serta Aira terpaksa harus meminjam kamar mandi di rumah Kalisha untuk membersihkan kembar dobel Neo , Shenina serta Zio dan Aira.Semakin bertambahnya hari, Neo dan Shenina semakin gemar bertengkar. Dan mendengar apa yang disampaikan oleh Lara bahwa alasan Neo dan Shenina bertengkar itu adalah karena Shenina tidak rela jika Neo menumpahkan saus pada Zio.Artinya, Shenina tidak rela Zio tersakiti, dan pembalasan Asha yang sedikit bar-bar ju
TOK TOK TOK!Suara ketukan pintu membuat Sunny serta Karel yang ada di dalam rumah menoleh dengan cepat. Mereka terkejut karena ketukan itu sangat keras.TOK TOK TOK!Kali ini disertai dengan suara yang memanggil dari luar,“BU SUNNY SAMA PAK DOKTER, BUKA PINTUNYA!”“Siapa mereka?” tanya Karel penasaran karena rasanya saat dia menunggu Sunny dan masuk ke dalam rumah tadi tidak ada orang lain selain dirinya.Tapi baiklah, sebaiknya dibuka saja karena memang Karel tidak suka dengan keributan.Dia meminta Sunny berlindung di belakang punggungnya mengantisipasi hal buruk apapun yang terjadi kala mereka membuka pintu.Dan saat Karel membukanya, dia terkejut. Kedua bola matanya melebar melihat beberapa orang warga yang sudah berkumpul di sana dan membuatnya bingung.“Selamat malam,” sapa Karel sopan dengan kepala yang tertunduk.“Malam,” jawab mereka bersamaan.“Ada apa ini, Bapak, Ibu?” tanya karel dengan mengedarkan pandang pada mereka yang berdiri di sana.“Kami datang karena kesepakatan
....Selepas Karel pergi dari rumahnya setelah mereka menghabiskan waktu untuk makan malam dan membicarakan tentang pernikahan, Sunny berbaring di tempat tidurnya dan menatap langit-langit kamar yang temaram.Nihil suara yang ada di sekitarnya membuat Sunny merasakan kehampaan yang memeluknya semakin erat.Dia bisa menemukan wajah Kirana di atas sana, seolah sedang tersenyum kepadanya dengan sangat manis.Sunny ikut tersenyum, dan bertanya dalam kesendirian,“Apa yang kamu lakukan di sana, Sayang? Mama kangen.”Jika ada waktu sedikit lebih lama lagi, mungkin Sunny akan bertanya pada Kirana, alasan yang benar kenapa dia meminta Karel menikah dengannya. Kenapa dia meminta Karel untuk menjadi ayahnya?Jika Sunny pikirkan ulang, bukankah sebenarnya jawaban itu sudah jelas?Kirana mengatakan pada Karel bahwa dia tidak ingin jika nanti seperginya dia Sunny akan dirundung kesedihan.Sunny meremas dadanya saat dia mengingat kembali apa yang tadi disampaikan oleh Karel sebelum dia pulang.‘Aku
Lara tidak bisa menahan haru melihat api yang meliuk di atas lilin kecil pada kue black forest yang dibawa oleh Neo. “Selamat ulang tahun, Mama,” kata Shenina pertama-tama. “Ayo buat permohonan dan tiup lilinnya.” Lara dengan segera melakukan itu. Ia merapatkan tangannya dan berdoa agar kebahagiaan ini tidak pernah putus. Untuknya, untuk keluarganya. Agar mereka diberkati dalam kebahagiaan yang sempurna. Barulah setelah itu Lara menunduk, merendahkan tinggi tubuhnya untuk meniup lilinnya. Lara menerima kue dari Neo yang mengatakan, “Selamat ulang tahun untuk Mama,” katanya manis. “Tidak banyak yang Neo minta selain Mama menjadi Mama yang bahagia.” “Selamat ulang tahun, Mama,” kali ini Shenina yang berujar. “Shen juga memiliki harapan yang sama, semoga Mama tetap bahagia. Dan tetap menjadi Mama cantiknya Shen.” Lara lebih dulu meletakkan kue ulang tahun dari para kesayangannya ke atas meja makan kemudian ia memeluk si kembar yang dengan senang hati membalasnya. “Terima kasih unt
*** Merasakan dingin yang memeluknya, Lara membuka matanya dengan cepat. Napasnya tersengal bahkan setelah ia membuka matanya. Ia baru saja berpikir dirinya sedang tidur di lantai seperti lima tahun silam agar anak-anaknya bisa tidur dengan nyaman di atas ranjang. Ia menggigil, kenangan akan sulitnya masa lalu sekali lagi membuatnya terjaga dengan keadaan yang berbeda. Dulu, Lara terbangun karena dingin dan tidak nyaman, tidak ada selimut untuknya selain ia menggunakan apapun untuk menutupi tubuhnya. Tetapi sekarang ia terbangun di tempat yang nyaman dan bahkan tidak sendirian. Tangisan Sky itulah yang pasti membuat intuisi seorang ibu dalam dirinya membuka mata. Dan saat hal itu ia lakukan, Lara telah menjumpai Alex yang berdiri dan menggendong Sky. Ia tampak memandang Lara dengan hanya bibirnya saja yang bergerak seolah bertanya, ‘Kenapa kamu bangun?’ “Sky baik-baik saja?” tanya Lara lirih. Alex mengangguk, menunjukkan Sky yang kembali terlelap saat Alex menepuk lem
.... Dari tempat bulan madu Karel dan Sunny. Seperti yang sebelumnya dikatakan oleh Lara bahwa ada kemungkinan mereka memang sedang berbulan madu ... hal itu memang benar! Mereka pergi berbulan madu setelah penantian yang cukup panjang dan lama mengurus izin cuti Karel yang notabene adalah seorang dokter yang bisa dikatakan ... hm ... masih baru di tempat ia bekerja. Udara sejuk Edinburgh membelai wajah Sunny begitu ia membuka pintu geser di sebuah hotel tempat mereka menghabiskan waktu selama mereka di sini. Ia memandang ke luar dan berdiri di balkon. Pandangannya ia jatuhkan paada jalan yang tampak lengang pada hari MInggu pagi ini yang sebagian besarnya basah oleh sisa hujan. Semalam memang Edinburgh diguyur hujan. Bukan hujan deras tetapi itu cukup untuk membuat bunga kecil dan dahan pepohonan kedinginan pagi ini. “Cantik sekali pemandangan setelah hujan,” gumamnya. Meski ia sebenarnya juga suka pemandangan sebelum hujan, tetapi setelah curahan air turun dari langit ... ia
.... “Apakah Neo dan Shenina suka dengan sekolah baru mereka, Lara?” tanya Alex pada Lara yang saat ini tengah menatapnya setelah mengalihkan wajahnya dari layar ponsel yang ada di tangannya. “Aku rasa mereka senang,” jawab Lara. Memandang sekilas pada jam digital yang ada di atas meja kemudian pada Sky yang terlelap di dalam box bayi miliknya. “Karena mereka bisa bertemu dengan si kembar Zio dan Asha juga, ‘kan? Kamu ‘kan tahu kalau mereka itu bestie.” Alex tak bisa menahan senyumnya. Ia menutup laptop yang ada di pangkuannya dan meletakkannya di atas nakas yang tak jauh dari ranjang sebelum meraih ponsel Lara. “Jangan main ponsel terus! Peluk aku sekarang, hm?” Alex merengkuh pinggang Lara, membuatnya berbaring dengan nyaman saat mereka merasakan hangat di bawah satu selimut yang sama. Mereka saling memagut untuk beberapa lama sebelum Alex mengecup pipinya. “Cantik sekali ....” “Bukankah aku memang selalu cantik?” tanya Lara, menyentuh garis dagu Alex, tersenyum saat merasaka
*** . . Berhasilkah? Tidak! Tapi mungkin saja, 'kan? Pertentangan batin sedang bergejolak di dalam benak Kalisha. Ia berdiri bersandar di pintu kamar mandi di dalam kamarnya. Menggenggam sebuah test pack yang ada di tangannya. Yang baru saja ia gunakan untuk mengetes, apakah ia benar hamil ataukah tidak. Ia memang sering terlambat datang bulan. Tapi tak seperti kali ini. Ini sangat jauh dari hari biasanya. Jadi ia ingin melakukan tes. Sejak pernikahannya dengan Ibra, lebih dari satu tahun lamanya, lebih dari berbulan-bulan pula ia selalu terlambat datang bulan dan hasilnya selalu satu garis setiap ia ingin melihatnya. Dan ia tak pernah mengharap lebih soal itu. Tapi sekarang, dadanya berdebar lebih dari biasanya. Sebagai seorang perawat yang tahu betul seperti apa detak jantung normal dan detak jantung yang tidak normal, maka Kalisha akan menggolongkan ini sebagai detak jantung yang tidak normal. Berisik sekali. Berdentum. Seolah tak mau diam setiap kali tanya muncul m
Yang dilihat oleh Lara itu adalah Roy, ayahnya. Ia tak berdiri di sana sendirian melainkan bersama dengan ibunya Lara, Laras. Tak ia ketahuai berapa lama waku berjalan hingga membawa Roy ke hadapannya. Sudah tahun demi tahun berlalu, bukan? Lara memang mendengar jika hukuman untuk ayahnya itu mendapatkan keringanan karena ia berperilaku baik selama menjadi tahanan. Dan ternyata, kepulangannya itu adalah hari ini. Atau mungkin beberapa saat lebih awal dari hari ini karena setidaknya ia membutuhkan waktu untuk bersiap ke sini. Barangkali dengan meneguhkan hatinya untuk bisa menghadapi Lara. Sebab beberapa kali Lara mengunjunginya di tahanan, Roy selalu mengatakan hal yang sama. ‘Mungkin nanti Papa tidak bisa langsung menemuimu karena merasa sangat bersalah, Lara.’ Tapi sekarang dia di sini. Di hadapan Lara. Berdiri dengan tampak canggung dan air matanya mengembun membasahi pipi saat ia tersenyum dan membiarkan Lara datang guna memeluknya. “Papa ....” Lara mengulanginya sekali
*** Beberapa waktu setelah tertangkapnya Selim, Lara kemudian tahu bahwa yang dilakukan oleh pria itu jauh lebih parah daripada yang ia bayangkan. Bagaimana ia mengawasi Lara sebelum dan sesudah kembalinya ia dari luar negeri membuat Lara bergidik merinding saat Alex menceritakannya dan membawa beberapa catatan yang difoto oleh Ibra. Salah satunya juga adalah soal kegugurannya kala itu yang disebut oleh Selim sebagai 'hilangnya anak monster.' Hati Lara sakit. Ia tak pernah tahu ada orang sejahat itu yang hadir di hidupnya. Dan rasanya itu bertubi-tubi. Ingat saja berapa banyak orang yang membuatnya sengsara. Dimulai dari Nala yang kabur pada hari pernikahannya, atau Shiera yang membencinya karena menganggapnya merebut Alex. Tetapi Selim memberikan rasa tersendiri, ketakutan dan juga was-was. Lara bahkan memerlukan waktu tenang selama beberapa jam setelah Alex mengatakan itu. Ia kembali tersadar dan menepis hal tak penting yang mengganggunya itu saat melihat Sky yang miring
*** "Pulanglah, ini sudah malam," ucap Ibra saat ia merapikan lengan kemejanya dan memandang Alex yang masih berdiri di depan sandsack dengan napas yang naik turun tak beraturan. Kedua tangannya masih terbungkus oleh sarung tinju. Rambutnya tampak basah saat ia menoleh pada Ibra dengan salah satu alis yang terangkat tak percaya. "Kamu sudah mandi dari tadi?" tanya Alex memastikan. Memandang Ibra dari atas hingga ke bawah. Di dalam ruang gym, hanya ada mereka berdua. Ruangan ini disewa oleh Alex yang tidak ingin melihat ada orang lain masuk sebab sekitar tiga jam yang lalu, lepas ia pergi dari unit apartemen Selim ia harus melampiaskan kekesalannya. Saat ia meminta agar Ibra menjadwalkan ulang untuk ia bisa mengunjungi Selim dan membuatnya babak belur jilid dua, Ibra tak mengabulkannya. Alih-alih mengiyakan Alex, Ibra dengan santainya malah mengatakan, 'Tidak perlu, Pak Alex. Kita tunggu saja nanti di pengadilan. Kita ledek dia sampai dia muntah dan kesetanan. Sayang tanganmu kala
Entah berapa ratus, atau bahkan ribu banyaknya foto Lara yang ada di dalam kamar itu—selain kamar yang diyakini oleh Alex sebagai kamar utama. Pada dindingnya yang lebar itu Alex bisa menjumpai foto Lara. Jika Alex biasanya melihat hal seperti ini lumrahnya ada di film atau di drama thriller tentang seorang psikopat, tetapi kali ini Alex melihatnya ada di depan mata. Alex pernah mengatakan bahwa pria itu—Selim—memiliki pengetahuan tentang Lara sama sepertinya. Tetapi sangkaan itu harus ia tepis sekarang karena sepertinya Selim lebih banyak tahu tentang Lara. Sebab ada banyak sekali foto Lara yang tinggal di rumah lamanya, bersama dengan Neo dan Shenina yang masih kecil. Berada di depan rumah, atau sedang membeli jajanan di toko yang tak jauh dari rumahnya. Atau saat Lara mengantar mereka ke sekolah bersama dengan wanita paruh baya yang dikenal Alex sebagai pengasuh si kembar dulu, selama Lara bekerja. Ada buku yang memiliki catatan apa-apa saja yang dilakukan oleh Lara. Tanggal,