Almira melajukan mobilnya menuju ke sebuah rumah yang sangat kecil dan letaknya berada di dalam gang.“ Aaarrggh! Bren**ek! Gara gara jalang itu hidupku hancur” teriak Almira frustasi dan benci pada El, Entah kenapa dia merasa selalu kalah dari El. Bahkan Sean yang dulu sering membantu dirinya saat kecil, tapi setelah melihat El semuanya berubah dratis. Ddddrrt! Ponsel Almira bergetar tanda panggilan masuk kedalam ponselnya. Nama Ambar langsung memenuhi layar ponselnya. “ Halo Tante, saya sudah hampir sampai! Tante sudah di mana?” ucap Almira. [ Tante sudah sampai, buruan kamu Almira soalnya ada yang harus Tante urus] suara Ambar dari seberang saluran. “ Baiklah” ucap Almira kemudian dia mematikan sambungan dan kembali fokus, karena saat ini dia memasuki jalanan yang sangat sempit. Jadi dia harus berhati hati dalam mengendarai mobilnya. Setelah berjuang dengan jalanan yang kecil akhirnya Almira sampai di jalan buntu, yang mana depannya tanah kosong. Dia langsung menghentikan mob
Drrrreeett! Dddrrrttt! “ El sepertinya ponsel kamu berbunyi” ucap Daren yang saat ini sedang bersama El berada di tokonya. Mereka berdua sedang minum Coffee sambil membahas sesuatu yang penting. Ya, sudah dua hari ini Toko milik El kini benar benar dilengkapi dengan minuman, seperti Coffee latte ataupun Cokelat dan juga masih banyak yang lainnya. Tapi masih sama peraturannya yang datang ke sana tidak boleh berlama lama karena tempatnya terbatas dan juga El tidak mau mengambil resiko jika ada beberapa orang yang hanya memanfaatkan tempat tapi mereka hanya beli sesuatu yang murah. Menghindari orang orang hanya beli satu tapi duduk berjam jam.“ Siapa sih! Ganggu orang lagi serius saja” ucap El sambil memasukan donat dalam mulutnya. Setelah mengelap tangannya dengan tisu, El langsung mengambi ponsel miliknya dan langsung membuka notifikasi pesan yang masuk kedalamnya. “ Nomor baru, siapa ini? Lanjut El sambil menyatukan kedua alisnya. “ Nomor baru, siapa yang tahu nomor ponsel kamu
Pulang sekolah si kembar tidak langsung pulang ke rumah, kebetulan juga Xaquil libur dari ngajar jadi hari ini dia mengajak kedua adiknya dan juga Arza untuk pergi ke Mall. Kemarin dia mendapatkan bayaran dari mengajar, jadi dia ingin membelikan kedua adiknya dan juga Arza mainan ataupun kebutuhan yang di butuhkan oleh mereka. “ Kakak aku mau alat untuk lukis yang bagus apakah uang kakak cukup” ucap Xhaqella saat berada di jalan menuju ke sebuah Mall.“ Hum, bisa di atur apa yang ingin kalian beli, akan kakak usahakan, kalian semua pikirkan apa yang ingin kalian beli” ucap Xaquil sambil menatap kedua adiknya dan juga Arza. “ Yes, kakak memang yang terbaik dan selalu bijaksana” seru Xhaqella senang sambil mengepalkan kedua tangannya. “ Hum, nanti aku akan pikirkan saat sudah sampai di Mall, Arza kamu ingin membeli apa? “ ucap Xavier pada temannya itu. “ Sepertinya aku tidak ingin membeli sesuatu, aku menemani kalian saja, sekaligus aku ingin tahu masuk Mall itu seperti apa” ucap A
Hati Sean tergelitik ingin menemui anaknya saat melihat dari kejahuan anak kembarnya sedang berjalan jalan di Mall. Dari belakang masih terlihat dengan jelas bagaimana aura dominan yang di tunjukan oleh Xaquil.‘ Sudah lama aku tidak menemui anak itu, tapi akhirnya dia muncul lagi. Kemarin aku takut Xavier tidak akan bahagia, tapi melihatnya sekarang sepertinya anaknya baik baik saja’ batin Sean. “ Lihatlah bos, dia sudah seperti Tuan kecil yang bijak sana, bahkan dia yang memegang keuangan. Mungkin benar jika selama ini anak itu mengantikan Bos sebagai kepala keluarga” ucap Joe pada Sean. Sean juga melihat bagaimana tingkah anak anaknya yang mengemaskan, rasanya Sean ingin memilikinya sendiri. ' Bodoh kamu Sean, andai saja dulu aku memberikan El kesempatan untuk membuktikan, aku tidak akan kehilangan momen bersama anak anak' Batin Sean selalu menyesali apa yang terjadi. Setiap melihat anak anaknya dia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. “ Kita samperin deh Joe....Dddrrreetttt
Sean dan Joe memasuki toko milik El yang kini sudah semakin ramai pengunjung. Tidak seperti saat pertama kalinya mereka dulu datang ke tempat ini.“ Selamat datang Tuan” sapa pelayan toko dengan ramah. “ Saya mau bertemu dengan Daren dan juga El, tadi sudah janjian” ucap Sean. Pelayan toko langsung mengantarkan Sean dan Joe ke ruangan VVIP, tempat bosnya berada. ‘ Sudah ada kemajuan saja nih tempat, El memang tidak berubah, apapun yang dia tangani akan sukses’ batin Sean saat melihat di dalam toko sudah ada Cafe dan juga beberapa tempat duduk. Namun dia terkejut saat melihat peraruran tertulis di dinding.‘ Tempat bukan untuk Meeting , jadi hanya satu jam batas maksimal berada di tempat ini' “ Masih saja tidak mau rugi” gumam Sean lirih sambil terkekeh melihat peraturan itu.“ Silahkan masuk Tuan” ucap pelayan dengan ramah. Sean dan Joe masuk kedalam ruangan yang di sana ada El dan juga Daren. Dinding ruangan terbuat dari kaca, dan di sekelilingnya banyak sekali tanaman bunga. R
Almira atau Vio kini tersenyum senang saat dia menginjakan kakinya di luar negeri dengan selamat. Sama halnya seperti dulu kepergiannya kali ini juga tidak ada yang tahu. Ya, tentunya tidak tercium ke mana mana kepergian Vio karena dia mengunakan pesawat pribadi milik Ambar yang juga tidak ada yang tahu jika Ambar memiliki aset pribadi yang sangat banyak. “ Senangnya akhirnya bisa sampai di sini dengan aman” ucap Violetta kemudian berjalan menuju sebuah mobil pribadi yang sudah menunggunya. “ Aku sudah tidak sabar untuk memberikan kejutan pada mereka semua yang ngakunya orang jenius tapi nyatanya bodoh” ucap Violetta dengan dingin, tatapan matanya menyimpan kebencian yang dalam. ‘ Semua orang harus hancur, tidak boleh ada yang bahagia!’ lanjut Vio dalam hati. Hati Vio benar benar di tutupi dengan kebencian yang sangat besar dan menghitam, itu artinya dia sudah tidak bisa di selamatkan lagi. Apapun yang dikatakan oleh orang lain semuanya akan dibantah oleh Vio. Baginya hanya dirin
Entah kenapa El saat ini merasakan gelisah, dia takut jika Vio kembali dan membuat kekacauan yang lebih besar. Apa yang harus dia lakukan, dan bagaimana dengan mental anak anaknya jika Vio berulah dan membuat mental anaknya hancur. Jika dia yang dewasa saja dibuat hancur apalagi anak anak yang masih kecil. “ Kamu belum tidur? Memikirkan apa, jangan terlalu stress kasihan anak anak jika kamu sakit” ucap Daren saat dia melihat El masih di balkon, padahal hari sudah semakin larut. “ Eh, Daren! Aku tidak bisa tidur” ucap El sambil menghela napas dengan berat berkali kali. “ Kenapa? Memikirkan Sean? Atau mau balikan sama dia, jika kamu memang masih mencintainya tidak apa apa jika kamu mau balikan. Tapi setelah masalah selesai, takutnya nanti anak anak malah terancam bahaya. Pasti banyak musuh Sean yang ingin menghancurkan Sean” ucap Daren. Dia tahu jika El masih sangat mencintai Sean, dan saat ini pasti dia sedang memikirkan Sean yang sedang mendapatkan masalah bertubi tubi. El dan Sea
Sean terbangun ketika mendengar kicauan burung burung yang hinggap di balkon kamarnya. Hari masih sangat pagi, namun Sean sudah tidak bisa tidur lagi. Tidak biasanya burung burung berisik seperti ini. “ Berisik banget sih, hari juga masih sangat pagi” ucap Sean mencoba menutupi telinganya dengan bantal, tapi tetap saja suara itu terdengar semakin keras, dan mengganggu pendengarannya. “ Aish! Apakah tidak bisa berkicaunya nanti saja atau minimal jangan didekat kamar orang yang sedang terlelap” Gerutu Sean mau tidak mau dia bangun dan langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak sampai lima belas menit Sean keluar dengan tubuh yang sangat segar, dia mengunakan handuk yang melingkar dipinggangnya, sementara dadanya dia biarkan telanjang dengan setengah basah karena air menetes dari rambutnya. Sudah beberapa hari ini Sean mulai rajin Gym lagi, dia benar benar mempersiapkan semuanya untuk bisa kembali pada El. Apalagi El paling suka jika perutnya terlihat seperti roti