Share

Bab 2

Author: Althafunnisa
last update Last Updated: 2025-04-08 07:11:06

Bab 2

"Kamu tunggu saja di rumahmu," ujar Rindi memutuskan sambungan telepon. 

Rindi meraih kunci mobil dan mengambil semua barang-barang pentingnya. Ia memasukkan barang-barang itu ke dalam tas besar dan segera pergi meninggalkan rumah. 

"Seperti janji kita, jika kamu berani selingkuh, maka aku akan membuangmu beserta kenangan kita," ujar Rindi menatap Poto pernikahannya. Ia buru-buru membawa mobil meninggalkan halaman rumahnya. 

Sesampai di halaman sebuah cafe, Rindi menghubungi seseorang. "Pak, saya sudah di depan cafe bersama mobilnya."

***

"Rindi. Kamu kok nggak bangunin aku sih?" Malik yang baru saja terbangun dari tidurnya sangat terkejut ketika melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. "Loh, kok Rindi nggak ada?"

Lelaki itu mengusap rambutnya dengan kasar karena pagi ini ada meeting penting di kantornya. Sedangkan Rindi tidak membangunkannya. Bahkan batang hidung perempuan itu pun tidak kelihatan.

"Rindi! Rindi! Kamu di mana?" Malik terus berteriak memanggil Rindi sambil mencari istrinya itu di setiap sudut rumah. 

Namun tak ditemukannya keberadaan Rindi membuat ia menggemeletukan giginya. "Sial! Ke mana perginya Rindi? Dia main pergi seenaknya saja!" 

Umpatan demi umpatan meluncur begitu saja dari bibir Malik. Ia memutuskan untuk menghubungi Karin dan meminta Karin untuk membantu menyusun persiapan meeting di kantor. 

"Kamu kenapa kelabakan seperti itu sih, Sayang? Emangnya ngecas tadi malam belum puas?" tanya Karin di seberang telepon dengan nada genitnya. 

"Bukannya belum puas, Sayang. Udah puas banget. Malah aku sampai lemas." Nada bicara Malik menjadi lebih lembut dari pertama menelepon. 

"Terus kenapa? Kok suaranya seperti panik gitu?"

"Rindi tidak membangunkanku. Dia sekarang juga tidak ada di rumah."

"Mungkin dia ke pasar seperti biasa. Bukannya kamu sudah muak melihat wajahnya yang jelek itu? 

"Aku emang sudah muak lihat wajahnya yang jelek. Tapi aku masih butuh pelayanan dia sebelum bekerja seperti sekarang ini."

"Apa perlu aku yang setiap pagi ke sana untuk membantu melayanimu?"

"Tidak perlu, Sayang. Kita cukup bersenang-senang di belakang Rindi saja. Dia tidak perlu tahu tentang hubungan ini."

Malik menutup sambungan telepon dan mulai bersiap-siap berangkat ke kantor. Lelaki itu sempat berdecak kesal karena ternyata tidak ada sarapan apapun di atas meja makan. 

Ia hendak mengambil kunci mobil di tempat biasa. Namun keningnya berkerut karena ternyata kunci mobil itu sudah tidak ada lagi di sana. 

"Di mana sih kunci mobilnya? Seingatku tadi malam kutaruh di sini," ujar Malik sambil mencari kunci mobil itu di tempat yang berbeda. 

Namun lagi-lagi Ia terkejut ketika tanpa sengaja menoleh ke arah garasi mobil yang ternyata sudah tidak ada lagi mobil di sana. 

"Tidak mungkin Rindi membawa mobil itu. Emangnya dia mau bawa ke mana?" Malik bergumam sambil mengambil ponsel dan segera menghubungi Rindi. 

Ia hampir saja melempar ponselnya karena Rindi tak kunjung menyahut panggilan telepon darinya.

"Ada apa? Aku sedang berada di luar kota. Mobil aku bawa." Rindi mengirimkan W******p kepada Malik membuat lelaki itu semakin mengusap kasar wajahnya.

"Arrgghh!" Malik benar-benar frustasi oleh kelakuan Rindi yang menghilang dengan seenaknya. Ia terus menghubungi Rindi dengan harapan perempuan itu segera mengangkat panggilan telepon darinya. 

Bersamaan dengan itu, panggilan telepon dari kantor pun berkali-kali karena Malik tak kunjung sampai untuk mempresentasikan materi di meeting kali ini. 

***

"Udah dong. Nggak usah kamu pikirin lagi istrimu yang nggak berguna itu," ujar Karin sambil mengusap-usap dada Malik. "Yang penting semuanya sudah bisa aku handle. Perkara kemana perginya istri jelekmu itu, biarkan saja dia." Dikecupnya rahang tegas Malik dengan penuh cinta.

"Ya iyalah. Makanya aku beruntung banget memiliki kamu sebagai kekasihku. Kamu tuh bisa diandalkan. Nggak kayak Rindi yang bisanya cuma memasak aja," sahut Malik sambil menoel ujung hidung Karin tak kalah mesra.

"Terus kenapa masih cemberut gitu sih?"

"Aku pusing karena mobil dia bawa juga."

"Biarin ajalah. Kan ada aku yang akan antar jemput kamu setiap hari."

"Kamu benar-benar kekasih idaman." Malik menarik tubuh seksi Karin ke dalam pelukannya.

Keduanya berpelukan mesra cukup lama sambil sesekali saling mengecup. Mereka terpaksa melepas pelukan saat pintu ruangan diketuk dari luar.

"Aku keluar dulu ya. Nanti kita sambung setelah pulang," bisik Karin dengan genitnya.

Setelah pulang dari kantor, Malik langsung menghubungi Karin dan meminta Karin untuk segera menjemputnya. 

"Berapa lama istrimu pergi?" tanya Karin ketika mereka sudah berada di dalam mobil. 

"Aku tidak tahu pasti. Soalnya tadi dia langsung mematikan sambungan telepon. Lagi pula aku tidak peduli berapa lama dia pergi." 

"Aku juga tidak peduli berapa lama dia pergi. Tapi kalau dia pergi lama dari rumahmu, bukankah lebih baik kita bercinta di rumahmu saja?" ujar Karin sambil tersenyum mengembang.

Malik juga ikut tersenyum mendengar perkataan Karin. "Kamu memang cerdas. Daripada kita harus menghambur-hamburkan uang untuk memesan kamar hotel. Lebih baik kita menghabiskan waktu di rumahku saja." 

Ia pun segera menghubungi Rindi untuk menanyakan berapa lama istrinya itu berada di luar kota. 

"Kayaknya aku di luar kota selama 2 minggu. Soalnya aku mau menghadiri acara pernikahan temanku. Aku diminta jadi bridesmaid di sini," sahut Rindi yang membuat Malik tersenyum bahagia. 

"Ya sudah hati-hati di sana. Kabari aku kalau kamu sudah mau pulang," ujar Malik sebelum memutuskan sambungan telepon. 

Keduanya langsung berpelukan dengan perasaan berbahagia. Mereka bahkan keluar dari mobil dan masuk ke dalam kamar tanpa melepaskan tautan di bibir. Keduanya benar-benar sudah dimabuk asmara sehingga tidak peduli bermesraan ketika masih berada di luar rumah. 

"Mereka sudah masuk ke dalam rumah. Kapan kita turun?" Dinda menoleh pada Rindi yang masih menyandarkan punggungnya di bangku di sampingnya. 

"Sekarang mereka masih pemanasan. Kita tunggu saja sampai mereka benar-benar sudah terlena," ujar Rindi seraya membuka laptopnya. 

"Kamu?" Dinda mengerutkan keningnya melihat Rindi yang tersenyum licik saat melihat adegan di dalam laptop tersebut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   Bab 3

    Bab 3Rindi hanya tersenyum mendengar perkataan Dinda. Perempuan itu memutar posisi laptopnya agar dilihat oleh sang sahabat. "Ya ampun, Rin. Kapan kamu pasang cctv-nya?" Dinda terbelalak melihat apa yang ada di layar laptop tersebut. "Kamu nggak perlu tanya kapan aku memasangnya. Yang pasti kita hanya perlu menunggu kapan mereka mulai beraksi," sahut Rindi sambil tersenyum dan menggenggam erat laptop yang ada di pangkuannya. Keduanya sama-sama menyaksikan adegan di layar laptop itu dengan penuh kebencian. Terlebih Rindi yang merasa teramat sangat sakit hati karena ranjang yang digunakan oleh Malik dan Karin adalah ranjang pernikahannya dengan Malik. "Sekarang Rin. Pas Mereka lagi asik-asiknya." Dinda langsung menutup layar laptop tersebut karena tidak sanggup lagi melihat pemandangan yang ada di sana. Ia membuka pintu mobil dan mengajak Rindi untuk segera masuk ke dalam rumah. Sementara itu, Malik dan Karin benar-benar sedang terbuai asmara. Keduanya sedang terbuai di atas awan

    Last Updated : 2025-04-08
  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   Bab 4

    Bab 4"Aku mau pulang ke rumah orang tuaku aja," sahut Rindi tertunduk."Pulang ke rumah orang tuamu? Yakin? Kenapa nggak tinggal di sini aja. Kalau emang nggak betah tinggal di rumahku, kita bisa membeli rumah baru untukmu. Toh tabunganmu masih banyak 'kan?" Dinda menghampiri Rindi dan mengambil koper sahabatnya itu. "Pulang ke kampung bukan solusi yang baik. Apa kamu sudah siap jika nanti ditanyakan oleh papamu tentang pernikahanmu dengan Malik? Belum lagi nanti ocehan para tetangga di sana?" Gadis itu mendudukkan Rindi di sofa dan meminta Rindi untuk menenangkan diri terlebih dahulu. "Aku sudah tidak sudi lagi melihat wajah Mas Malik. Aku tidak sudi bertemu dengannya suatu saat. Jadi lebih baik aku pulang kampung saja.""Tapi bagaimana kalau ....""Orang tuaku pasti akan mengerti. Dan aku tidak akan pernah peduli dengan apapun perkataan para tetangga. Tekadku sudah bulat."Dinda menarik nafas dalam-dalam mendengar perkataan Rindi. Ia tak bisa menahan sahabatnya itu karena Rini pu

    Last Updated : 2025-04-08
  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   Bab 5

    Bab 5"Tapi Om Jodi adalah seorang pebisnis yang handal. Perusahaan miliknya berkembang pesat di kota Jambi. Bahkan ia tidak hanya memiliki perusahaan yang bergerak di bidang kelapa sawit saja. Tapi sekarang dia punya perusahaan yang bergerak di bidang industri." Alvin duduk di hadapan Rindi sambil menyatukan kedua tangannya. "Abangmu benar. Perusahaan Jodi yang berpusat di ibukota Jambi yang bergerak di bidang industri saat ini sedang berkembang pesat. Bahkan perusahaan itu adalah perusahaan industri terbesar di Sumatera," ujar Pak Candra. Lelaki itu mengusap-usap rambut Putri semata wayangnya. "Bersyukur dia mau mengajarimu mengelola perusahaan. Mengingat dia sangat sibuk," tambahnya lagi."Perusahaan industri terbesar di pulau Sumatera? Bukannya perusahaan yang terbesar di Sumatera itu adalah perusahaan Aiden?" Alis Rindi saling tertaut mendengar penjelasan dari ayahnya. "Kamu mengenali perusahaan itu?" Pak Candra dan Alvin bertanya secara bersamaan. "Itu ... Perusahaan di mana

    Last Updated : 2025-04-08
  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   Bab 6

    "Aku juga nggak tahu. Ayo kita masuk sekarang," ujar Malik seraya menggandeng tangan Karin agar segera masuk.Mereka lebih terkejut lagi karena ternyata pintu rumah itu tidak dikunci. "Kayaknya rumah kita kemalingan deh," ujar Karin dengan perasaan cemas. Perempuan itu buru-buru masuk ke dalam rumah dan memeriksa barang-barang apa saja yang diambil oleh Maling. "TV masih ada. Kulkas juga masih ada," ujarnya setengah bergumam. "Nggak mungkin dong malingnya membawa barang elektronik berat seperti itu. Pasti mereka membawa barang-barang yang lebih mudah dibawa," sahut Malik. "Astaga perhiasanku!""Uang tabunganku!" Sepasang kekasih itu berhambur masuk ke dalam kamar untuk mengecek barang-barang berharga mereka di dalam kamar. Keduanya menghela nafas lega karena ternyata di dalam kamar Itu semuanya masih ada. "Berarti nggak ada maling masuk rumah ini. Lalu siapa yang membuka pintu kamar dan pintu rumah?" Karin menoleh ke arah Malik dengan perasaan heran. "Mas juga nggak tahu sih.

    Last Updated : 2025-04-12
  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   Bab 1

    Bab 1"Rindi, itu bukannya Mas Malik, ya?" Rindi yang sedang fokus menatap lurus ke jalan, seketika mengalihkan pandangannya ke arah jari telunjuk sahabatnya. Mata perempuan itu melebar sempurna ketika melihat di mobil yang berada di sebelah mobil mereka. Terlihat jelas wajah suaminya sedang bermesraan dengan seorang perempuan. "Mas Malik? Siapa perempuan itu?" Rindi menggigit bibir bawahnya dan segera mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya. Perempuan itu segera menghubungi sang suami untuk memastikan apakah suaminya berbohong atau tidak. "Assalamualaikum, Mas? Lagi di mana?" tanya Rindi. Ia berusaha berbicara dengan nada santai agar tidak terdengar kaku dan bergetar. "Waalaikumsalam, Sayang. Lagi di kantor lah. Lagi kerja. Emangnya kenapa?" Malik menyahut di seberang telepon. "Beneran lagi di kantor?""Ya benarlah. Kalau nggak di kantor, Kamu pikir aku di mana?""Akuuu ....""Udah ya. Aku masih banyak kerjaan nih." Malik memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Rindi m

    Last Updated : 2025-04-08

Latest chapter

  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   Bab 6

    "Aku juga nggak tahu. Ayo kita masuk sekarang," ujar Malik seraya menggandeng tangan Karin agar segera masuk.Mereka lebih terkejut lagi karena ternyata pintu rumah itu tidak dikunci. "Kayaknya rumah kita kemalingan deh," ujar Karin dengan perasaan cemas. Perempuan itu buru-buru masuk ke dalam rumah dan memeriksa barang-barang apa saja yang diambil oleh Maling. "TV masih ada. Kulkas juga masih ada," ujarnya setengah bergumam. "Nggak mungkin dong malingnya membawa barang elektronik berat seperti itu. Pasti mereka membawa barang-barang yang lebih mudah dibawa," sahut Malik. "Astaga perhiasanku!""Uang tabunganku!" Sepasang kekasih itu berhambur masuk ke dalam kamar untuk mengecek barang-barang berharga mereka di dalam kamar. Keduanya menghela nafas lega karena ternyata di dalam kamar Itu semuanya masih ada. "Berarti nggak ada maling masuk rumah ini. Lalu siapa yang membuka pintu kamar dan pintu rumah?" Karin menoleh ke arah Malik dengan perasaan heran. "Mas juga nggak tahu sih.

  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   Bab 5

    Bab 5"Tapi Om Jodi adalah seorang pebisnis yang handal. Perusahaan miliknya berkembang pesat di kota Jambi. Bahkan ia tidak hanya memiliki perusahaan yang bergerak di bidang kelapa sawit saja. Tapi sekarang dia punya perusahaan yang bergerak di bidang industri." Alvin duduk di hadapan Rindi sambil menyatukan kedua tangannya. "Abangmu benar. Perusahaan Jodi yang berpusat di ibukota Jambi yang bergerak di bidang industri saat ini sedang berkembang pesat. Bahkan perusahaan itu adalah perusahaan industri terbesar di Sumatera," ujar Pak Candra. Lelaki itu mengusap-usap rambut Putri semata wayangnya. "Bersyukur dia mau mengajarimu mengelola perusahaan. Mengingat dia sangat sibuk," tambahnya lagi."Perusahaan industri terbesar di pulau Sumatera? Bukannya perusahaan yang terbesar di Sumatera itu adalah perusahaan Aiden?" Alis Rindi saling tertaut mendengar penjelasan dari ayahnya. "Kamu mengenali perusahaan itu?" Pak Candra dan Alvin bertanya secara bersamaan. "Itu ... Perusahaan di mana

  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   Bab 4

    Bab 4"Aku mau pulang ke rumah orang tuaku aja," sahut Rindi tertunduk."Pulang ke rumah orang tuamu? Yakin? Kenapa nggak tinggal di sini aja. Kalau emang nggak betah tinggal di rumahku, kita bisa membeli rumah baru untukmu. Toh tabunganmu masih banyak 'kan?" Dinda menghampiri Rindi dan mengambil koper sahabatnya itu. "Pulang ke kampung bukan solusi yang baik. Apa kamu sudah siap jika nanti ditanyakan oleh papamu tentang pernikahanmu dengan Malik? Belum lagi nanti ocehan para tetangga di sana?" Gadis itu mendudukkan Rindi di sofa dan meminta Rindi untuk menenangkan diri terlebih dahulu. "Aku sudah tidak sudi lagi melihat wajah Mas Malik. Aku tidak sudi bertemu dengannya suatu saat. Jadi lebih baik aku pulang kampung saja.""Tapi bagaimana kalau ....""Orang tuaku pasti akan mengerti. Dan aku tidak akan pernah peduli dengan apapun perkataan para tetangga. Tekadku sudah bulat."Dinda menarik nafas dalam-dalam mendengar perkataan Rindi. Ia tak bisa menahan sahabatnya itu karena Rini pu

  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   Bab 3

    Bab 3Rindi hanya tersenyum mendengar perkataan Dinda. Perempuan itu memutar posisi laptopnya agar dilihat oleh sang sahabat. "Ya ampun, Rin. Kapan kamu pasang cctv-nya?" Dinda terbelalak melihat apa yang ada di layar laptop tersebut. "Kamu nggak perlu tanya kapan aku memasangnya. Yang pasti kita hanya perlu menunggu kapan mereka mulai beraksi," sahut Rindi sambil tersenyum dan menggenggam erat laptop yang ada di pangkuannya. Keduanya sama-sama menyaksikan adegan di layar laptop itu dengan penuh kebencian. Terlebih Rindi yang merasa teramat sangat sakit hati karena ranjang yang digunakan oleh Malik dan Karin adalah ranjang pernikahannya dengan Malik. "Sekarang Rin. Pas Mereka lagi asik-asiknya." Dinda langsung menutup layar laptop tersebut karena tidak sanggup lagi melihat pemandangan yang ada di sana. Ia membuka pintu mobil dan mengajak Rindi untuk segera masuk ke dalam rumah. Sementara itu, Malik dan Karin benar-benar sedang terbuai asmara. Keduanya sedang terbuai di atas awan

  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   Bab 2

    Bab 2"Kamu tunggu saja di rumahmu," ujar Rindi memutuskan sambungan telepon. Rindi meraih kunci mobil dan mengambil semua barang-barang pentingnya. Ia memasukkan barang-barang itu ke dalam tas besar dan segera pergi meninggalkan rumah. "Seperti janji kita, jika kamu berani selingkuh, maka aku akan membuangmu beserta kenangan kita," ujar Rindi menatap Poto pernikahannya. Ia buru-buru membawa mobil meninggalkan halaman rumahnya. Sesampai di halaman sebuah cafe, Rindi menghubungi seseorang. "Pak, saya sudah di depan cafe bersama mobilnya."***"Rindi. Kamu kok nggak bangunin aku sih?" Malik yang baru saja terbangun dari tidurnya sangat terkejut ketika melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. "Loh, kok Rindi nggak ada?"Lelaki itu mengusap rambutnya dengan kasar karena pagi ini ada meeting penting di kantornya. Sedangkan Rindi tidak membangunkannya. Bahkan batang hidung perempuan itu pun tidak kelihatan."Rindi! Rindi! Kamu di mana?" Malik terus berteriak memanggil Rind

  • Membalas Perselingkuhan (Mantan) Suami   Bab 1

    Bab 1"Rindi, itu bukannya Mas Malik, ya?" Rindi yang sedang fokus menatap lurus ke jalan, seketika mengalihkan pandangannya ke arah jari telunjuk sahabatnya. Mata perempuan itu melebar sempurna ketika melihat di mobil yang berada di sebelah mobil mereka. Terlihat jelas wajah suaminya sedang bermesraan dengan seorang perempuan. "Mas Malik? Siapa perempuan itu?" Rindi menggigit bibir bawahnya dan segera mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya. Perempuan itu segera menghubungi sang suami untuk memastikan apakah suaminya berbohong atau tidak. "Assalamualaikum, Mas? Lagi di mana?" tanya Rindi. Ia berusaha berbicara dengan nada santai agar tidak terdengar kaku dan bergetar. "Waalaikumsalam, Sayang. Lagi di kantor lah. Lagi kerja. Emangnya kenapa?" Malik menyahut di seberang telepon. "Beneran lagi di kantor?""Ya benarlah. Kalau nggak di kantor, Kamu pikir aku di mana?""Akuuu ....""Udah ya. Aku masih banyak kerjaan nih." Malik memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Rindi m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status