Share

bab 20

Author: Althafunnisa
last update Last Updated: 2025-04-22 09:17:06

"Aku ke apartemen kamu?" Rindi mengerutkan keningnya.

"Iyalah. Emangnya kamu nggak ada niat buat mengembalikan mobilku?"

Rindi menggigit bibir bawahnya. Sebenarnya ia merasa tidak nyaman jika berada di apartemen seseorang. Apalagi Alvin mengatakan kalau Deva tinggal seorang diri di apartemen itu.

"Mau ngapain ke apartemen kamu? Aku bisa antar mobil di bawah aja 'kan?"

"Aku lapar. Kamu harus masakin sesuatu untuk aku."

"Ya ampun, Dev. Di kota Jambi ini ada banyak makanan yang bisa delivery. Kamu tinggal pilih aja melalui aplikasi go-jek. Gak mesti nyuruh aku yang masak."

"Suka-suka aku dong. Kan aku lagi kasih hukuman ke kamu."

"Ih, nyebelin banget ini orang." Rindi menjauhkan ponsel sambil menghentak kakinya dengan kesal.

"Kalau kamu nggak mau ke sini untuk masakin aku, Aku tidak akan pernah memaafkanmu," ujar Deva yang langsung memutuskan sambungan telepon.

Rindi terperangah melihat sambungan telepon yang mati secara mendadak. Perempuan itu pun segera mendekati Alvin dan Lia.

"Ba
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   bab 21

    "Terserah kamu saja! Aku pusing terus-terusan berdebat!"Malik memutuskan untuk pergi dari rumah tersebut. Pikirannya terasa kacau akhir-akhir ini semenjak terusir dari Rindi. Ia tak menyangka kalau Rindi berbuat nekat dengan menjual rumah tersebut. "Aku harus mencari Rindi. Aku harus minta bagi hasil harta gono gini. Mengingat rumah itu dibeli setelah kami menikah," gumamnya seorang diri. Malik pun akhirnya memutuskan untuk mendatangi rumah sakit di mana ia bertemu dengan Rindi beberapa hari yang lalu. Ia berharap bisa mendapatkan jawaban di sana. "Pihak rumah sakit pasti tahu di mana alamat Rindi," gumamnya sambil melajukan mobil menuju rumah sakit. Sesampai di rumah sakit, Malik langsung menemui perawat jaga dan menanyakan tentang pasien bernama Rindi. "Nggak mungkin nggak ada! Jelas-jelas kemarin istri saya berobat ke sini." Malik mulai berdebat dengan perawat tersebut karena perawat itu bersikeras mengatakan kalau ia tidak menemukan nama pasien bernama Rindi. "Tidak ada unt

    Last Updated : 2025-04-23
  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   bab 22

    "Kurang kerjaan banget sih. Ya udah, kalau gitu kamu ke sini sekarang," balas Rindi melalui pesan whatsapp tersebut. Deva mengulum senyum membaca pesan yang dikirimkan oleh Rindi. Ia bergegas berganti pakaian dan meraih kunci mobil di atas nakas.Ia membawa mobil dengan kecepatan normal. Sesekali dirapikannya rambut sambil menoleh ke arah kaca spion. "Rapi amat? Emangnya mau ke mana?" tanya Rindi ketika Deva sudah ada di hadapannya. "Aku selalu rapi kok. Nggak pernah kusut," sahut Deva santai. Lelaki itu segera duduk di samping Rindi dan melirik ke arah ponsel Rindi yang sedari tadi menyala. "Nih laptop kamu," ujar Deva. Ia menyodorkan laptop pada Rindi."Kok bisa kamu bawa?""Tadi aku mampir dulu ke rumahmu dan meminta laptop ini pada Alvin."Rindi mengucapkan terima kasih karena Deva telah membantunya bergerak dengan cepat. Mereka pun mulai melihat layar laptop tersebut yang menghubungkan ke beberapa kamera yang ada di rumah sewa Malik dan Karin. "Tuh kayaknya Bu Retno sudah m

    Last Updated : 2025-04-24
  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   bab 23

    "Dasar Cemen. Baru segitu aja udah pingsan," ujar Rindi yang tertawa melihat kelakuan Karin dan Malik di layar laptopnya. Deva langsung menutup mulut Rindi karena mereka masih berada di luar ruang ICU. Ada beberapa pasang mata yang menoleh ke arah mereka."Sorry, Dev. Soalnya aku nggak bisa nahan tawa. Lucu banget ngelihat mereka," ujar Rindi yang langsung mematikan layar laptopnya. Perempuan itu memasukkan laptop tersebut kembali ke dalam tas dan meletakkannya di salah satu pojok ruangan. "Kenapa kamu punya ide seperti ini? Kenapa nggak ide yang lain aja untuk ngerjain mantan suamimu itu?" tanya Deva. "Karena aku tahu mas Malik itu orangnya penakut. Dia nggak bakalan betah tinggal di rumah itu kalau tahu di rumah itu ada hantunya," sahut Rindi sambil terkekeh. "Terus kamu yakin kalau dia akan angkat kaki dari rumah mewah itu? Secara kan mereka sudah membayar sewa untuk 6 bulan kedepan," "Yakin dong. Paling lama esok pagi mereka pasti angkat kaki dari sana. Apalagi kalau nanti m

    Last Updated : 2025-04-25
  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   bab 24

    "Aku nggak meminta bahu itu untuk menyanggah badanku.""Tapi tanpa bahu ini, kamu pasti akan ditemani oleh ...." Deva tersenyum miring seraya memindai tempat tersebut. Rindi langsung teringat pada hantu jadi-jadian yang dibuat Bu Retno."Rese banget sih!" Ia bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan Deva. Namun lelaki itu mengikuti langkah Rindi. "Kamu ngapain sih? Kayak anak kecil aja ngintilin aku terus.""Aku 'kan pacar kamu." Deva mencondongkan tubuhnya di hadapan Rindi. Rindi langsung terpaku mendengar ucapan Deva. Perempuan itu memutuskan berlari meninggalkan Deva menuju mushola. Deva berjalan santai mengikuti Rindi yang berlari dengan cepat. Ia tahu perempuan itu pasti akan melaksanakan ibadah salat subuh. "Deva juga ikut salat?" Rindi mengernyitkan keningnya ketika telah selesai mengambil wudhu dan mendapati Deva yang juga sudah selesai mengambil air wudhu. "Tumben ada pemuda yang rajin salat."Mereka sama-sama masuk ke dalam mushola dan melaksanakan ibadah salat sub

    Last Updated : 2025-04-25
  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   Bab 1

    Bab 1"Rindi, itu bukannya Mas Malik, ya?" Rindi yang sedang fokus menatap lurus ke jalan, seketika mengalihkan pandangannya ke arah jari telunjuk sahabatnya. Mata perempuan itu melebar sempurna ketika melihat di mobil yang berada di sebelah mobil mereka. Terlihat jelas wajah suaminya sedang bermesraan dengan seorang perempuan. "Mas Malik? Siapa perempuan itu?" Rindi menggigit bibir bawahnya dan segera mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya. Perempuan itu segera menghubungi sang suami untuk memastikan apakah suaminya berbohong atau tidak. "Assalamualaikum, Mas? Lagi di mana?" tanya Rindi. Ia berusaha berbicara dengan nada santai agar tidak terdengar kaku dan bergetar. "Waalaikumsalam, Sayang. Lagi di kantor lah. Lagi kerja. Emangnya kenapa?" Malik menyahut di seberang telepon. "Beneran lagi di kantor?""Ya benarlah. Kalau nggak di kantor, Kamu pikir aku di mana?""Akuuu ....""Udah ya. Aku masih banyak kerjaan nih." Malik memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Rindi m

    Last Updated : 2025-04-08
  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   Bab 2

    Bab 2"Kamu tunggu saja di rumahmu," ujar Rindi memutuskan sambungan telepon. Rindi meraih kunci mobil dan mengambil semua barang-barang pentingnya. Ia memasukkan barang-barang itu ke dalam tas besar dan segera pergi meninggalkan rumah. "Seperti janji kita, jika kamu berani selingkuh, maka aku akan membuangmu beserta kenangan kita," ujar Rindi menatap Poto pernikahannya. Ia buru-buru membawa mobil meninggalkan halaman rumahnya. Sesampai di halaman sebuah cafe, Rindi menghubungi seseorang. "Pak, saya sudah di depan cafe bersama mobilnya."***"Rindi. Kamu kok nggak bangunin aku sih?" Malik yang baru saja terbangun dari tidurnya sangat terkejut ketika melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. "Loh, kok Rindi nggak ada?"Lelaki itu mengusap rambutnya dengan kasar karena pagi ini ada meeting penting di kantornya. Sedangkan Rindi tidak membangunkannya. Bahkan batang hidung perempuan itu pun tidak kelihatan."Rindi! Rindi! Kamu di mana?" Malik terus berteriak memanggil Rind

    Last Updated : 2025-04-08
  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   Bab 3

    Bab 3Rindi hanya tersenyum mendengar perkataan Dinda. Perempuan itu memutar posisi laptopnya agar dilihat oleh sang sahabat. "Ya ampun, Rin. Kapan kamu pasang cctv-nya?" Dinda terbelalak melihat apa yang ada di layar laptop tersebut. "Kamu nggak perlu tanya kapan aku memasangnya. Yang pasti kita hanya perlu menunggu kapan mereka mulai beraksi," sahut Rindi sambil tersenyum dan menggenggam erat laptop yang ada di pangkuannya. Keduanya sama-sama menyaksikan adegan di layar laptop itu dengan penuh kebencian. Terlebih Rindi yang merasa teramat sangat sakit hati karena ranjang yang digunakan oleh Malik dan Karin adalah ranjang pernikahannya dengan Malik. "Sekarang Rin. Pas Mereka lagi asik-asiknya." Dinda langsung menutup layar laptop tersebut karena tidak sanggup lagi melihat pemandangan yang ada di sana. Ia membuka pintu mobil dan mengajak Rindi untuk segera masuk ke dalam rumah. Sementara itu, Malik dan Karin benar-benar sedang terbuai asmara. Keduanya sedang terbuai di atas awan

    Last Updated : 2025-04-08
  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   Bab 4

    Bab 4"Aku mau pulang ke rumah orang tuaku aja," sahut Rindi tertunduk."Pulang ke rumah orang tuamu? Yakin? Kenapa nggak tinggal di sini aja. Kalau emang nggak betah tinggal di rumahku, kita bisa membeli rumah baru untukmu. Toh tabunganmu masih banyak 'kan?" Dinda menghampiri Rindi dan mengambil koper sahabatnya itu. "Pulang ke kampung bukan solusi yang baik. Apa kamu sudah siap jika nanti ditanyakan oleh papamu tentang pernikahanmu dengan Malik? Belum lagi nanti ocehan para tetangga di sana?" Gadis itu mendudukkan Rindi di sofa dan meminta Rindi untuk menenangkan diri terlebih dahulu. "Aku sudah tidak sudi lagi melihat wajah Mas Malik. Aku tidak sudi bertemu dengannya suatu saat. Jadi lebih baik aku pulang kampung saja.""Tapi bagaimana kalau ....""Orang tuaku pasti akan mengerti. Dan aku tidak akan pernah peduli dengan apapun perkataan para tetangga. Tekadku sudah bulat."Dinda menarik nafas dalam-dalam mendengar perkataan Rindi. Ia tak bisa menahan sahabatnya itu karena Rini pu

    Last Updated : 2025-04-08

Latest chapter

  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   bab 24

    "Aku nggak meminta bahu itu untuk menyanggah badanku.""Tapi tanpa bahu ini, kamu pasti akan ditemani oleh ...." Deva tersenyum miring seraya memindai tempat tersebut. Rindi langsung teringat pada hantu jadi-jadian yang dibuat Bu Retno."Rese banget sih!" Ia bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan Deva. Namun lelaki itu mengikuti langkah Rindi. "Kamu ngapain sih? Kayak anak kecil aja ngintilin aku terus.""Aku 'kan pacar kamu." Deva mencondongkan tubuhnya di hadapan Rindi. Rindi langsung terpaku mendengar ucapan Deva. Perempuan itu memutuskan berlari meninggalkan Deva menuju mushola. Deva berjalan santai mengikuti Rindi yang berlari dengan cepat. Ia tahu perempuan itu pasti akan melaksanakan ibadah salat subuh. "Deva juga ikut salat?" Rindi mengernyitkan keningnya ketika telah selesai mengambil wudhu dan mendapati Deva yang juga sudah selesai mengambil air wudhu. "Tumben ada pemuda yang rajin salat."Mereka sama-sama masuk ke dalam mushola dan melaksanakan ibadah salat sub

  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   bab 23

    "Dasar Cemen. Baru segitu aja udah pingsan," ujar Rindi yang tertawa melihat kelakuan Karin dan Malik di layar laptopnya. Deva langsung menutup mulut Rindi karena mereka masih berada di luar ruang ICU. Ada beberapa pasang mata yang menoleh ke arah mereka."Sorry, Dev. Soalnya aku nggak bisa nahan tawa. Lucu banget ngelihat mereka," ujar Rindi yang langsung mematikan layar laptopnya. Perempuan itu memasukkan laptop tersebut kembali ke dalam tas dan meletakkannya di salah satu pojok ruangan. "Kenapa kamu punya ide seperti ini? Kenapa nggak ide yang lain aja untuk ngerjain mantan suamimu itu?" tanya Deva. "Karena aku tahu mas Malik itu orangnya penakut. Dia nggak bakalan betah tinggal di rumah itu kalau tahu di rumah itu ada hantunya," sahut Rindi sambil terkekeh. "Terus kamu yakin kalau dia akan angkat kaki dari rumah mewah itu? Secara kan mereka sudah membayar sewa untuk 6 bulan kedepan," "Yakin dong. Paling lama esok pagi mereka pasti angkat kaki dari sana. Apalagi kalau nanti m

  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   bab 22

    "Kurang kerjaan banget sih. Ya udah, kalau gitu kamu ke sini sekarang," balas Rindi melalui pesan whatsapp tersebut. Deva mengulum senyum membaca pesan yang dikirimkan oleh Rindi. Ia bergegas berganti pakaian dan meraih kunci mobil di atas nakas.Ia membawa mobil dengan kecepatan normal. Sesekali dirapikannya rambut sambil menoleh ke arah kaca spion. "Rapi amat? Emangnya mau ke mana?" tanya Rindi ketika Deva sudah ada di hadapannya. "Aku selalu rapi kok. Nggak pernah kusut," sahut Deva santai. Lelaki itu segera duduk di samping Rindi dan melirik ke arah ponsel Rindi yang sedari tadi menyala. "Nih laptop kamu," ujar Deva. Ia menyodorkan laptop pada Rindi."Kok bisa kamu bawa?""Tadi aku mampir dulu ke rumahmu dan meminta laptop ini pada Alvin."Rindi mengucapkan terima kasih karena Deva telah membantunya bergerak dengan cepat. Mereka pun mulai melihat layar laptop tersebut yang menghubungkan ke beberapa kamera yang ada di rumah sewa Malik dan Karin. "Tuh kayaknya Bu Retno sudah m

  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   bab 21

    "Terserah kamu saja! Aku pusing terus-terusan berdebat!"Malik memutuskan untuk pergi dari rumah tersebut. Pikirannya terasa kacau akhir-akhir ini semenjak terusir dari Rindi. Ia tak menyangka kalau Rindi berbuat nekat dengan menjual rumah tersebut. "Aku harus mencari Rindi. Aku harus minta bagi hasil harta gono gini. Mengingat rumah itu dibeli setelah kami menikah," gumamnya seorang diri. Malik pun akhirnya memutuskan untuk mendatangi rumah sakit di mana ia bertemu dengan Rindi beberapa hari yang lalu. Ia berharap bisa mendapatkan jawaban di sana. "Pihak rumah sakit pasti tahu di mana alamat Rindi," gumamnya sambil melajukan mobil menuju rumah sakit. Sesampai di rumah sakit, Malik langsung menemui perawat jaga dan menanyakan tentang pasien bernama Rindi. "Nggak mungkin nggak ada! Jelas-jelas kemarin istri saya berobat ke sini." Malik mulai berdebat dengan perawat tersebut karena perawat itu bersikeras mengatakan kalau ia tidak menemukan nama pasien bernama Rindi. "Tidak ada unt

  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   bab 20

    "Aku ke apartemen kamu?" Rindi mengerutkan keningnya. "Iyalah. Emangnya kamu nggak ada niat buat mengembalikan mobilku?" Rindi menggigit bibir bawahnya. Sebenarnya ia merasa tidak nyaman jika berada di apartemen seseorang. Apalagi Alvin mengatakan kalau Deva tinggal seorang diri di apartemen itu."Mau ngapain ke apartemen kamu? Aku bisa antar mobil di bawah aja 'kan?""Aku lapar. Kamu harus masakin sesuatu untuk aku.""Ya ampun, Dev. Di kota Jambi ini ada banyak makanan yang bisa delivery. Kamu tinggal pilih aja melalui aplikasi go-jek. Gak mesti nyuruh aku yang masak.""Suka-suka aku dong. Kan aku lagi kasih hukuman ke kamu.""Ih, nyebelin banget ini orang." Rindi menjauhkan ponsel sambil menghentak kakinya dengan kesal. "Kalau kamu nggak mau ke sini untuk masakin aku, Aku tidak akan pernah memaafkanmu," ujar Deva yang langsung memutuskan sambungan telepon.Rindi terperangah melihat sambungan telepon yang mati secara mendadak. Perempuan itu pun segera mendekati Alvin dan Lia. "Ba

  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   bab 19

    Rindi membisikkan sesuatu pada Bu Retno. Ia menjelaskan dengan detail apa saja yang harus dilakukan oleh perempuan paruh baya itu. "Bagaimana? Anda tertarik?" Tanyanya sambil menaikturunkan alisnya. Bu Retno tersenyum mengembang seraya mengulurkan tangannya. "Saya bersedia bekerja sama dengan Nona. Mulai nanti malam saya akan beraksi," sahutnya. "Bagus! Kerjakan semua yang saya perintahkan. Jangan sampai terlewat," ujar Rindi seraya memberikan sebuah paper bag pada perempuan itu. "Udah paham bagaimana cara menaruhnya 'kan?""Paham, Nona.""Ini adalah uang DP untuk kerja Anda. Kalau nanti pekerjaan Anda bagus, maka saya akan membayar lebih mahal dari ini," ujar Rindi lagi yang langsung disambut uluran tangan Bu Retno. Ia menoleh ke arah rumah megah yang ditempati oleh Karin dan Malik. "Selamat bersenang-senang. Semoga kalian betah tinggal di sini," ujar Rindi seraya pergi meninggalkan rumah Bu Retno. Setelah kepergian Rindi, Bu Retno mendatangi rumah yang disewa oleh Malik dan Kar

  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   bab 18

    "Kamu pengen aku jadi pacar kamu beneran?" sahut Deva terkekeh. "Nggak usah kepedean deh. Kamu tuh bukan tipe aku.""Jadi tipe kamu laki-laki seperti Malik?"Rindi terdiam mendengar perkataan Deva. Ia kembali jengkel pada lelaki itu. "Nggak usah bawa-bawa Malik deh." Rindi pun melangkah pergi meninggalkan Deva. Deva mengusap wajah dengan kasar setelah Rindi meninggalkannya. Baginya Rindi adalah perempuan yang unik. Yang karakternya tidak sama dengan perempuan lain. Sementara itu, Rindi kembali fokus pada layar ponselnya. Ia memilih duduk di tempat yang tidak berdekatan dengan Deva agar aktivitasnya mengintai keadaan rumah tidak akan terganggu. "Kira-kira anak buah Bang Alvin sudah tahu belum di mana Malik dan Karin akan pindah?" Rindi pun menghubungi anak buah abangnya yang tadi mengikuti Karin dan Malik. "Mereka menyewa sebuah rumah yang cukup megah," ujar anak buah Alvin di seberang telepon. "Rumah yang megah? Kamu yakin?" Alis Rindi saling tertaut mendengar ucapan anak buah

  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   bab 17

    "Iya dong. Masa aku harus tinggal di kontrakan sederhana? Lagipula duit kamu 'kan banyak," sahut Karin seraya melipat kedua tangannya di dada. Malik terdiam. Ia tak punya niat untuk mencari kontrakan mewah mengingat tabungannya semakin menipis."Jadi kamu nggak mau cari kontrakan mewah? Ya udah, kalau gitu kita nggak usah nikah," ujar Karin seraya meninggalkan Malik seorang diri. Menyadari Karin yang pergi meninggalkannya, membuat Malik segera mengejar kekasihnya itu dan bersedia mencarikan kontrakan yang mewah. Mereka pergi meninggalkan rumah yang sudah dijual oleh Rindi dengan perasaan hampa. "Kamu tuh tolol banget sih! Bisa-bisanya rumah itu atas nama Rindi?" Karin menoleh pada Malik yang sedang fokus mengendarai mobil. "Soalnya dia yang beli rumah itu dulu. Aku sedang sibuk mengurusi kenaikan jabatan. Jadi semua surat-menyurat dan rumah itu dibeli atas nama dia," sahut Malik. "Seharusnya pas dia pergi dari rumah, kamu antisipasi dong. Bukannya malah membiarkan surat-menyurat

  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   bab 16

    "Baiklah. Aku hubungi pembelinya sekarang!" Dinda segera memutuskan sambungan telepon. Rindi kembali duduk di bangku tunggu. Ia memeriksa ponsel yang juga tersambung ke kamera CCTV di rumah itu. Namun ia merasa tidak nyaman pada Deva yang terus memperhatikannya sedari tadi."Bang Alvin tunggu Papa di sini ya. Aku mau pergi sebentar," ujar Rindi. Ia sengaja pergi meninggalkan ruang tunggu ICU tersebut karena ingin melihat bagaimana reaksi Malik dan Karin yang sebentar lagi akan segera terusir dari rumah. Rindi sengaja memilih kantin dan duduk di salah satu pojok untuk memantau apa yang ada di dalam ponselnya. "Siapa kalian? Mau ngapain kalian ke sini?" Karin menatap heran pada beberapa orang laki-laki berbadan kekar yang sedang masuk ke dalam rumahnya secara paksa.Malik tak kalah terkejut. Lelaki itu berkali-kali meneriaki orang yang masuk ke dalam rumahnya dan meminta orang itu untuk keluar. "Kami diperintahkan oleh Bos kami untuk segera mengeluarkan pakaian kalian," ujar lelak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status