Lara duduk dengan meremas kedua tangannya, berhadapan dengan Nala yang tersenyum penuh kemenangan saat mereka menunggu kedatangan Alex ke The Spring Bloom seperti yang diminta oleh Nala sebelumnya.Drrt ... drrt ....Getar ponsel Lara membuatnya mengangkat telepon dengan segera, panggilan dari Alex.“Alex?”“Aku sudah sampai di private room nomor tujuh. Kamu di mana?”“Sebentar ya? Aku masih di kamar mandi. Kamu masuklah duluan!”“Iya, Sayang.”Setelah panggilan mereka mati, Lara melihat Nala yang merebut ponselnya dengan cepat.Lara melihat sendiri bagaimana kelicikan seseorang ada di level yang lain saat dia melihat Nala yang memberikan bantalan di perutnya. Yang telah dia sediakan seolah dia tahu jika sebelumnya Lara sudah pasti akan melakukan apapun yang dia inginkan.“Selamat tinggal, Lara! Aku akan jaga Alex dan jaga anak-anakmu dengan baik.”Nala mengedipkan sebelah matanya pada Lara lalu dengan percaya dirinya keluar dari sana setelah melakukan perbaikan pada make up yang dia k
Beberapa saat sebelum Nala masuk ke dalam jebakan Lara ........Kembali pada saat Lara membaca pesan dari Nala yang mengatakan agar mereka bertemu. Masih ingat jika Lara berpikir apakah sebaiknya dia datang dengan tanpa penjagaan orang-orang milik Alex termasuk Lim dan juga Jack?Saat itu Lara berpikir jika sebaiknya dia datang sendirian lalu mendengar yang ingin dikatakan oleh Nala, lalu pergi.Tetapi hal itu dia putar sejenak, dia mencari akal.“Lim,” Panggil Lara saat itu yang membuat Lim melirik melalui spion yang ada di atasnya. “Iya, Nona Lara?”“Bagaimana kalau sebaiknya kita datangi Nala saja?”“Nona Lara berubah pikiran?”“Tapi aku akan kasih tahu ini ke Alex dulu. Jadi biarkan kesannya aku mengabaikannya lalu aku yang mengajaknya bertemu.”“Ada yang Nona Lara rencanakan?”“Iya. Tapi aku harus menerima persetujuan dari Alex untuk bisa melanjutkan rencana ini.”Lim mengangguk saat membelokkan mobilnya di tikungan.“Iya, Nona Lara. Sampaikanlah dulu ke pak Alex! Kami siap mela
“Sial!”Nala mengambil bantalan yang semula dia letakkan di dalam perutnya karena ini sudah tidak ada gunanya lagi. Karena dia tidak bisa membohongi siapapun sebab Daniel juga tahu dan menemukan jawabannya bahwa dia bukanlah Lara.Nala yang tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana dari Alex telah mengukuhkan segalanya. Bahwa dia bukan Lara.Ya , memang itu benar!Siapa yang akan percaya jika dia adalah Lara sebab dia sendiri saja tidak tahu siapa nama lengkap Neo dan Shenina.Bukankah itu sangat konyol?“Kamu menyerah?” tanya Daniel seraya mendekat pada Nala yang membuang wajahnya dengan kesal. Tapi hal itu urung dilakukan oleh Nala karena Daniel menahan dagunya dengan menggunakan jari tangannya yang besar.“Never show me this ugly face! Kamu tahu kalau kamu harus tetap menjalankan peranmu sebagai wanita panggilanku, ‘kan? Jadi kamu harus menunjukkan wajahmu yang paling cantik, Nala!”Baru setelah itu Daniel melepasnya.Nala benar-benar tidak bisa berkutik.Dikata bagaimanapun, Nala t
Nala menjadi tawanan. Dia terbelenggu obsesi Daniel yang kini malah menempatkannya di dalam kamar.Rumahnya besar tetapi dia terpenjara di dalam sepetak kamar yang tak terlalu luas.“Brengsek ... dia menjebakku ternyata?”....Di luar, Daniel melihat pintu ruangan berdaun dua itu tertutup. Rahangnya menggertak. Keinginan memiliki Nala sangat besar. Obsesi rasanya bisa mengalahkan apapun di dalam dirinya.Tetapi dia tak bisa lakukan itu. Dia tidak bisa lakukan itu.Dia tidak bisa mengedepankan obsesinya terhadap Nala. Karena dia terikat kesepakatan dengan Alex.Yang jika dia mengingkarinya, dia akan hancur.Apa yang dia sepakati dengan Alex sebenarnya?....Kembali pada beberapa saat sebelumnya. Ini tentang ingatan Daniel yang kala itu mendapatkan panggilan dari Alex.....Malam itu, dia baru saja masuk ke dalam rumahnya setelah bertemu dengan beberapa rekan bisnisnya. Dia menuju ke dapur dan mengambil sebotol minuman beralkohol untuk melepaskan lelahnya yang rasanya hingga ke ubun-ubun
“Nanti kalau anak-anak belum tidur, kamu mau pakai baju seksi yang kemarin aku belikan?”Bisikan yang singgah di telinga Lara membuatnya merinding setengah mati.Itu karena Alex seperti sengaja membuat Lara salah tingkah sebab mereka masih ada di kursi belakang mobil yang dikemudikan oleh Jack.“Apa sih ah!”Lara berusaha menghindari Alex karena dia tidak yakin apakah yang dikatakan oleh Alex barusan itu dapat di dengar oleh jack ataukah tidak.“Kamu mendengarnya, Lara. Kenapa kamu harus bertanya untuk yang ke dua? Apa memang membuatku mengatakan kalimat yang ke dua itu adalah hobi kamu?”Lara mengerjapkan matanya beberapa kali, sedangkan Alex tersenyum dan matanya tampak sangat berbinar menyadari Lara gugup di waktu yang dia inginkan—yang sebenarnya itu adalah waktu yang tidak tepat sebab mereka masih ada di jalan.“Alex ... beri jarak sedikit loh!”Lara mencoba membuat jarak di antara mereka sebab Alex yang duduk di sisi kanan sangat memakan tempat dengan membuat Lara terdesak di sin
Mendengar yang dikatakan oleh Ibra membuat Alex dengan cepat memalingkan wajahnya, mengambil tisu yang ada di atas meja untuk menghapusnya begitu juga dengan Lara yang malunya sampai ke ubun-ubun.“Haih ... aku baru bangun tapi malah disuguhi sama sisa-sisa adegan dewasa begini?”Ibra menggelengkan kepalanya sejenak sebelum Alex dan Lara kembali menghadapnya.Tapi, melihat Lara dan Alex berdiri di sini baik-baik saja setidaknya membuat Ibra bahagia.Sebab ini artinya tidak ada hal yang buruk terjadi pada mereka.“Pak Alex sama Lara baik-baik saja?”Sebuah pertanyaan yang membuat kedua bahu Lara dan juga Alex jatuh secara bersamaan.“Serius? Kamu tanya begitu?” tanya Alex balik saat Ibra menggaruk kepalanya yang tidak gatal.“Kenapa memangnya?”“Cuma kamu manusia yang baru saja hampir kehilangan nyawa tapi malah tanya apa kami baik-baik saja pada manusia yang segar bugar sehat walafiat di sini.”Ejekannya membuat Lara tertawa, begitu juga dengan Ibra.“Aku hanya khawatir karena aku belu
Lara tidak berhenti tersenyum melihat wajah Alex yang kagum dengan pengalaman pertamanya ini.“Kamu suka?”Bahkan tanya dari Lara dia abaikan begitu saja karena Alex sibuk merasakan gerakan anak di dalam kandungannya.Anak yang dia damba akan dia rawat bersama dengan Lara kali ini.“Suka.”Barulah menjawab pasca mungkin satu abad hampir terlewati.“Apa dia bisa mendengar apa yang kita katakan di sini?” tanya Alex penasaran. Mengikuti ke mana gerakan anak di dalam kandungan Lara pergi. Jika sebelumnya di sisi kanan, sekarang berpindah di sekitar pusar.“Bisa. Makanya kita diminta mendengarkan musik yang bagus. Karena itu akan menstimulasi perkembangannya di dalam kandungan. Apalagi kalau dia juga memberikan reaksi yang bagus dengan bergerak.”“Kalau dia tidak bergerak dan diam saja? Apa artinya dia tidak mendengar?”“Masih mendengar. Tapi mungkin di dalam perut dia sedang tertidur.”“Hm ... dia bisa tidur juga di dalam perut kamu?”“Bisa, Alex ... sangat bisa. Nanti kalau dia memasuki m
Siapa dia? Tidak tahu! Jangan tanya Ibrani!Dia sibuk terpukau dengan seseorang yang ada di depannya ini. Yang sebelah tangannya sedang terarah pada Ibra, menyerahkan ponsel yang baru saja dia jatuhkan.“Ah iya, ini punyaku.”Perempuan itu tersenyum. Ibra bisa melihat nama yang tertulis di name tag yang ada di dadanya. Kalisha, Zea Mays Kalisha Gou.Dia seorang perawat.“Mintalah bantuan kalau kamu memang butuh bantuan. Ada banyak orang di sekitar sini. Kamu tidak hidup sendirian.”“Terima kasih.”“Kamu perlu kembali ke kamarmu? Atau memang menunggu seseorang buat datang?”“E ... itu, iya menunggu ayahku yang akan datang sebentar lagi.”“Mau menunggu di sini atau kembali ke kamar rawat? Aku bisa mengantarmu.”“Boleh.”Langsung saja keluar dari bibirnya tanpa banyak drama ‘ba bi bu’ karena Ibra terpesona dengannya yang sangat cantik.Sejak kapan ada perawat secantik ini? Sejak kapan ada manusia yang bisa telihat seperti boneka?Hm ... mungkin Ibra pernah melihatnya. Perempuan seputih